Wednesday, June 27, 2018

And They Live Happily Ever After


by Lia Stoltzfus

“So Cinderella married the Prince and lived happily forever and ever.“ Itu adalah sepenggal kalimat penutup cerita yang biasanya kita sukai. Ya, semenjak dari kecil, kita bermimpi akan bertemu dengan 'pangeran' tampan pujaan hati yang gagah berani dan siap berkorban nyawa demi untuk menyelamatkan dan melindungi kita. Kita bermimpi menjadi seorang putri yang menikahi 'pangeran' tersebut dan hidup bahagia selamanya. 

Apakah fairy tale tersebut bisa jadi dalam dunia nyata? Pernikahan BAHAGIA selamanya? Kok rasanya jarang banget denger cerita pasangan yang BERANI bilang kalo mereka bahagia dalam hidup pernikahan mereka? Jarang banget yang bilang, “I feel content“ or “ I feel secure in my marriage.” Yang ada juga complain-an, “Huh, nyesel gue kawin sama dia! Ternyata dia banyak berubah. Dulu aje pas masih pacaran manis-manis, sekarang mah makin lama makin sepet!” 

Serem rasanya kalo liat fakta bahwa dalam 5 tahun ini angka perceraian meningkat 40%. Bahkan Dirjen DepAg mengatakan bahwa dari 100 pernikahan, ada 10 perceraian yang terjadi, dan itu pada umumnya adalah pasangan yang baru menikah. Dan belum tentu sisanya -yang MASIH dalam ikatan pernikahan- terus STAYING in LOVE, not only staying together. Ada yang bahagia tapi ada juga yang merana. Ada yang terus berjuang buat kebahagian pernikahan mereka tapi ada juga yang uda menyerah dan gak peduli.

Pernikahan bisa jauuuuh lebih indah dari sebuah fairy tale. God said, “Impress My words upon your heart so that your days may be as the days of heaven upon earth.” (Deuteronomy 11:18-21 / KJV). Tanamkan Firman-KU di dalam hatimu maka hari-harimu akan seperti Surga di atas bumi! Ini yang Tuhan mau ada dalam sebuah pernikahan. A taste of heaven! 

Siapa yang gak mau punya a Godly home with heavenly atmosphere? Di mana berasa ada kasih tanpa syarat, sukacita dan damai sejahtera? Pasti deh pada teriak, “Mauuuu...” (hehehe, gue juga mau!) Tapi yang jadi permasalahannya adalah MAU gak kita bayar harga untuk membangun hal itu bisa terjadi dalam pernikahan kita masing-masing? Syaratnya cuma 1, praktekin Deuteronomy 11:18-21 itu tadi dengan kesediaan untuk dibentuk, dihancurkan kesombongannya, jadi hamba, mengampuni dan berespon sesuai dengan kebenaran. Bujubileeee... Berat banget yah rasanya? Tapi yah itulah PERNIKAHAN! Sharing life with the person you love gak selalu menyenangkan tanpa konflik loh tapi tetep bisa jadi INDAH dan BAHAGIA kok. 

Zac Poonen dalam bukunya A HEAVENLY HOME, menjelaskan gimana kita bisa membangun pernikahan yang indah dan bahagia sesuai dengan design Allah. Yuk kita sama- sama belajar dan terus praktekin.

1. THE FOUNDATION
Bagian yang paling penting dari sebuah bangunan adalah FONDASI-nya. Kalau fondasinya bagus, bangunannya akan kokoh. Ini bukan sekedar teori tapi juga truth, wah wong Tuhan Yesus juga bahas soal ini di Matius 7:24-27. Fondasi sebuah pernikahan haruslah KASIH ALLAH yang tidak bersyarat. 

Ketika Tuhan mendeskripsikan kasih-Nya yang tanpa syarat, Ia memberi contoh dalam Yesaya 49:15. Kasih tanpa syarat digambarkan dengan kasih seorang ibu terhadap anaknya yang baru lahir yaitu kasih yang gak mentingin diri sendiri dan terus-menerus memberi tanpa mengharapkan imbalan. Kebetulan gue juga baru lahiran, iya! Gue tau banget rasanya... meskipun masih sakit sekujur tubuh terutama jahitan episitomi tapi tetep rela buat begadang dan menyusui tanpa sebersitpun timbul di dalam pikiran, “Eh nanti kalo Timmy uda gede, dia mesti bayar gue 1000 USD buat semua pengorbanan yang gue lakukan ini.“ Huehehehe... All I want to do is to shower him with love, the pure love of a mother. Gue merasa bahagia pas gue bisa memberi sesuatu ke Timmy even though he is unable to return my love. 

Nah kasih Tuhan yang tanpa syarat itu juga kayak gitu. Di saat kita gagal untuk taat pun, kasih-Nya gak pernah berubah. Hal ini juga mesti diterapin dalam hidup suami-istri. Ketika suami gagal dalam bisnisnya, gagal dalam membuat keputusan yang tepat dan terbaik untuk keluarga, gagal untuk mengekspresikan penghargaan dan cintanya ke istri, semestinya kasih (dan RESPECT) istri gak berubah SAMA seperti KASIH ALLAH yang tanpa syarat. Begitupun suami, ketika lihat istrinya masak keasinan ato agak gosong, gagal buat nundukin diri dan berespon benar terhadap situasi, gagal kendaliin emosinya, gagal mengerti dan memenuhi kebutuhan biologis suami, tetep bisa bilang, “Aku tidak menolak kamu, aku tetap mengasihi kamu dan aku percaya Allah sanggup mengubah kamu” dengan senyuman. 

Kalo suami istri merasa SECURE dalam hubungan masing-masing sama Tuhan dan juga SECURE karena tau pasangannya punya komitmen untuk mengasihi tanpa syarat, fondasi rumah ini akan kokoh dan bisa mulai membangun di atasnya. 

2. FIRST FLOOR 
Waktu ada Ahli Taurat mencobai Yesus dengan bertanya tentang HUKUM yang TERUTAMA (Matius 22: 34-40), Yesus menjawab bahwa ada dua hukum yang terutama – bukan hanya satu. Yang pertama adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan kekuatan; dan yang kedua adalah kasihilah sesamamu, seperti Dia telah mengasihi kita.

Dan itulah dua lantai dari a Godly Home. Sama kayak kita gak mungkin bangun lantai kedua sebelum bangun lantai pertama, kitapun gak akan bisa mengasihi sesama (pasangan or anak-anak) seperti yang Tuhan mau kalo kita sendiri belom belajar mengasihi Tuhan with all our heart, soul and mind. 

Gue masih inget dulu kalo hubungan sama Tuhan kacau, gak deep en gak intim, pasti deh konflik dalam hubungan nongol satu persatu, entah itu sama nyokap, anak bina, pemimpin bahkan sama diri gue sendiri! Jadi pusing binti keder. Begitupun setelah menikah, kalo hubungan pribadi gue sama Tuhan gak beres, gue jadi istri yang mudah tersinggung, gak sabar en gampang marah. Yang tadinya mau sayang-sayang sama suami jadi menyakiti. Yah, bener banget... kita gak bisa love others with our own strength. We must be filled with God's love so we can love other people unconditionally. 

Ketika Tuhan menciptakan Mr. Adam en Miss Hawa, Dia gak created them at the same time even though it would have been so easy for Him to do that, if He wanted to. Tuhan bisa ambil dua lempung tanah liat daripada satu, dan membuat pria dan wanita pada saat bersamaan, dan menghembuskan nafas ke dalam keduanya. Tapi kenapa Tuhan ciptain Adam sendiri? Supaya pas Adam melek, pribadi pertama yang dilihatnya adalah Tuhan – dan bukan Hawa! Trus Tuhan juga membuat Adam tertidur. Kenapa? Bukan hanya untuk ngambil rusuknya. Tapi supaya pas Tuhan ciptain Miss Hawa terpisah di salah satu sudut taman, dan Miss Hawa membuka matanya, pribadi pertama yang dilihatnya juga adalah Allah dan bukan Adam. Hawa bahkan gak tahu akan kehadiran Adam. Hawa cuma melihat Allah pada mulanya.

Itu adalah pelajaran pertama yang pengen diajarin ke Mr. Adam en Miss Hawa: “Aku, Tuhan Allahmu, HARUS SELALU menjadi yang terutama di dalam kehidupanmu.” Pelajaran ini juga berlaku buat kita semua, tanpa kecuali suami-istri. Bukan suami or anakmu yang jadi TERUTAMA tapi Bapa di surga. 

Ketika Kristus yang jadi pusat, di antara suami-istri, maka hubungan dan pernikahan mereka akan menjadi kokoh dan kuat karena ada KASIH Allah di antara mereka.

Practical point:
Miliki waktu PRIBADI buat berhubungan sama Tuhan (baca Firman dan doa); BUKAN sekedar barengan sama suami/istri dalam mezbah keluarga. 

3. SECOND FLOOR 
Mengasihi sesama, dalam konteks artikel ini adalah mengasihi pasangan (suami/istri) kita. Tanda kalo kita mencintai seseorang adalah lewat apresiasi yang kita berikan kepadanya lewat perkataan dan juga sikap kita. Apakah lewat CARA BERBICARA kita, it shows high honor to our spouse? Apakah lewat SIKAP kita, suami bisa merasa dirinya dicintai, dihargai dan dibutuhkan? 

Tuhan pengen suami-istri punya deep love seperti yang di Kidung Agung. Ada pujian sebagai ekspresi kekaguman satu sama lain bukannya umpatan, celaan dan penghakiman. Coba baca Kidung Agung, di sana bukan kata-kata manis gombalan buat dapat apa yang diinginkan tapi pujian tulus dari pasangan yang really deeply in love. 

You're beautiful, my dear love, from head to toe - beautiful beyond compare and absolutely flawless. You’re as lovely as the ravishing visions of my ecstasy. Your voice is soothing and your face is ravishing. Your beauty, within and without, is absolute, my dear friend. You’re a paradise! You've captured my heart. You looked at me, and I fell in love. One look my way - and I was hopelessly in love! My heart is raptured. Oh the feelings I get when I see you and the stirrings of desire I have. I'm spoiled for anyone else!” There is no one like you on earth, there never has been, and there will never be. You are a woman beyond compare! 

And you, my dear lover are so handsome! You are one in a million. There's no one like you! You’re golden – you’re a rugged mountain of a man. Your words are warm and re-assuring. Your words are like kisses and your kisses are all words. Everything about you delights me. You thrill me through and through! I long for you and I want you desperately. Your absence is painful for me. When I see you, I will throw my arms around you and hold you tight. And I won’t let you go. I am yours alone and you’re my only lover and you’re my only man.” 
(Song of Salomon - MSG) 

Gileee, mantep banget yah?

Coba bayangin kata-kata kayak gini keluar dari mulut kita di rumah...

"Honey, I am a blessed wife! Kamu suami yang hebat. Kerja keras dan sangat rajin. Laba- laba kemalasan gak bisa bersarang di rumah kita. Aku bangga loh punya suami kayak kamu.." 

"Good morning, my dear wife! I love you..." 

"Kamu cantik sekali... I am delighted in you. Padahal baru aja hamil dan melahirkan tapi your body shape udah balik ke yang dulu. Aku makin jatuh cinta sama kamu lihat how you take care our baby. You are a good mom! I am so proud of you, dear." 

Nah gimana rasanya kalo denger appreciation of love kayak begitu? Ooow... a taste of Heaven! Super duper sweet and beautiful! =) 

We must learn how to put true love into action through our words and acts and even through our responses when we are facing conflicts. 

Waktu kami bikin wedding vows, kami SENGAJA masukin poin ini. "I will always open my heart to share with you and always willing to forgive you and accept you just as you are" karena kami sadar kalo yang namanya tinggal serumah, kelemahan (dan juga kekuatan) akan semakin ter-ekspos dan juga bisa melakukan kesalahan dan kegagalan yang berulang. Dan bener banget, konflik gak bisa dihindari! Yang paling susyeeeeh tuh kadang kita sebagai cewek suka diem tapi sambil uring-uringan, gak mau langsung omongin, menuntut suami bisa memahami dan menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi dan kesalahan apa yang dia lakukan.

Suami: "Kamu kenapa?"
Istri: "Pikir aja sendiri..." *sambil manyun, bibir en idung balapan *
Suami: Laaaah, emang gue dukun? *ngejawab dalam hati supaya gak kena dampratan* (huehehehe...) 

Kalo ada konflik ato hal yang ganjel di hati or sesuatu yang gak disukai dari pasangan, kami berusaha buat komunikasikan itu dengan KEPALA DINGIN (pake es batu kaliiii?) en juga CARA yang BAIK (alias gak pake golok, huehehehe). Gak selalu berhasil, sering gagalnya tapi at least sudah banyak progress sejak 16 bulan lalu kami praktekin ini. Ini yang terus kami berusaha praktekin buat menjaga hubungan komunikasi kami:

A. Always open my heart to share
dalam arti gak simpen kekecewaan en juga jengkol (jengkel en dongkol) di dalam hati. Berusaha segera mungkin cerita ke pasangan. Kalo disimpen, itu bisa jadi kayak bom waktu, yang lama-lama numpuk en tinggal nunggu waktunya bisa meledak. Nah kami gak mau gitu. Ada hal kecil yang ngeganjel yah mending langsung diomongin. Dan perlu digarisbawahi, ketika kita komunikasikan apa yang bikin kita sebel, kudu ekstra hati-hati memakai kata-kata yang tepat. 

Practical Tips: 
- Hindari penggunaan kata 'selalu'.
  Contoh:
  "Kamu tuh yaaaa... selalu aja lelet, jadinya kita telat mulu deh ke gereja." Kata 'selalu' cenderung berlebihan dan menghakimi.

- Berusaha memakai kata "aku merasa... (ungkapin perasaan kita) kalo kamu... (jelaskan sikap/perbuatannya ) aku berharap kamu..."
  Contoh:
  "Aku merasa kamu gak peduli dan peka sama kondisi aku kalo kamu terus jalan cepet-cepet kayak gitu, aku berharap kamu bisa lebih sabar kalo nungguin aku belanja groceries."

Yang diungkapkan adalah apa yang dirasakan terhadap sikap atau perlakuan pasangan BUKAN menyerang PRIBADI pasangan. Beda sekali sama kalimat kayak gini, "Kamu tuh gak rela yah temenin aku belanja? Gak sensitif banget sih, aku kan lagi hamil besar, mana bisa jalan cepet-cepet kayak gitu?" 

Isinya sama tapi CARA pengungkapannya berbeda dan tentu HASIL-nya juga beda :) 

Inget loh sama pasangan (suami/istri) itu kita akan sharing life together sampai kematian memisahkan. Kalo sama anak, belum tentu kita seumur hidup tinggal bareng mereka. Suatu hari anak-anak kita akan jadi besar, menikah, keluar dari rumah dan membangun keluarga mereka sendiri. Tapi sama suami? Sampai maut memisahkan booow! So we need to learn how to communicate well en sungguh-sungguh berusaha membangun hubungan yang baik, supaya ada a taste of Heaven dalam pernikahan kita masing-masing dan yang TERUTAMA supaya lewat pernikahan, kita bisa merefleksikan gambaran Kasih Tuhan kepada jemaat (Efesus 5:22-33).

B. Willing to say sorry and forgive.
Biasanya kalo gue selesai cerita apa yang bikin gue kesel, suami gue akan minta maaf and ask me, "Honey, would you forgive me?" Dan gue belajar buat bilang, "Iya diampuni" (meski perasaan kesel masih ada tapi gue tau ketika gue AMBIL KEPUTUSAN yang BENAR, perasaan gue juga akan di-adjust). Begitupun dia :) 

C. Accept you just as you are
Nah poin ini uda dijelasin sama Sarah bulan lalu. Terima pasangan kita buat hal-hal mutlak yang emang GAK BISA BERUBAH (kayak gak bisa hamil, ada cacat tubuh or menderita penyakit tertentu) tapi bukan berarti terima aja kelemahan or kelakuan pasangan kita yang sebenarnya BISA BERUBAH ke arah lebih baik. Contohnya: Suami gue suka gendek kalo liat gue abis pake barang gak taruh lagi ke tempat asalnya kayak gunting kuku or aksesoris rambut. Nanti giliran gue mau pake, gue kelabakan nyari-nyarinya. Dan gue berusaha berubah untuk lebih teratur. Tapi ketika gue gagal, gue tau gue tetep accepted by him. 

Practical tips: 
1. Puji perubahan positif sekecil apapun yang dilakukan pasangan, sekalipun dia belum melakukan hal itu secara konsisten.
2. Jangan menuntut perubahan dapat terjadi dengan seketika, beri waktu untuk berubah. 

Ingatkan dengan kasih penuh dengan kesabaran. Yuk kita sama-sama belajar terus praktekin ini.

Love is patient, love is kind. It does not envy, it does not boast, it is not proud. 
It is not rude, it is not self-seeking, it is not easily angered, it keeps no record of wrongs. 
Love does not delight in evil but rejoices with the truth. It always protects, always trusts, always hopes, always perseveres. Love never fails. 
(1 Corinthians 13:4-8a)

Menjadi istri yang sabar, baik, gak cemburuan or posesif berlebihan, gak sombong, gak kasar, gak paksa suami ikutin kemauannya, gak cepet tersinggung, gak nyimpen kesalahan suami dan pakai itu buat nyerang dia kalo konflik, tapi mendukung suami untuk terus berbuat baik. Menjadi istri yang setia ketika ada banyak problem keluarga dan mau percaya sama suaminya dengan terus punya pengharapan positif dan sabar menanti penggenapan janji Tuhan untuk keluarga. 

Biarlah ada keluarga dan rumah-rumah yang punya taste of Heaven sehingga nama Tuhan bisa dipermuliakan di muka bumi ini. Amin!

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^