Monday, May 20, 2019

Izebel


by Glory Ekasari 

Kalau kamu pembaca setia Alkitab, pasti pernah dengar nama Izebel. Sepanjang tahun ini kita belajar tentang banyak wanita dalam Alkitab, orang-orang yang mencatat sejarah dengan kesalehan mereka, maupun dengan kejahatan mereka. Tapi kalau nama Izebel sudah disebut, semua lewat deh, karena wanita ini memang keterlaluan jahatnya. Suaminya, raja Ahab, adalah raja terjahat sepanjang sejarah kerajaan Israel, tapi raja inipun kalah saing dengan isterinya, yang ternyata lebih jahat. Wow! 

Seperti apa kejahatan Izebel? Pertama-tama sekali, dia membenci TUHAN, Allah Israel. Alasan Izebel membenci TUHAN dapat dipahami kalau melihat latar belakangnya. 

Izebel bukan orang Israel, dia berasal dari kota Sidon. Sidon di abad ke-8 SM adalah kota yang kaya raya di daerah Fenisia, sekaligus kota yang sarat dengan penyembahan berhala, dan Baal menjadi dewa utama di sana. Kota itu adalah kota maritim, beroleh kekayaan dari perdagangan laut, dan Baal adalah dewa badai, yang “bertanggung jawab” memberi mereka pelayaran yang aman dan langit yang cerah. Ayah Izebel, raja Etbaal, mengangkat dirinya menjadi imam Baal dan memimpin semua ritual penghormatan bagi dewa Baal. Penyembahan terhadap Baal meliputi berbagai ritual, mulai dari korban binatang sampai prostitusi di kuil. 

Ketika Izebel menikah dengan Ahab, ia ikut ke Samaria untuk menjadi ratu atas Israel. Di sana, ia mempengaruhi suaminya untuk ikut beribadah kepada dewa Baal. 

Ahab bin Omri melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, lebih dari pada semua orang yang mendahuluinya. Seakan-akan belum cukup ia hidup dalam dosa-dosa Yerobeam bin Nebat, maka ia mengambil pula Izebel, anak Etbaal, raja orang Sidon, menjadi isterinya, sehingga ia pergi beribadah kepada Baal dan sujud menyembah kepadanya. Kemudian ia membuat mezbah untuk Baal itu di kuil Baal yang didirikannya di Samaria. Sesudah itu Ahab membuat patung Asyera, dan Ahab melanjutkan bertindak demikian, sehingga ia menimbulkan sakit hati TUHAN, Allah Israel, lebih dari semua raja-raja Israel yang mendahuluinya. 
(1 Raja-raja 16:32-33) 

Izebel tidak mau meninggalkan allahnya di Sidon; ia mau supaya bukan hanya ia tetap beribadah kepada Baal, tetapi juga seluruh orang Israel yang dipimpin oleh suaminya ikut menyembah Baal. Sebenarnya sebelum Izebel menjadi ratu, orang Israel sudah tercemar penyembahan berhala. Tapi, she is really something else; dia membuat penyembahan Baal menjadi agama negara. Pada akhir pelayanan nabi Elia, hanya tersisa 7000 orang di Israel yang tegas menolak menyembah Baal. Izebel menjadi ratu di Israel, tetapi dia tidak pernah menjadi orang Israel: hatinya tidak pernah tunduk kepada Allah Israel. 

Dalam Taurat Musa, jelas sekali dinyatakan bahwa sekalipun Israel punya raja, raja yang sesungguhnya dari Israel adalah TUHAN Allah. Izebel menentang kepemimpinan Allah atas Israel. Ia berusaha memusnahkan agama Yahwe dengan cara membunuh semua nabi Tuhan. Tuhan tidak tinggal diam dan mengutus Elia untuk berbicara keras kepada Ahab dan Izebel. Puncak perseteruan Izebel, wakil Baal, dan Elia, wakil Tuhan, adalah ketika Elia bertarung dengan 850 nabi Baal di gunung Karmel. Elia menang dan membantai nabi-nabi Baal tersebut. Tetapi Izebel bukannya tunduk kepada Allah yang telah membuktikan kemahakuasaan-Nya, malah dia mengejar Elia untuk dibunuh. Jadi, Izebel tetap berkeras hati walaupun Tuhan sudah menunjukkan bahwa Dialah Allah yang benar. 

Berikutnya, Izebel menunjukkan kejahatannya lewat tindakan yang amoral. Kasus kebun anggur Nabot adalah contoh yang jelas dari hal ini. Singkat cerita, raja Ahab mau membeli kebun anggur Nabot di daerah Yizreel, tapi Nabot tidak mau menjualnya karena itu tanah warisan. Izebel turun tangan dan menyabotase ladang Nabot dengan cara fitnah dan tipu muslihat. Nabot akhirnya mati dirajam massa, dan Ahab mendapatkan tanah yang ia inginkan. Kalau begini cara mereka mendapatkan apa yang mereka mau, saya yakin ada setumpuk kejahatan lain yang mereka lakukan juga, yang tidak dicatat dalam Alkitab. 

Tetapi Tuhan tidak tinggal diam melihat kejahatan sepasang pemimpin bangsa itu. Kematian yang mengerikan menunggu mereka, terutama Izebel: 

“Izebel akan dimakan anjing di kebun di luar Yizreel dengan tidak ada orang yang menguburkannya.” (2 Raja-raja 9:10) 

Kutuk yang ngeri ini akhirnya benar-benar menimpa Izebel. Ia mati karena jatuh didorong dari balkon oleh pegawainya sendiri. Ketika orang akan mengambil mayatnya untuk dikubur, yang mereka jumpai hanya kepala, telapak tangan, dan kakinya, karena sisanya sudah dimakan anjing. 

Nah, akhirnya Izebel mati. Tapi ternyata dalam Wahyu, kitab paling terakhir dalam Alkitab, namanya muncul lagi! 

“Dan tuliskanlah kepada malaikat jemaat di Tiatira: Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga: 
Aku tahu segala pekerjaanmu: baik kasihmu maupun imanmu, baik pelayananmu maupun ketekunanmu. Aku tahu bahwa pekerjaanmu yang terakhir lebih banyak dari pada yang pertama. Tetapi Aku mencela engkau karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hamba-Ku supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”
(Wahyu 2:18-20) 

Sebagaimana Izebel menjadi ratu Israel tetapi tidak mau tunduk kepada Allah Israel, demikian pula “wanita Izebel” dalam kitab Wahyu ini ada di tengah jemaat Tuhan—bahkan mungkin sebagai pemimpin—tetapi tidak mau tunduk kepada Tuhan. Caranya? Ia mengajar jemaat melakukan hal-hal yang bertentangan dengan firman Tuhan. 

Kota Tiatira memiliki serikat-serikat pekerja. Sama seperti kota-kota lain, pertemuan serikat kerja itu dimulai dan diakhiri dengan penyembahan berhala, yang melibatkan makan persembahan berhala, kemabukan, dan segala macam ritual seksual. Sebagaimana orang Kristen di kota-kota lain menghadapi resiko kehilangan pekerjaan apabila mereka mengucilkan diri dari upacara semacam itu, demikian pula jemaat di Tiatira menghadapi ancaman yang sama. “Wanita Izebel” ini menyatakan bahwa tidak apa-apa bila orang Kristen mau berkompromi dengan ritual-ritual berhala tersebut, karena hal itu demi penghidupan mereka. Tidak apa-apa mencampur ibadah kepada Tuhan dengan gaya hidup duniawi! Singkatnya, ia terang-terangan mendorong jemaat agar melanggar firman Tuhan. 

Apa pesan Tuhan Yesus bagi jemaat yang menghadapi penyesat ini? Ia berkata, “Inilah firman Anak Allah, yang mata-Nya bagaikan nyala api dan kaki-Nya bagaikan tembaga” (Wahyu 2:18). Dari surat kepada ketujuh jemaat, hanya dalam surat kepada jemaat Tiatira ini Yesus menyebut dirinya “Anak Allah”. Ia mengingatkan jemaat bahwa Ialah Tuhan mereka yang sesungguhnya, dan mereka harus sujud kepada-Nya, bukan para berhala. Mata-Nya bagaikan nyala api: Ia melihat semua perbuatan umat-Nya. Kaki-Nya bagaikan tembaga: logam yang kuat dan keras, yang akan mendatangkan kehancuran besar dengan sekali injak. Seperti inilah Tuhan Yesus menyatakan diri kepada jemaat yang disesatkan oleh wanita Izebel! 

Bayangkan bila wanita yang begitu berpengaruh seperti Izebel, memakai pengaruhnya untuk memuliakan Tuhan, dan bukan melawan Dia. One can only wonder. Mari kita belajar dari cerita Izebel dan nasibnya, agar kita tunduk pada kepemimpinan Allah dalam hidup kita dengan penuh hormat. Dan berhati-hatilah terhadap Izebel jaman now, yang berjuang keras melawan Tuhan dengan menyeret orang lain untuk hidup dalam daging.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^