Friday, September 28, 2018

Speak The Truth In Love


by Grace Suryani Halim

Gals, kali ini kita akan belajar bagaimana berbicara tentang kebenaran dengan kasih. Tokoh yang akan kita pelajari adalah Yitro, mertua Musa.

Setelah Musa dan bangsa Israel berada di padang gurun, Yitro datang mencari Musa bersama dengan istri dan anak-anaknya. Ada beberapa hal yang bisa kita pelajari dari Yitro ketika dia memberikan nasihat kepada Musa—yang masih relevan sampai hari ini. 

1. Yitro melihat, mengamati dan bertanya dahulu. 
Ketika mertua Musa melihat segala yang dilakukannya kepada bangsa itu, berkatalah ia "Apakah ini yang kaulakukan kepada bangsa itu? Mengapakah engkau seorang diri saja yang duduk, sedang seluruh bangsa itu berdiri di depanmu dari pagi sampai petang?"
(Keluaran 18:14 / TB)

Sering kali, kesalahan utama kita adalah kita langsung menyampaikan tanpa mengamati dan bertanya. Namun tidak dengan Yitro. Dia mengamati apa yang Musa lakukan seharian bagi Israel, setelah itu barulah dia bertanya kepada Musa, "Apa yang kau lakukan?"

2. Yitro mengedepankan kepentingan Musa
Tetapi mertua Musa menjawabnya: "Tidak baik seperti yang kaulakukan itu. Engkau akan menjadi sangat lelah, baik engkau baik bangsa yang beserta engkau ini; sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja.
(Keluaran 18:17-18 / TB)

Sebelum kita menyatakan kebenaran pada orang lain, ada baiknya kita menilik isi hati kita dengan jujur. Untuk kepentingan siapa kita mengatakan ini? Apakah benar untuk kepentingan lawan bicara kita? Atau jangan-jangan ada kepentingan kita juga di situ? Sebelum Yitro menyampaikan sarannya, ia mengungkapkan isi hatinya bahwa saran ini semata-mata untuk kebaikan dan kepentingan Musa. 

3. Yitro memberikan solusi dan action plan
Jadi sekarang dengarkanlah perkataanku, aku akan memberi nasihat kepadamu dan Allah akan menyertai engkau. Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah.
(Keluaran 18:19 / TB)

Yitro tidak hanya mengkritik, “Ini bagus”, “Ini ga bener”, “Ini ga baik”, tapi dia juga memberikan solusi. Ketika kita ingin menyampaikan sesuatu, ada baiknya kita berdoa dan hikmat Tuhan untuk tau apakah ada solusi yang bisa kita berikan. Di dunia ini sudah terlalu banyak orang yang pintar mengkritik, mencari masalah, dan—sayangnya—tidak banyak yang bisa memberikan solusi. Tapi di dalam Tuhan, kita bisa jadi anak-anak Terang yang menyatakan kebenaran dan membawa perubahan.

Selain solusi, Yitro juga memberikan action plan

Adapun engkau, wakililah bangsa itu di hadapan Allah dan kauhadapkanlah perkara-perkara mereka kepada Allah. Kemudian haruslah engkau mengajarkan kepada mereka ketetapan-ketetapan dan keputusan-keputusan, dan memberitahukan kepada mereka jalan yang harus dijalani, dan pekerjaan yang harus dilakukan. Di samping itu kau carilah dari seluruh bangsa itu orang-orang yang cakap dan takut akan Allah, orang-orang yang dapat dipercaya, dan yang benci kepada pengejaran suap; … Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu, maka engkau akan sanggup menahannya, dan seluruh bangsa ini akan pulang dengan puas senang ke tempatnya.
(Keluaran 18:19b-23 / TB)

Ketika membaca ayat-ayat di atas, saya rasa Yitro tidak memberikan usulan itu dengan spontan, tapi dia sudah memikirkan dan menggumulkannya. Karena itu, action plan yang diberikannya adalah sesuatu yang benar-benar berguna, bukan hanya asal ngomong. 


--**--


Yang sangat perlu kita lakukan sebelum berbicara dengan seseorang, kita perlu berdoa minta hikmat Tuhan supaya Tuhan sendiri yang memimpin percakapan kita. Sama seperti Yitro, yang menyerahkan hasilnya kepada Allah setelah menyampaikan semuanya. 

"Jika engkau berbuat demikian dan Allah memerintahkan hal itu kepadamu…"
(Keluaran 18:23a / TB)

Ini adalah sebuah klausal penutup dari nasihat panjang-lebar Yitro. Jika Allah memerintahkan hal itu kepadamu. Yitro tidak mengancam, “Kalau kamu tidak menaati nasihatku, celakalah dan terkutuklah kamu.” Tidak. Sebaliknya, dia malah meminta Musa juga bertanya kepada Allah, apakah sarannya itu adalah sesuai dengan kehendak Allah atau tidak.

Mari kita meneladani Yitro di dalam percakapan kita sehari-hari. Tidak cepat bicara, melainkan mengamati terlebih dahulu. Bertanya dan tidak membuat asumsi sendiri. Menjadi pemberi solusi dan bukan hanya tukang kritik dan setelah semuanya, menyerahkan hasil akhirnya kepada Tuhan sendiri :)

Tuhan memberkati.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^