Wednesday, May 16, 2018

Apakah Tuhan itu Seksis?


by Sarah Eliana

Salah satu pendeta yang aku temui pernah bercerita kalau sekarang ini jarang sekali ada pengantin wanita memasukkan “submit and obey” dalam janji nikahnya. Kenapa? Karena menurut para calon pengantin wanita itu, di era emansipasi wanita saat ini, janji untuk tunduk dan patuh itu sudah ketinggalan jaman. Pria dan wanita sama di mata Allah. Jadi apa perlunya para istri harus tunduk pada suami? 

Terus terang, dulu aku juga sempat berpikir kalau ayat-ayat tentang penundukan diri itu seperti merendahkan harkat dan derajat wanita. Laki-laki dan wanita kan sama disayangnya oleh Tuhan, lalu kenapa istri harus tunduk sama suami? Kenapa ayat-ayat ini kelihatannya sangat seksis? Apakah Tuhan Yesus betul-betul seksis?

Sekarang setelah mengerti Firman Tuhan lebih dalam, dengan yakin aku bisa katakan: No, God is not sexist. Sebaliknya, Tuhan Yesus justru mengangkat harkat dan derajat wanita! 

Sekarang ini, kita sudah biasa melihat wanita punya hak suara di pemilihan umum, bekerja di beragam profesi, bahkan memegang posisi pemimpin. Banyak perusahaan-perusahaan besar yang dipimpin wanita. Padahal, girls, kalau betul-betul kita pikirkan, hal-hal yang dinikmati wanita seperti ini masih sangat baru. Di Indonesia misalnya, baru seratus tahun yang lalu wanita ngga boleh sekolah! Kurang dari seratus tahun yang lalu kita belum boleh ikut pemilihan umum. Kurang dari seratus tahun yang lalu, wanita-wanita Indonesia hidup seperti pada masa Yesus. Padahal, Yesus sudah mengangkat harkat dan derajat wanita dari 2000 tahun yang lalu! Mau contoh-contoh dari Alkitab? Here we go...

  • Yohanes 4 : 5 – 42 menceritakan tentang Yesus yang ngobrol dengan wanita Samaria di tepi sumur. Tahu ngga sih, kalo wanita ini dijauhi oleh orang-orang disekitarnya? Dia menikah lima kali dan tinggal dengan laki-laki yang bukan suaminya. Kebayang ngga sih gosip-gosip yang beredar di sekitar dia? Cewek baik-baik mana yang mau jadi temannya? Pria baik-baik mana yang mau dekat-dekat dia? Ngga ada! Cuma satu yang mau: YESUS! Dia ngga hanya ngobrol sama wanita ini, tapi juga memberinya harapan tentang hidup yang baru. 
  • Yesus menampakkan dirinya kepada Maria Magdalena. Penulis buku rohani sekaligus sahabatku, Grace Suryani, berpendapat begini: “Pada zaman Tuhan Yesus dulu, kesaksian wanita di pengadilan itu sama sekali tidak dianggap. Kesaksian satu wanita baru dipandang serius kalau ada kesaksian dua pria yang mendukung dia. See? Suara wanita cuma dianggap 1/2! Tapiii... pada momen kebangkitan, Tuhan Yesus JUSTRU pertama kali menampakkan diri kepada wanita, walaupun Petrus dan seorang murid lain juga mendatangi kubur Yesus. Saksi pertama yang melihat kebangkitan Yesus justru wanita, padahal sebagai orang Yahudi, Yesus tahu benar kalo wanita itu ngga dianggap. Ia tetap memilih untuk menampakkan diri pertama kali pada Maria Magdalena. :)))” Wow... can you just see it? Tuhan Yesus mendobrak budaya patriarki yang sangat kuat di masa itu dengan menampakkan diri pertama kali ke Maria Magdalena. Luar biasa kan? Dare we say He is sexist? Don't think so! 
  • Dalam budaya patriarki yang sangat kental, daftar silsilah biasanya hanya mencantumkan nama para pria. Abraham melahirkan Ishak & Ismael, Ishak melahirkan Esau & Yakub, dan seterusnya. Tapi, perhatikan silsilah Tuhan Yesus di Matius 1. Di situ disebutkan empat wanita: Tamar, Bathsheba, Rut, dan Maria! Kenapa empat wanita itu disebut? Kalau direnungkan, mereka bukan wanita yang luar biasa, tiga orang bahkan masuk kategori bukan wanita “baik-baik”. So, why? Karena Tuhan mau kita tahu bahwa wanita berharga dimata-Nya. Di tengah-tengah dunia yang begitu mengagungkan maskulinitas, Yesus ingin kita tahu bahwa wanita juga dipakai oleh Tuhan dengan cara-cara istimewa untuk kemuliaan nama-Nya 
  • Nah, poin keempat ini menurut aku luar biasa banget. Kita yang hidup saat ini pasti sudah biasa melayani Tuhan di gereja atau ladang misi. Tapi, bayangkan hidup para wanita di zaman Yesus. Mereka jadi warga kelas dua. Jangankan melayani di bait Allah, dengar firman Tuhan saja kadang-kadang susah bener. Tapi... ada hal yang luar biasa, yuk baca di Lukas 8 : 3 
“Wanita-wanita ini melayani rombongan itu dengan kekayaan mereka.”

Siapa rombongan yang dimaksud? Rombongan Yesus dan murid-murid-Nya! Tuhan Yesus sangat amat ngga seksis sekali! Kalo Tuhan Yesus seksis, ngga mungkin Dia biarkan rombongannya (yang isinya laki-laki semua) dilayani dan didukung secara finansial oleh wanita!!! Wahh, ini hal yang sangat memalukan lho untuk jaman itu. But Jesus is humble! Dia bilang “I am humble and gentle”! (Matius 11 : 29). Dengan mengijinkan wanita mendukung rombongan-Nya secara finansial, secara ngga langsung Yesus menunjukkan, “Look. Women are precious in My sight. So precious that they have the same access to my blessing as men do!”. WOW!!!

  • Di Yohanes 19 : 26-27 diceritakan waktu Yesus di atas kayu salib, Dia melihat ke Maria ibu-Nya dan bilang “Ibu, inilah anakmu”, lalu Dia berpaling ke Yohanes, dan bilang “Inilah ibumu”. Alkitab berkata, sejak saat itu murid itu menerima Maria dalam rumahnya (Yohanes 19:26-27). Pernah kepikiran ngga? Kalo Yesus adalah Tuhan yang seksis, apakah Dia akan mengambil waktu untuk menitipkan Maria ke Yohanes? I don't think so. Bahkan menjelang kematian-Nya, Yesus berpesan supaya Yohanes menjaga Maria, bukan karena Maria adalah hak milik atau benda yang bisa dititip-titipin, tapi karena Tuhan Yesus mau kelangsungan hidup Maria terjamin. Seperti kita tahu, pada jaman itu, kelangsungan hidup seorang wanita tergantung pada siapa yang melindunginya. Seorang wanita yang ngga memiliki suami dan anak akan gampang menjadi korban kejahatan seperti diperkosa, diculik dan dijual menjadi budak. 

Nah, dari tindakan Yesus yang menitipkan Maria kepada Yohanes, kita bisa lihat bahwa pria memang dipanggil menjadi pemimpin. Dalam rumah tangga, pemerintahan dan gereja, kebanyakan yang jadi pemimpin adalah laki-laki. Kenapa? Karena Tuhan memberikan mereka fungsi sebagai pelindung, seperti Yohanes yang diberi tugas untuk melindungi Maria. Sayangnya, kita hidup dalam dunia yang begitu berdosa. Iblis ngga henti-hentinya memutarbalikkan Firman Tuhan, sehingga apa yang seharusnya dirayakan justru menjadi sesuatu yang keliatannya salah, salah satunya mengenai tugas pria sebagai pemimpin. Banyak orang yang ngga kenal Tuhan menganggap peran mereka sebagai pemimpin sangat membanggakan, sehingga banyak pria yang menyalahgunakannya. Lalu hasilnya? Banyak wanita yang tertekan, secara fisik maupun mental. Hal inilah yang akhirnya mendorong gerakan emansipasi, feminisme, girl power dan semacamnya. Padahal, bukan begitu maksud Tuhan saat menempatkan pria sebagai pemimpin. Rancangannya bagi para pria jelas tertulis di Efesus 5:22-23

“...suami adalah kepala istri sama seperti Kristus adalah kepala jemaat. Dialah yang menyelamatkan tubuh”

See! Itulah kenapa suami ditempatkan menjadi kepala dan istri jadi badan: karena suami berfungsi sebagai PENYELAMAT! To be a protector... a provider... a HERO! Our white knight in shining armor! Seperti inilah pria dirancang oleh Tuhan! Tapi sayangnya, peran mereka dirusak oleh iblis dan dosa, sehingga maknanya dikacaukan -.-'

Satu ayat yang sering kali dijadikan bahan 'bukti' kalo Tuhan seksis adalah 1 Petrus 3 : 7:

"Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah!"

Masa wanita dibilang kaum yang lebih lemah! HUH! Udah dibilang kaum yang lebih lemah, disuruh tunduk pula, misalnya di Efesus 5:22. Bukankah itu berarti Tuhan memang seksis? Well, kalo baca ayat itu, kita juga harus baca ayat selanjutnya, saudari – saudari.

"Hai suami, kasihilah isterimu sebagaimana Kristus telah mengasihi jemaat dan telah menyerahkan diri-Nya baginya."

Para suami punya peran untuk mengasihi para istri. Nah... ini jelas-jelas ngga seksis! Heh? Apa susahnya sih mengasihi? Kan memang udah seharusnya. Well... udah pernah liat versi kasih menurut Tuhan yang sangat ‘ekstrim’ itu kan? Nih:

“Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Kasih tidak berkesudahan”
(1 Korintus 13 : 4 – 8)

Coba, guys, ganti kata kasih di 1 Petrus itu dengan definisi kasih dari 1 korintus 13 ini! Nih, jadinya kayak gini nih:

“Hai suami, bersabarlah terhadap istrimu. Bermurah hatilah terhadap istrimu. Jangan cemburuan. Jangan memegahkan diri di hadapan istri. Jangan sombong dengan istri. Jangan ngga sopan terhadap istrimu. Jangan mencari keuntungan sendiri dari istrimu! Jangan suka marah2; jangan menyimpan kesalahan istrimu. Jangan bersukacita karena ketidakadilan! Tutupi segala sesuatu dengan kasih. Trust her. Harapkan yang terbaik untuk dia. Sabarlah menanggung segala sesuatu, (termasuk saat dia depresi post-partum, PMS atau moody). Kasihi dia dengan tidak berkesudahan. Kasihi dia seperti Kristus yang rela mati untuk gereja-Nya!!”.

WUIHHHH!!!! Masih berani bilang Tuhan seksis? Dunia berkata, “Karena suami adalah pemimpin istri, maka perlakukanlah istri sesuka hatimu. Perlakukan dia seperti hambamu. Kalau berbuat salah: marahi, kalau mau pukul juga boleh”. Tapi, Tuhan bilang, “Bersabarlah pada istrimu. Jangan ingat-ingat kesalahannya. Jangan marah-marah. Jangan main pukul. Jangan ringan tangan. Jangan sombong karena kamu pemimpinnya. Sebaliknya, tempatkan dia lebih daripada dirimu – jangan cari keuntungan dirimu sendiri, tapi pikirkan dia dalam segala keputusanmu. Contohlah Aku dan jadilah pemimpin seperti Aku: lembut dan rendah hati.”

Girls, do you see how much God loves you??? His love is deeper than the deepest ocean. Higher than the highest mountain!! Kita pikir panggilan kita untuk tunduk pada suami susah? Lihat bagaimana panggilan suami untuk mengasihi istri yang juga susah. Panggilan mereka benar-benar suatu panggilan yang menuntut mereka melepaskan semua keangkuhan dan harga diri mereka, menggantinya dengan jubah kerendahhatian. They are called to lead like Jesus, to love like Jesus (bahkan hingga rela mengorbankan nyawa untuk sang istri), and to glorify His name through all of that!

Jadi kalau kamu berpikir Tuhan itu seksis, pikirkan lagi. He is sooo NOT sexist at all. =) Memang wanita diciptakan sebagai mahkluk yang lebih lemah, tapi lihat... Tuhan juga menciptakan pelindung bagi kita. Dan, kalau kita berpikir tunduk pada suami adalah hal yang bodoh, ingatlah bagaimana Tuhan juga memanggil suamimu untuk mengasihimu seperti yang Kristus lakukan: dengan cinta yang jelas-jelas diatas cinta versi dunia. Kalo kita cuma lihat panggilan untuk tunduk, kelihatannya memang ngga adil, tapi lihat juga panggilan untuk para pria! Ini adalah rancangan yang sempurna untuk pernikahan, juga kehidupan pada umumnya. Yang menarik, angka perceraian justru semakin naik waktu gerakan feminisme, emansipasi, girl power dan semacamnya itu digembar gemborkan? WHY?? Karena memang rancangan pernikahan dimana ada dua kapten dalam kapal rumah tangga itu ngga akan membuat sebuah rumah tangga bertumbuh, justru sebaliknya... karam! Dan Tuhan tahu itu maka Dia berikan peran-peran khusus yang berbeda untuk suami dan istri. Bukan karena Dia seksis atau pilih kasih, tapi karena DIA TAHU YANG TERBAIK! =D 

Pertanyaan selanjutnya, apakah memang ada pria-pria yang bisa mengasihi istrinya seperti itu?? OF COURSE!!! I can tell you this because I have been loved with that kind of love by my wonderfully loving husband. Tanyakanlah pada para wanita yang menikahi pria-pria yang takut akan Tuhan, mereka pasti ikut mengiyakan.

Yuk, girls, mulai berdoa supaya anak-anak lelaki Tuhan terus melekat kepada Allah, menghidupi hati dan visi-Nya, supaya di generasi ini ada pria-pria yang dibangkitkan Tuhan menjadi knights in shining armors yang memuliakan nama Tuhan. Selain itu, berdoa juga untuk kita, para wanita, khususnya supaya Tuhan bentuk karakter kita menjadi wanita yang layak diperjuangkan. =D Seorang mempelai Kristus yang bangga dengan perannya sebagai seorang wanita (dan istri jika memang Tuhan memanggil kita masuk dalam pernikahan). Seorang mempelai yang dipercantik dengan karakter sebagai putri, sehingga orang-orang yang melihatnya akan memuliakan Bapa kita, Raja di atas segala Raja. 

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^