Friday, February 13, 2015

Teach Your Children to Protect Their Body

by Fatima Chandra 

Seorang anak lelaki berusia kurang dari 5 tahun, terbiasa ditinggal bekerja oleh ibu dan ayahnya. Biasanya sang anak ditinggal bersama dengan pengasuhnya. Mereka tidak tahu apa yang terjadi ketika mereka tinggal anak mereka dengan pengasuhnya tersebut. Hingga pada suatu malam, ketika sang ibu sudah pulang ke rumah dan sedang bermain- main dengan sang anak, tiba-tiba sang anak meraba-raba tubuh ibunya, meraba bagian- bagian yang sangat privat, sekitar payudara dan vagina. Sang ibu kaget dan merasa ini bukanlah hal yang normal, lalu ibu langsung bertanya kepada anak, “Apa yang kamu lakukan nak?” Sang anak menjawab, “Saya mau main dokter-dokteran dengan ibu, seperti biasa aku main sama sus”. Betapa terkejutnya sang ibu ketika mendengar jawaban dari sang anak. Ternyata setelah ditelusuri, pengasuhnya memanfaatkan anak yang masih lugu tersebut untuk memuaskan nafsu birahinya dengan berpura-pura bermain dokter-dokteran dan meminta anak untuk meraba-raba bagian tubuh yang privat dan sang pengasuh. 

Kisah tersebut mungkin dialami oleh beberapa dari kita, mungkin banyak dari kita ibu- ibu yang juga menemukan anak-anak kita mulai menyukai meraba-raba alat vital mereka sendiri, mereka mulai mengeksplorasi bagian-bagian tubuh mereka. Secara psikologis dan secara umumnya hal itu adalah normal dan lumrah. Namun, kita perlu melihat seberapa normal hal tersebut dilakukan oleh anak-anak kita. Jangan sampai anak kitapun akan menjadi korban dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab. 


Menurut Dr. Kristiantini, SpA., anak di bawah 1 tahun biasanya belum mengeksplor organ genitalianya, karena organ ini memang lebih sulit terlihat dibandingkan dengan anggota tubuh lainnya. Bayi sering menyentuh organ genitalnya karena mereka menimbulkan rasa ‘ënak’ atau menimbulkan rasa nyaman ketika mereka sedang cemas dan marah. 

Bayi 1 tahun sudah mulai memainkan genitalnya saat digantikan celananya dan kadang mereka juga memainkan kotorannya saat dibersihkan. Hal ini wajar saja sebagai bagian dari rasa keingintahuan mereka.

Anak di bawah usia 3 tahun belum mengerti bahwa seluruh bagian tubuhnya merupakan satu kesatuan dari badannya dan merupakan sesuatu yang permanen. Oleh karena itu, anak lelaki kadang menjadi ‘cemas’ penisnya akan hilang atau tidak ada saat mereka melihat anak perempuan tidak memiliki genitalia yang sama, atau sebaliknya.

Anak usia prasekolah sering belum aware terhadap tubuhnya dan masih belum terlalu mengerti kata “malu” dalam keadaan telanjang. Mereka tertarik untuk melihat tubuhnya sendiri dan tubuh teman-temannya. Mereka senang bermain peran dokter-perawat sehingga mereka bisa saling menyentuh dan melihat satu sama lain. Mereka sering sekali tertarik pada bagian-bagian tubuh orangtuanya dan ingin menyentuhnya jika mereka kebetulan melihatnya di kamar atau di kamar mandi.

Sebelum usia 3 tahun, anak dapat menyampaikan jenis kelaminnya. Dan pada usia 6 atau 7 tahun mereka mengerti bahwa organ genital bukanlah sesuatu yang bisa berubah lagi.
Ketika kita membaca hal tersebut, maka kita akan mengerti bahwa adalah normal dan wajar anak-anak kita sering ingin tahu dan bertanya mengenai alat genitalia mereka. Karena memang itu termasuk dalam tahapan perkembangan seksual mereka. Tapi bagaimanakah kita sebagai orangtua harus membantu anak agar mereka dapat menjaga tubuh mereka sehingga mereka tidak menjadi korban atau tidak ‘mengorbankan diri’ mereka hanya untuk 
memuaskan rasa ingin tahu mereka?

Berikut adalah beberapa hal yang dapat kita ajarkan sebagai orangtua kepada anak kita mengenai bagaimana mereka menjaga tubuh mereka:
  1. Gunakan istilah yang tepat untuk anggota-anggota tubuh mereka, tidak peduli usia anak.
    Banyak orangtua yang merasa tabu untuk mengajarkan anak mengenai seks, sehingga mereka juga merasa tabu untuk memberitahukan nama dari organ genitalia anak. Berikan nama sebenarnya untuk penis, vagina, payudara. Jangan memberikan julukan-julukan seperti pistol, tongkat, kacang, dll. Hal ini agar anak belajar menghargai bahwa anggota tubuh mereka yang vital pun penting dan berharga.

  2.  Ajarkan anak untuk membersihkan tubuh mereka sendiri.
    Pada usia di bawah 3 tahun memang masih sulit untuk mengajarkan anak membersihkan tubuh mereka, namun menginjak usia 3 tahun anak-anak dapat diajarkan untuk memegang penis mereka sendiri ketika buang air kecil, memakai sabun sendiri, dsbnya. Ketika memandikan anak, kita dapat banyak mengajar mereka mengenai bagian-bagian tubuh mereka yang privat dan tidak boleh disentuh oleh orang lain kecuali orangtua (itu pun hanya untuk memeriksa jika terdapat masalah).

  3. Ketika anak sudah mulai berbicara dan mengerti, hindari untuk mandi bersama anak dengan jenis kelamin berbeda.
    Ayah sebaiknya jangan mandi bersama dengan anak perempuan dan ibu dengan anak laki-lakinya. Karena hal ini akan mengajarkan mereka mengenai rasa malu sehingga mereka tidak sembarang mempertontonkan tubuh mereka. Ada beberapa teman saya yang juga mengajarkan anak untuk tidak keluar kamar mandi dalam keadaan telanjang, tapi harus memakai handuk yang menutupi anggota tubuh privat mereka. Ketika mereka sudah lebih besar, mereka dapat memakai pakaian di dalam kamar mandi.

  4. Ajarkan anak mengenai jenis-jenis sentuhan. 
    Ajarkan anak anda untuk dapat membedakan antara sentuhan. Ada tiga jenis dari sentuhan:
    a. Sentuhan lembut: pelukan, tepukan, jabat tangan, pijatan.
    b. Sentuhan menyakiti: menampar, memukul, menendang.
    c. Sentuh menakutkan: menyentuh bagian tubuh seksual (payudara, kelamin, pantat), atau ancaman dari sentuhan menyakiti (jika tidak taat anak diberikan pukulan). Anak diajarkan bahwa mereka memiliki ruang pribadi yang hanya boleh mereka yang menentukan boleh disentuh atau tidak, misalnya tidaklah benar jika ada orang lain yang menyentuh bagian pribadi kamu tanpa alasan dan meminta kamu untuk merahasiakannya.
  1. Menghormati hak anak untuk berkata tidak.
    Sebagai orangtua, kita harus belajar juga untuk menghormati hak anak untuk berkata tidak untuk menyentuh atau berhubungan terhadap orang-orang tertentu. Karena hal ini juga akan mengajarkan anak untuk mengembangkan ‘rasa tidak aman’ mereka terhadap situasi atau orang tertentu. Misalnya, anak kita biasa tidak menolak jika diminta bersalaman dengan teman kita. Namun satu kali dia tidak mau bersalaman meskipun kita sudah membujuk mereka. Kita harus belajar menghargai hak anak, namun kita perlu tanyakan mengapa mereka bersikap begitu. Seringkali anak merasa tidak aman karena mungkin orang tersebut memang tidak ramah, dan sebagainya. Daripada kita memaksa mereka dengan kata, “Ayo berikan pelukan kepada tante kamu”, lebih baik kita bertanya: “Apakah kamu mau memberikan pelukan kepada tantemu?” jika ia tidak mau, jangan meminta maaf atau membuat alasan, karena itu adalah haknya.

  2. Ajarkan anak untuk mereka mengetahui siapa saja yang boleh menyentuh mereka.
    Misalnya, saya mengajarkan anak saya bahwa hanya papa mama yang boleh mencium kamu. Juga orang terdekat seperti nenek, kakek. Ketika mereka sudah mulai berbicara mereka akan mulai bertanya, bagaimana jika paman? Tante dan sebagainya, kita yang bantu mereka untuk tentukan batas tersebut.
    Anak kita perlu mengetahui bahwa mereka dapat dan seharusnya memberitahu orangtua mereka jika ada orang lain yang meminta mereka melakukan sesuatu yang membuat mereka merasa tidak nyaman atau menakutkan atau jika ada orang yang menyentuh bagian genitalia mereka.

  3. Doronglah anak-anak untuk banyak bertanya.
    Pertahankan pembicaraan yang terbuka dan jujur dengan anak-anak kita. Pastikan bahwa anda adalah tempat yang pertama untuk mereka datang dan bertanya, bukan orang lain. Hal ini akan membantu mereka untuk tidak malu bercerita dan meletakkan dasar untuk percakapan-percakapan yang lebih privasi di kemudian hari.
  4. Bicarakan mengenai orang asing (stranger). Perkenalkan istilah orang asing sedini mungkin setelah anak mulai dapat membedakan siapa orang-orang yang ada di sekitar mereka. Hal ini untuk menjaga anak terhadap bahayanya orang-orang yang mengambil keuntungan dari anak-anak seperti penculik, pedofilia, dsbnya.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^