Friday, June 1, 2018

The Unfaded Beauty



by Leticia Seviraneta

Pernahkah teman-teman mendengar kalimat “beauty is in the eye of the beholder”? Kalimat yang seringkali dikutip ini ternyata telah diyakini ada sejak abad ke-3 dalam bahasa Yunani. Arti dari kutipan tersebut adalah kecantikan bersifat subjektif; orang dapat memiliki opini yang berbeda-beda tentang apa yang menurutnya cantik atau tidak. Pada akhirnya, sejarah pada akhirnya membuktikan bahwa standar kecantikan seorang wanita berubah-ubah dari masa ke masa. Sebagai contoh:
  1. Di Myanmar, anak perempuan suku Padung, dari umur 5 tahun mereka akan dikenakan kalung metal melingkari lehernya. Setiap dua tahun, jumlah kalung akan ditambah hingga akhirnya mereka memakai 24 kalung dan lehernya menjadi sangat jenjang. Hal ini dikarenakan standar kecantikan wanita bagi mereka adalah leher yang ramping dan jenjang. 
  2. Di Eropa kuno, penggunaan korset sudah sangat umum agar setiap wanita memiliki lingkar pinggang sangat kecil sebagai parameter untuk dianggap cantik. Sekarang ini, standar kecantikan wanita kebanyakan adalah memiliki tubuh kurus bak seorang model. Semakin kurus semakin baik. Pada akhirnya banyak wanita berlomba-lomba diet, olahraga berlebihan, dan mencoba berbagai cara lainnya untuk mencapai berat tubuh ‘ideal’. Tidak sedikit akhirnya banyak wanita memiliki isu kesehatan; seperti anoreksia, bulimia, dan lainnya. 
Slogan yang ditawarkan? Beauty is pain. Betapa sering kita membenarkan segala upaya kita untuk mencapai standar kecantikan yang kita anggap benar dengan melontarkan slogan ini. 

Meski standar kecantikan berubah dari masa ke masa, ada satu persamaan dari semua standar tersebut: dunia mengukur kecantikan wanita dari penampilan fisik. Nah, bila kita menjadikan standar dunia yang berubah-ubah menjadi standar kecantikan kita, maka kita tidak akan pernah sampai garis “finish” dari perlombaan yang ada. Kita akan senantiasa merasa tidak puas, insecure, suka membandingkan diri dengan wanita lain, dst. Siklus ini tidak akan berakhir. Rasul Petrus memberikan standar bagi kecantikan wanita sejak lama yang berbeda dengan standar dunia.

“Janganlah kecantikanmu hanya kecantikan luar, seperti menghias rambut atau memakai perhiasan, atau berpakaian yang mahal-mahal. Sebaliknya, hendaklah kecantikanmu timbul dari dalam batin, budi pekerti yang lemah lembut dan tenang; itulah kecantikan abadi yang sangat berharga menurut pandangan Allah.”
1 Petrus 3:3-4 [BIS]

Dikatakan di dalam ayat tersebut bahwa kecantikan dari dalam adalah yang kekal, abadi, tidak pudar, dan tidak berubah-ubah serta berharga menurut pandangan Allah. Apa yang dipandang cantik oleh dunia belum tentu dipandang oleh Allah cantik juga. Kita memilki Allah yang senantiasa mengutamakan yang tidak terlihat dibanding yang terlihat, seperti yang Dia katakan pada Samuel saat melihat Eliab, abangnya Daud, beberapa saat sebelum pengurapan Daud menjadi raja Israel:

Tetapi TUHAN berkata kepada Samuel, “Janganlah kau terpikat oleh rupanya yang elok dan tinggi badannya; bukan dia yang Kukehendaki. Aku tidak menilai seperti manusia menilai. Manusia melihat rupa, tetapi Aku melihat hati.”
1 Samuel 16:7 [BIS]

Manusia terdiri dari roh, jiwa, dan tubuh. Roh dan jiwa bersifat kekal, tubuh bersifat sementara. Ketika seseorang meninggal dunia, roh dan jiwa akan tetap hidup; sementara tubuhnya mati. Oleh karena inilah, roh dan jiwa menjadi bagian diri kita yang lebih berharga dibandingkan tubuh kita. Atau tidak perlu dibawa terlalu jauh sampai kematian, kita dapat melihat dengan mata kepala kita sendiri bahwa seiiring berjalannya waktu, setiap wanita pasti akan mengalami penuaan. Meski sekarang banyak sekali teknik operasi atau perawatan untuk mengencangkan kulit, perawatan wajah untuk mencegah keriput dan flek, dsb; penuaan tidak dapat dihindari secara sempurna. Bila kita mendasarkan kecantikan kita pada fisik, kita akan kecewa ketika penampilan fisik kita mulai pudar, tubuh menjadi gemuk sehabis melahirkan, lagi jerawatan, dan lainnya. 

Di dalam kehidupan pernikahan pun, coba deh tanya ke para suami, apakah mereka betah sama istri mereka yang cantik banget tapi sifat dan kelakuannya ‘nggak banget’. Bahkan penulis Amsal berkata,

“Lebih baik tinggal di padang gurun dari pada tinggal dengan perempuan yang suka mengomel dan marah-marah.” 
Amsal 21:19 [BIS]

Kecantikan fisik mungkin akan memenangkan cinta pada pandangan pertama, namun untuk seterusnya cinta hanya dapat dipertahankan dengan kecantikan batiniah. 

Jadi apakah berarti kita nggak perlu dandan? Apakah kita harus tampil natural, no make up, pakai baju sederhana, dsb? Tentu saja tidak. Kalau penampilan kita begitu tidak menarik hingga orang tidak berniat bergaul dengan kita, bagaimana kita dapat menjadi saksi Kristus? Bagaimana kita dapat mempengaruhi dunia agar mereka mau mengenal Kristus yang hidup di dalam diri kita? Jangan lupa juga bahwa tubuh kita adalah bait Roh Kudus. Kita tentu perlu menjaga kebersihan serta merawatnya luar dan dalam. 

“Atau tidak tahukah kamu, bahwa tubuhmu adalah bait Roh Kudus yang diam di dalam kamu, Roh Kudus yang kamu peroleh dari Allah, --dan bahwa kamu bukan milik kamu sendiri? Sebab kamu telah dibeli dan harganya telah lunas dibayar: Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu!”
(1 Korintus 6:19-20)

Pesan Rasul Paulus di atas sebenarnya merupakan pengingat kita untuk memiliki prioritas yang tepat dalam diri kita ketika memandang kecantikan. Paulus ingin agar kita memiliki standar Allah ketika kita berdandan sekaligus juga lebih memperhatikan kekudusan, pertumbuhan kerohanian, karakter, kelakuan kita yang pada akhirnya menjadi berkat bagi banyak orang di sekitar kita. Apakah cara berpakaian kita memuliakan Tuhan? Apakah sikap dan kelakuan kita memuliakan Tuhan? Jadi untuk dapat memiliki kecantikan abadi yang berharga di mata Allah, kita perlu mengubah fokus kita dalam segala sesuatunya adalah untuk memuliakan Allah. Less of me, more of him. Kita harus memiliki sikap hati sama seperti Yohanes Pembaptis: 

“He must become greater and greater, and I must become less and less.”
John 3:30 [NLT]

Hiduplah dengan kesadaran bahwa memang hidup kita bukanlah milik kita sendiri, melainkan milik Allah. Inilah kunci untuk menumbuhkan kecantikan abadi yang begitu berharga di mata Allah. Ya, kecantikan sesungguhnya adalah hasil dari hubungan intim pribadi dengan Allah. Kita menjadi semakin serupa dengan siapa kita sering bergaul. Ketika kita menjadi semakin serupa dengan Kristus, seluruh tubuh kita akan memancarkan cahaya yang akan memberkati banyak orang. Pernah melihat wanita yang cantik tapi matanya tidak bersinar? Atau sebaliknya melihat wanita yang parasnya biasa saja namun baik mata maupun aura kehadirannya seperti glowing? Nah, itulah perbedaan nyata seorang wanita cantik di luar saja atau cantik di dalam.

“Those who look to him are radiant, and their faces shall never be ashamed.”
Psalms 34:5 [ESV]

Kecantikan batiniah yang berasal dari Allah memiliki kuasa. Rasul Petrus mengatakan bahwa kecantikan yang demikian dapat memenangkan jiwa suaminya yang tidak taat kepada Firman. 

“Demikian juga kamu, hai isteri-isteri, tunduklah kepada suamimu, supaya jika ada di antara mereka yang tidak taat kepada Firman, mereka juga tanpa perkataan dimenangkan oleh kelakuan isterinya, jika mereka melihat, bagaimana murni dan salehnya hidup isteri mereka itu.”
1 Petrus 3:1-2 [ITB]

Dari dua ayat di atas, dapat dilihat bahwa suami yang tidak taat kepada Firman tersebut tidak dimenangkan oleh khotbah atau perkataan isteri, melainkan kelakuannya. Actions speak louder than words. Kebanyakan wanita lebih sering mengkhotbahi suaminya sebelum menghidupi firman tersebut dalam hidupnya, dan banyak fakta menunjukkan bahwa ini tidak berhasil. Sementara itu, kecantikan batiniah yang berasal daripada Allah jauh lebih berharga dari permata dan akan kekal untuk selamanya. Seorang wanita yang demikian akan membawa keuntungan bagi suaminya dan berkat bagi orang-orang di sekitarnya, seperti yang dituliskan pada ayat berikut:

“Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga daripada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Kemolekan adalah bohong dan kecantikan adalah sia-sia, tetapi isteri yang takut akan TUHAN dipuji-puji.”
Amsal 31:10-11, 30 [ITB]

Ladies, jangan anggap remeh kuasa dari kecantikan batiniah yang tidak akan pudar dari Allah. Kejarlah sedemikian rupa dan jadilah berkat ke mana pun kamu pergi ☺

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^