by Eunike Santosa
Tetapi beberapa orang laki-laki menggabungkan diri dengan dia dan menjadi percaya, di antaranya juga Dionisius, anggota majelis Areopagus, dan seorang perempuan bernama Damaris, dan juga orang-orang lain bersama-sama dengan mereka.
(Kisah Para Rasul 17:34)
Nama Damaris ini cuma muncul sekali aja di Alkitab, tapi sepertinya seperti bawang bombay, ada banyak lapisan yang bisa kita kupas dan pelajari. Siapalah Damaris ini? Kita tahu sekarang kalau dia itu perempuan. Lah, terus? Kenapa namanya muncul ketika nama wanita biasanya gak terlalu dipeduliin? kok dia bisa ada di tempat dimana isinya orang-orang yang suka diskusi tingkat tinggi? How??
Teman-teman tau Yunani? lebih tepatnya kota Atena? Apa yang terlintas di pikiran teman-teman kalo lagi bayangin kota Atena itu? Hmmm, mungkin kalian akan berpikir tentang kuil-kuil kuno dengan pilar-pilar putih ya? Atau mungkin dewa-dewa yang mereka sembah? Hal ini pula yang dilihat Paulus ketika dia tiba di Atena. Dalam Kisah Para Rasul 17:16 ditulis bahwa Paulus sangat sedih hati karena ia melihat kota itu penuh dengan patung-patung berhala.
Saat itu Paulus sedang dalam mission trip dia yang kedua. (Coba buka peta di bagian belakang Alkitab kalian deh, seru liatnya. Hehe…) Jadi dari Israel, Paulus lanjut ke Turki, sebelum akhirnya dia pergi ke Yunani. Perjalanan Paulus di daerah Yunani dimulai dari Makedonia, lalu Filipi, pindah ke Tesalonika, lalu ke Berea, sebelum akhirnya ke Atena. Berhubung di Berea banyak orang yang percaya kepada Kristus dan mereka perlu dimuridkan, Silas dan Timotius (teman seperjalanan Paulus) tinggal di sana sebentar, sementara Paulus harus pindah ke Atena karena ada masalah. Temen-temen bisa baca kisahnya dalam Kisah Para Rasul 16-17.
Jadi, sambil nungguin Silas dan Timotius menyusul ke Atena, Paulus solo travelling deh, di kota bersejarah ini. Di situ, Paulus bertemu dengan banyak orang-orang yang punya hobi unik: berpikir! Atena adalah rumah para filsuf. Diskusi tentang ide-ide dan ajaran-ajaran terbaru adalah hobinya orang Atena. Buktinya, di kota ini Paulus kudu diskusi dengan setidaknya empat golongan orang. Yang pertama, orang Yahudi (yang masih menunggu kedatangan Mesias), lalu orang-orang yang takut akan Allah (mereka yang mencari Tuhan, tapi bukan orang Kristen), orang Epikuros (kaum eksistensial: mereka berpikir Tuhan dan semua hal yang tidak bisa dilihat dan dirasa itu tidak ada), dan orang Stoa (kelompok yang percaya bahwa emosi dan perasaan manusia harus dikendalikan sepenuhnya).
Oke, jadi kota ini isinya orang-orang cerdas lah, sangat intelektual! Dan orang-orang ini hobi banget mendiskusikan pertanyaan klasik: “Apa itu kebenaran?”
Paulus, sebagai pendatang baru, melobi banyak orang di berbagai tempat, bahkan di pasar. Jadi orang-orang mendengar tentang dia dan mereka bertanya-tanya. Kira-kira begini, “Siapa sih orang ini? Kayaknya dia bawa ide baru ya? Coba ah, kita dengerin lebih lagi!” Paulus pun diminta menjelaskan tentang ajarannya di Areopagus, tempat pertemuan para pemimpin di kota itu. Salah satu pembicara favorit gue adalah Ravi Zacharias (cek deh, dia keren lho). Beliau adalah seorang ahli apologetika, seorang filsuf. Nah, ketika gue liat Ravi berkotbah di sebuah universitas dan menantang cara berpikir orang, gue jadi ingat cerita Paulus yang kotbah di Atena ini.
Di tempat istimewa itu, di hadapan orang-orang terkemuka di Atena, Paulus memulai khotbahnya dengan berkata, “Hai orang-orang Atena, aku lihat, bahwa dalam segala hal kamu sangat beribadah kepada dewa-dewa. Sebab ketika aku berjalan-jalan di kotamu dan melihat-lihat barang-barang pujaanmu, aku menjumpai juga sebuah mezbah dengan tulisan: Kepada Allah yang tidak dikenal. Apa yang kamu sembah tanpa mengenalnya, itulah yang kuberitakan kepada kamu” (Kisah Para Rasul 17:22-23).
Dalam ayat 24-31 Paulus menjelaskan bahwa Tuhan yang ilahi itu tidak terbatas oleh manusia, ciptaan-Nya. Allah, sebagai Pencipta, tentu gak punya kebutuhan, karena Dia yang menciptakan. Selanjutnya Paulus menegaskan bahwa sudah datang waktunya buat manusia untuk bertobat, karena Allah sudah memberi tanda dengan cara membangkitkan Yesus dari kematian.
Sampai di sini, apa yang Paulus sampaikan asing banget buat telinga orang Atena, dan mereka langsung hilang interest. Ada yang menertawakan dia, ada yang menganggap dia aneh. Tapi, gak semuanya. Alkitab mencatat bahwa ada yang mau mendengar lebih lanjut. Dalam ayat 34 ditulis bahwa ada orang-orang yang bahkan menjadi percaya. Salah satunya Dionisius, anggota majelis yang ikut sidang di Areopagus itu. Ada juga Damaris, dan orang-orang lain.
Jadi, Damaris adalah…
Seorang wanita. Ini penting—kenapa? Karena di zaman tersebut, wanita dewasa yang sudah menikah adalah homemaker, perannya sebagian besar di rumah mengurus keluarga. Jadi kalo ada cewek di zaman itu muncul di sidang penatua kota, ini cewek pasti something dong? Sesuatunya apa tuh tapi? Ada anggapan bahwa Damaris ini adalah seorang hetaera yaitu seorang escort, atau wanita pendamping pria-pria kelas atas; dengan kata lain, dia bukan perempuan baik-baik. Mungkin dia adalah pasangan dari salah satu anggota majelis yang berkumpul di Areopagus itu.
Tapi bukan cuma itu aja. Keberadaan Damaris di situ juga adalah tanda bahwa dia seorang pemikir, orang yang intelektual dan paham tentang filosofi. Tentunya dia sudah banyak dengar tentang berbagai macam filosofi dan jalan kebenaran dari berbagai macam agama. Kali ini dia mendengar apa yang disampaikan Paulus, dan akhirnya dia percaya kepada Yesus.
Lukas menulis Kisah Para Rasul dalam bentuk surat kepada Teofilus (yang pastinya dibacain ke banyak orang lain juga pada saat itu). Nama Damaris ini dicantumkan di dalamnya, tandanya dia dikenal. Gereja di Atena tidak berkembang pesat, tapi ada gereja di sana, buah dari pelayanan Paulus. Pada zaman para rasul, Damaris tentunya adalah orang yang terkenal di gereja di Atena, orang yang berpengaruh besar di keluarga Allah dalam jemaat Atena semenjak dia menjadi orang Kristen.
Seru yah? Damaris pasti gak menyangka, dirinya yang suka denger-denger dan diskusi soal filosofi, akhirnya malah bertemu dengan kebenaran. Dan bukan cuma mendengar, tetapi dia menjadi percaya. Dalam Yohanes 14:16-17 Tuhan Yesus berkata, seorang Penolong, yaitu Roh Kebenaran, akan diberikan. Saya percaya Roh Kebenaran ini telah menuntun hati Damaris yang sudah banyak dengerin ide-ide manusia dan akhirnya menemukan kebenaran itu sendiri:
Allah yang hidup, Allah Pencipta, Allah yang ingin manusia mencari dan menemukan diri-Nya—walaupun Ia tidak jauh dari kita masing-masing.
(Kisah Para Rasul 17:27)
Damaris mengambil keputusan penting dalam hidupnya. Keputusan yang mengubah hidupnya, hingga namanya tercatat dalam sejarah kekristenan. Dia melangkah dengan dasar dari segala sesuatu yang diharapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak terlihat, yakni dengan iman.
Bagaimana denganmu? Apakah kamu pernah juga bergumul dengan kebenaran yang sejati? Mungkin kamu dari kecil telah tumbuh di keluarga Kristen; pernahkah kamu mempertanyakan kekristenanmu? Gue pernah! And God found me! Sama seperti Damaris, gue melangkah dengan iman masuk ke suatu perjalanan dan hubungan yang indah bersama Bapa di surga, and I’m never going back! :)
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^