Monday, July 8, 2019

Miryam


by Benita Vida

Kisah tentang Miryam tidak begitu banyak kita temukan di Alkitab. Informasi umum yang kita dapat tentang Miryam adalah sosoknya sebagai kakak dari hamba Tuhan yang dipakai luar biasa, yaitu Musa. Siapakah Miryam? Apa saja yang bisa kita pelajari dari seorang Miryam?
1. Sang Pembalik Keadaan
Miryam hidup ketika bangsanya, Israel, berada di masa penuh ancaman dari Firaun. Saat itu, Firaun memerintahkan untuk membunuh semua bayi laki-laki Israel yang baru lahir. Tanpa disangka, dalam keluarga Miryam lahirlah seorang bayi laki-laki, adik laki-lakinya yang kedua. Sebelumnya, Miryam sudah memiliki seorang adik bernama Harun. 

Alkitab berkata, bayi itu disembunyikan selama tiga bulan. Wah, bisakah kalian bayangkan bagaimana mereka hidup selama tiga bulan itu? Firman memang tidak menjelaskan berapa umur Miryam saat Musa lahir. Tapi sebagai anak sulung, Miryam pasti punya tanggung jawab yang cukup besar, meskipun dia seorang wanita. Di usia muda, Miryam dituntut menyimpan rahasia yang menentukan keselamatan keluarganya. 

Setelah tiga bulan, orang tua Miryam memutuskan untuk menghanyutkan bayi itu di sungai Nil. Disinilah Miryam punya peran penting. Ia diminta untuk mengawasi bayi itu dari kejauhan, melihat seperti apa nasib adiknya.

Takutkah Miryam saat itu? Inginkah Miryam meninggalkan adiknya? Mungkin terlintas dalam pikirannya. Tapi apapun yang ia rasakan saat itu, ia tidak meninggalkan tanggung jawabnya. Ia tetap mengawasi adiknya, sampai Putri Firaun mengambil bayi itu dari keranjangnya dan berkata akan mengangkatnya menjadi anaknya. 

Kita tidak tahu sejauh mana Ibu Miryam memberi tugas kepada Miryam. Yang jelas, saat itu, Miryam mendekati Putri Firaun dan menawarkan bantuan untuk mencari pengasuh bagi bayi yang baru ditemukan. Ibu pengganti yang dipanggil oleh Miryam adalah ibunya sendiri, ibu kandung bayi itu.

Ada dua kemungkinan, jika Ibunya menyuruh Miryam untuk mendekati siapapun yang menemukan Musa, maka Miryam melakukannya dengan taat. Kemungkinan kedua, jika Ibunya hanya menyuruh Miryam mengawasi adiknya, maka Miryam melakukan lebih dari yang diminta. Ia memiliki inisiatif untuk melakukan lebih dari sekedar memperhatikan keadaan adiknya dari jauh. 

Sebagai anak-anak Allah, kita perlu memiliki sikap untuk memberikan yang terbaik, bahkan melebihi apa yang diminta. Dalam Matius 5:41 diajarkan “Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil.” 

Keputusan Miryam membalikkan keadaan. Adiknya yang berada di bawah ancaman kematian, bisa hidup sebagai bangsawan Mesir, namun tetap diasuh oleh ibunya sendiri. Di usianya yang muda, Miryam memahami tanggung jawabnya dan bersedia dipakai Tuhan, melalui orang tuanya, untuk berperan dalam rencana Tuhan menyelamatkan hidup bangsanya. 

2. Sang Nabiah 
Lalu Miryam, nabiah itu, saudara perempuan Harun, mengambil rebana di tangannya, dan tampillah semua perempuan mengikutinya memukul rebana serta menari-nari. Dan menyanyilah Miryam memimpin mereka: "Menyanyilah bagi TUHAN, sebab Ia tinggi luhur; kuda dan penunggangnya dilemparkan-Nya ke dalam laut.
(Keluaran 15:20-21)

Miryam adalah Nabiah pertama yang disebut dalam Alkitab. Menjadi nabiah artinya ia dikaruniai kepekaan untuk mendengar dan menyampaikan suara Tuhan. Miryam melakukannya melalui pujian, dan ia bahkan menggerakkan dan memimpin semua perempuan Israel untuk ikut menyembah Tuhan. 

Posisi Miryam sebagai saudara dari orang-orang yang dipakai Tuhan, Musa dan Harun, tidak membuat dia bersantai-santai. Ia ikut aktif melayani Tuhan, sesuai dengan porsi yang bisa Ia kerjakan. Ketika Musa dipanggil untuk menjadi pemimpin, Harun dipanggil menjadi imam, Miryam mengerjakan panggilannya sebagai seorang penyembah.

3. Sang Pemberontak 
Kehidupan Miryam memang tidak selalu gemerlap. Firman Tuhan mencatat bahwa ia, bersama Harun, pernah jatuh dalam dosa pemberontakan karena mengatai Musa atas keputusan Musa menikahi perempuan Kush.

Miryam serta Harun mengatai Musa berkenaan dengan perempuan Kush yang diambilnya, sebab memang ia telah mengambil seorang perempuan Kush. Kata mereka: "Sungguhkah TUHAN berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?" Dan kedengaranlah hal itu kepada TUHAN.
(Bilangan 12:1-2)

Tapi apakah hanya karena itu? Kalau memang masalahnya adalah perempuan Kush, mengapa mereka mengungkit-ungkit soal Musa yang penjadi perantara suara Tuhan? Mengapa mereka menekankan bahwa mereka juga mampu menjadi perantara firman Tuhan?

Ya, Miryam iri kepada Musa. Ia tidak puas hanya menjadi seorang nabiah, pemimpin penyembahan. Ia ingin memiliki kuasa seperti Musa. Sikap ini membuat Tuhan murka, sebab ini berarti Miryam menentang pilihan dan kehendak Tuhan. Tuhan kemudian menghukum Miryam dengan penyakit kusta (Bilangan 12:6-10).

Ya, betul, Miryam yang sebelumnya adalah pahlawan keluarga, pemimpin pujian di antara umat Israel, adalah juga manusia biasa, bisa salah, bisa berdosa, dan bisa jatuh. Kadang kita cenderung lebih mengingat dosa Miryam dibanding hal-hal baik yang ia lakukan. Berapa kali kita sering berpikir, pelayan Tuhan kok masih buat dosa? Kita lupa bahwa selama kita hidup di dunia, sangkal diri dan pikul salib adalah perjuangan setiap waktu. Berita baiknya, Tuhan kita adalah Tuhan yang sangat amat mengasihi kita. Dia tahu daging kita lemah, Dia tahu kita sering jatuh, karena itu Yesus datang dan memberikan nyawanya sebagai ganti dosa kita, Yesus datang untuk menolong kita yang tadinya tidak berdaya atas dosa untuk menang atas dosa. 

Tuhan menyediakan pengampunan. Miryam menerima pengampunan itu, meskipun ia tetap harus menanggung konsekuensi atas pemberontakannya. 

Kemudian berfirmanlah TUHAN kepada Musa: “Sekiranya ayahnya meludahi mukanya, tidakkah ia mendapat malu selama tujuh hari? Biarlah dia selama tujuh hari dikucilkan ke luar tempat perkemahan, kemudian bolehlah ia diterima kembali. Jadi dikucilkanlah Miryam ke luar tempat perkemahan tujuh hari lamanya, dan bangsa itu tidak berangkat sebelum Miryam diterima kembali.” (Bilangan 12:14-15)

Atas permohonan Musa, Miryam sembuh dari kusta setelah diasingkan selama tujuh hari. Selama tujuh hari itu, bangsa Israel tidak meninggalkan Miryam. Demikian juga Allah, Ia tidak meninggalkan kita bahkan ketika kita berdosa dan Ia selalu menerima kita saat kita mau bertobat.

“Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali...”
(Amsal 24:16)

Jangan putus asa! Jangan biarkan dosa menghentikan kita. Bangkit lagi, usaha lagi, berjuang lagi, sebab Yesus sudah menang atas dosa! Tetapi, kita juga perlu belajar untuk tidak menghakimi orang lain, hanya karena orang tersebut melakukan dosa yang berbeda dengan kita. Miryam beruntung, sebab ia punya Allah, keluarga dan saudara sebangsa yang mengasihi dia dan mau menerima dia kembali setelah kesalahan yang ia lakukan. Apakah kita bisa melakukan hal yang sama untuk Miryam-Miryam yang Tuhan kirim dalam hidup kita? 

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^