Thursday, November 12, 2015

Mataku Mahkotaku

by Grace Suryani Halim

Guys, lagi-lagi pergumulan tentang mata saya. :p Setelah di “Love Regardless” saya menulis tentang kondisi mata saya yang tidak memungkinkan untuk di-LASIK, bahkan saya jadi sadar betapa ‘buruknya’ kondisi mata saya, pergumulan itu tidak berhenti di situ. Ada 1 alternatif pengobatan lain selain LASIK, yaitu Implant Lens alias menanam lensa di dalam mata. Setelah bergumul, akhirnya saya pergi ke salah satu dokter mata paling terkenal dan paling top di Jakarta. Hasil pemeriksaan?

“Pake lasik teknologi baru aja blablablabla. Lebih save blablabla”, yang membuat saya bukannya malah pengen tapi malah jadi serem!! Habis begitu saya tanya soal efek samping yang mungkin muncul, jawabannya adalah, “Tidak ada efek samping. Ini mesin paling baru.”

Gubraks! Jujur guys, saya justru tidak percaya dengan dokter yang mengatakan suatu tindakan operasi TIDAK PUNYA efek samping. Secara medis, setiap tindakan operasi, pasti punya resiko. Tinggal resikonya besar atau kecil. Saya rasa sebagai pasien, calon obyek tindakan operasi semestinya saya tau efek samping apa yang mungkin muncul. Sehingga saya bisa mempersiapkan diri saya untuk semua kemungkinan. Termasuk yang terburuk.

Di perjalanan pulang, saya terdiam di Taxi. Saya bertanya kepada Tuhan, apa yang harus saya lakukan? Tindakan apa yang harus saya ambil?

Sekilas saya mengenang semua pergumulan saya tentang mata saya selama ini. Pakai kacamata kelas 1 SD, minus naek 2 kali lipat ketika saya SD kelas 6. En seterusnya memakai kacamata setebal tutup botol. Bergumul untuk pake soft lens. Menyangkal bahwa saya punya kelemahan. Kacamata setebal tutup botol membuat saya jadi susah dapet pacar. Hehehe. Banyak co mengkeret  en mundur teratur ketika ketemu saya for the 1st time. :p Saya ingat doa-doa yang pernah saya naikkan. Permohonan supaya Tuhan menyembuhkan mata saya. Tapi sepertinya tidak ada jawaban.

Pergumulan itu tidak berhenti, mata saya membawa saya masuk ke dalam banyak pergumulan. Pergumulan untuk menerima diri sendiri, pergumulan mengalami penolakan dari lingkungan (saya ingat saya berdoa setengah mati ketika harus berangkat mengajar tanpa softlens!!) pergumulan mengenai pasangan hidup. Sering tanpa sadar saya berpikir, Tuhan sekiranya mata saya normal, tentu saya tidak perlu mengalami begitu banyak pergumulan seperti ini …

But hari ini, ketika saya terdiam mengingat semuanya, muncul 1 kalimat yang menjadi judul tulisan ini. “Mataku Mahkotaku.”  Kondisi mata saya memang membuat saya jadi harus bergumul, tapi sebenernya semua pergumulan itu membuat saya makin mengenal Tuhan. Semua air mata yang saya keluarkan tidak hanya mencuci bersih mata saya, tapi juga mencuci bersih hati saya. 

Bisa dibilang, mata sayalah mahkota saya. Justru karena kondisi mata saya yang seperti ini, saya mengalami kasih karunia yang tidak dialami oleh orang-orang dengan perfect vision. Pergumulan saya membawa saya masuk ke dalam kasih karunia Tuhan. Cukup sering, ketika di pagi hari saya, membuka mata en saya berkata, “Thx God, saya masih bisa melihat …”

Saya bergumul sampe saya tiba di 1 titik, yang terpenting di dalam hidup ini sama sekali bukan penampilan. Saya tidak diciptakan untuk cantik, bahagia, sukses, dikagumi banyak orang, punya sederetan co-co yang antri. Saya ditebus bukan untuk jadi primadona. Saya hidup untuk menjadi serupa dengan Kristus. En kalau mata saya adalah alat yang menurut Tuhan efektif untuk membongkar semua keinginan-keinginan duniawi untuk menjadi menarik dan dikagumi, let it be. Kalau mata saya dengan minus setinggi ini menurut Tuhan membawa saya mengenal siapa diri saya dan betapa berharganya saya sekalipun dengan mata seperti ini, let it be. Kalau mata buram tanpa kacamata menurut Tuhan justru membuat saya bisa melihat Dia dengan lebih jelas, let it be.

Guys, kalo kalian bergumul dengan cacat secara fisik, apapun itu, ingat baik-baik. Tubuh duniawi kita hanya sementara. Tuhan mengizinkan hal itu terjadi untuk membentuk karakter-karakter ilahi yang tetap untuk selama-lamanya. Cacat kita mungkin mengakibatkan kita tidak dipandang secara dunia, tapi karakter yang Tuhan tanam lewat pergumulan karena cacat itu, mampu membuat malaikat menahan nafas.

Jangan sesali kekuranganmu. Rangkul itu, jadikan itu kebanggaanmu. Mengucap syukurlah untuk kondisimu. Tuhan memberikan kita cacat, bukan karena Dia jahat. Justru karena kita special, kita istimewa, Dia memberikan cacat itu. Coz Dia ingin kita mengalami Dia dengan cara yang luar biasa unik, yang tidak mungkin bisa dialami oleh orang-orang yang tidak punya cacat itu.

Btw sekarang sih saya sangat bersyukur dulu co-co itu mundur teratur. Hehehe. Saya bersyukur kacamata saya menjadi satpam yang sangat baik en mengusir banyak co-co tidak tepat yang sekiranya saya tanggapin justru membuang-buang waktu saya. :p Iya toh guys, saya menghemat banyak waktu dan tenaga coz mereka langsung mundur di pertemuan pertama.  Bayangkan kalo saya baru tau he’s not the one di pertemuan ke 25, cape deehh … :p  

Guys, coba list daftar-daftar karakter yang Tuhan kembangkan di dalam diri kita lewat cacat yang kita punya. Kita bisa terkejut menyadari begitu banyak en luar biasanya yang sebenernya Tuhan mau berikan kepada kita!

Dear God … waaaaahhh kyakyakyaaaa love You SOOOOO MUUUCCCHHH … gile deh Tuhan, ketika aku menghitung semua yang aku dapatkan karena mataku, karakter-karakter yang berkembang, aku bener-bener terkesima. Ketika aku melihat justru mataku alat yang Kau pake dengan begitu efektif untuk membersihkan hatiku, maupun menyingkirkanku dari hal-hal yang tidak baik, aku terkagum-kagum. Kau itu luar biasa.

Masih ada pergumulan-pergumulan menanti di depan sana Tuhan … tapi aku percaya Kau ada di  sana. Thx sudah memberikanku banyak mukjizat. Aku tau menyembuhkan mataku itu pekerjaan gampang buat-Mu. Tapi aku lebih pengen karakterku terbentuk daripada mataku sembuh. Jangan sembuhkan mataku sampai aku belajar semua yang Kau ingin aku pelajari lewat proses ini. Thx God. Love You soooo much.


Jkt, 25 Agustus 2008

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^