Monday, July 31, 2017

Bendaharanya Tuhan



by Lia SoC

Sebagai Anak Tuhan, kita kudu super duper waspada sama penyakit cinta uang. Alkitab mengatakan bahwa “..akar segala kejahatan ialah cinta uang. Sebab oleh memburu uanglah beberapa orang telah menyimpang dari iman dan menyiksa dirinya dengan berbagai-bagai duka.” (1 Tim 6:10). Duitnya itu sendiri gak salah, netral sifatnya, tergantung kita jadiin si duit itu sebagai APA dalam hidup kita.

UANG adalah TUAN yang JAHAT tapi HAMBA yang baik. Apa maksudnya noh? Kalo kita jadiin si duit itu sebagai ‘mamon’ alias tuan kita, dia bakalan jahat banget, bisa bikin hati kita gak murni, menyimpang dari kebenaran/iman dan juga bikin kita tersiksa. Jangan sampe hati kita jadi gak murni, melayani karena uang, pindah gereja karena PK pelayanan di gereja A lebih besar daripada gereja lokal kita or gak bersedia tutup toko di hari minggu 2-3 jam hanya karena takut berkurang omsetnya ato gak mempertimbangkan menerima tawaran kerja asal gajinya gede langsung diembat sekalipun konsekuensinya hari Minggu harus kerja juga.

Saya adalah salah satu orang yang ‘tersiksa’ gara-gara memburu uang. Huehehehe... Dulu saya pernah ikut MLM dan dalam 2 minggu saya sudah mendapatkan beberapa downline dan menghasilkan untung penjualan serta perekrutan downline sebesar 1.4 juta! 2 minggu 1.4 juta, gileeee bow! Padahal waktu itu (taon 2000) saya ngelesin 11 anak aja, gajinya Cuma 2.1 juta, eh ini ikut MLM bentaran dapet duit lebih gede dalam 2 minggu. Tapi setiap malam saya jadi susah tidur gara-gara mikirin siapa yang saya mau tawarin produk or sapa yang saya mau prospekin nih supaya join sama bisnis ini. Tersiksa bow, hati juga jadi gak bener, lebih demen cerita tentang bisnis daripada tentang YESUS! Walhasil akhirnya saya give up! Susyeeeh menjaga hati klo ikut-ikutan gituan sekalipun upline saya memotivasi untuk jangan berhenti karena dia lihat saya banyak kenalan dan juga pinter marketing. But enggak deh! Uang memang kagak boleh diburu, fokus kita kudu TUHAN, maka semuanya akan ditambahkan kepada kita (Mat 6:33). Buktinya sampe sekarang saya selalu dicukupkan kebutuhannya sama Tuhan tanpa harus malem-malem susah tidur mikirin rencana prospek Hehehehe...

Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya
(Ams 10 : 22).

Tapi kalo kita jadiin uang sebagai ’hamba’ alias alat untuk mempermuliakan Tuhan, memberkati orang lain dan memperluas kerajaan Allah bakalan luar biasa banget loh.

Sikap kita terhadap uang dapat mengevaluasi HATI kita tentang SIAPA sebenarnya yang lagi kita SEMBAH, Allah atau Mamon? Gak ada yang bisa MENGABDI kepada 2 tuan (Mat 6:24). Masih bersediakah kita kalo melayani tapi ‘gak ada pk’nya, nulis artikel tapi gak ada duitnya, kerja nge-design buletin gereja capek-capek tanpa bayaran? Relakah hati kita ketika Tuhan berbisik or menggerakkan hati kita buat memberi sejumlah uang ke orang lain sementara kita pengen banget beli sesuatu for ourselves?

Segala harta milik termasuk uang kita adalah MILIK TUHAN dan kita hanyalah jadi BENDAHARA-Nya. Kita harus belajar menjadi bendahara yang SETIA. 3 macam KESETIAAN sebagai bendahara-Nya Tuhan :

1. Setia MENGATUR dan MENGELOLA keuangan

“Whoever can be trusted with very little can also be trusted with much, and whoever is dishonest with very little will also be dishonest with much. So if you have not been trustworthy in handling worldly wealth, who will trust you with true riches? And if you have not been trustworthy with someone else’s property, who will give you property of your own?” (Luke 16: 10-13/ NIV)

*. Setia mengelola ‘harta pribadi’ sekalipun masih kecil, seperti mengelola uang saku yang diberikan oleh orangtua yang belum sebesar ‘gaji bulanan’ yang akan kita terima ketika kita bekerja nanti. Kalo uda ‘lulus’ bisa ngurus ‘duit jajan’ alias kagak sampe habis sebelum waktunya dapat dipastikan nanti ente gak bakalan jadi karyawan yang tengah bulan uda tongpes alias kantong-kempes. Minta orangtua untuk memberikan uang saku setiap bulan bukan harian atau mingguan sehingga kalian bisa belajar buat mengatur dan mengelola ‘perkara kecil’.
*. Setia dengan ‘harta orang lain’, seperti kalo minjem buku/dvd/barang orang lain kudu dengan bertanggung jawab, dijaga dan dirawat en jangan lupa dibalikin apalagi pura-pura lupa supaya bisa jadi ‘hak milik’. Yey, pleaseee deh..! Setia sama harta oranglain juga termasuk dengan memakai fasilitas kantor dengan sewajarnya bukan ‘aji mumpung’ pake mesin fotokopi, printer or telpon kantor buat hahahihi nelpon pacar. Saya juga dulu sempet gitu, hiks, sampe akhirnya Tuhan tegur, “ Lia, kamu gak setia sama harta orang lain, itu asset kantor bukan milikmu secara pribadi” Plaaaak, ketabok bolak-balik jadi malu en bertobat deh.

2. Setia MENERIMA alias BEKERJA

“The one who is unwilling to work shall not eat.” (2 Thess 3:10)

Yang kagak mau kerja, kata Firman Tuhan, gak boleh makan!
- Buat yang masih sekolah or kuliah or se-atap sama orangtua, meski ente punya pembokat, kudu inget ini ayat! Gak kerja gak boleh makan! Belajar buat ambil tanggung jawab di rumah, yang simple aja kayak ambil tanggungjawab bersihin kamar sendiri, jangan sampe kamar anak perawan kayak kandang sapi. Apalagi yang di rumahnya gak ada pembantu, kudu rajin bantuin nyokap. Percayalah, gak akan sia-sia. Nanti menikah kalian jadi terbiasa melakukan pekerjaan rumah tangga
- Buat yang memang punya kerjaan, entah itu dari yang cuma ‘ngelesin’ sampe duduk di kantor, kerjalah serajin-rajinnya! Lakukan dengan HATI sebagai tindakan penyembahan. Don't just do the minimum that will get you by. Do your best. Keep in mind always that your real BOSS is the LORD! (Kolose 3:23)

3. Setia MEMBERI dan MENABUR

“Now he (God) who supplies SEED to the sower and BREAD for food will also supply and increase your store of seed and will enlarge the harvest of your righteousness.” (2 Cor 9: 10 / NIV)

Berkat keuangan itu ada 2 macam yaitu berupa BENIH dan ROTI. Yang ‘roti’ bisa dipakai untuk kebutuhan kita tapi ada yang berupa ‘benih’ yang harus ditabur/diinvestasikan. Jadi tuh yang namanya uang saku or gaji, kagak boleh diabisin semua suka-sukanya kita, inget loh… itu SEMUA MILIK TUHAN, kita cuman bendahara, kudu nanya Tuhan, “ Ini benihnya sebrapa banyak, Tuhan? Saya mesti tabung berapa banyak  Saya harus menabur/memberi ke siapa?“ Belajar menjadikan Kristus sebagai TUHAN (penguasa) bukan cuman dalam urusan cinta tapi juga keuangan dan pastinya jangan lupa PERSEPULUHAN.

Persepuluhan itu prinsipnya seperti ‘pagar’ (Maleakhi 3:10-11) Setiap petani sebelum menabur benih di tanahnya pasti bikin pagar buat melindungi supaya gak ada kebo or kambing yang nginjek-nginjek itu tanah. Tuhan juga bilang gitu kan, bahkan pake acara nantang segala, ”Kalo Lu berani setia sama persepuluhan, Gue sendiri yang bakal jamin elu gak bakal berkekurangan! Gue yang bakal berkatin elu SAMPE BERKELIMPAHAN dan bahkan Gue bakal hardik belalang-belalang perusak.“ Nah kalo ‘pagar’ atas tanah tempat kita menabur adalah TUHAN sendiri, kira-kira si belalang perusak (alias iblis) berani ‘nyolong’ benih yang kita tabur gak? Ya kagaklaaaah. Gitu juga kebalikannya, kalo kita gak setia memberi sepersepuluhan, siapa yang jamin si belalang gak bakal datang? Huehehehe. Jujur ketika belajar memberi persepuluhan, saya sempat jatuh-bangun or bolong-bolong, entah kadang gak rela ato kadang nunda-nunda dan akhirnya duitnya kepake.  Tapi akhirnya saya bertobat juga abis gajian selalu LANGSUNG transfer PERSEPULUHAN gak pake nunda-nunda. Dan benar, Ketika saya belajar setia buat memberi persepuluhan, saya ngeliat Tuhan itu setia banget mencukupi kebutuhan saya. So, hayok belajar setia persepuluhan, menabung dan juga TAAT dan RELA untuk memberi ketika melihat kebutuhan atau Tuhan menggerakan secara khusus untuk memberi.

Belajar juga buat tanya Tuhan, kalo tiba-tiba ada rejeki nomplok alias dapet BERKAT tanpa diduga or berkat lebih, “Tuhan, ini roti apa benih?“ Sapa tau sebenernya itu ‘benih’ yang kudu kita taburin lagi (kasih ke orang lain) jadi istilahnya cuma ‘lewat bentaran doang’ di tangan kita.

Dulu pas masih single, saya suka ikutan jadi fasilitator buat training outbound sebagai sambilan pas weekend. Lumayan dapet fee dan saya enjoy sama kerjaannya. Suatu kali, saya jadi fasilitator buat outing sebuah bank swasta dan fee-nya gede banget, lebih gede dari standard fee yang biasanya saya dapet. Hati uda tergirang-girang mikir apa yang bisa saya beli dengan duit segitu, hihihi… tapi trus Tuhan suruh saya simpen duitnya, gak boleh dipake, “Ini benih, kamu harus simpan.“ Saya belajar buat nurut wae sama Tuhan tanpa banyak nanya.

Beberapa minggu kemudian, salah satu anak komsel saya papanya kena stroke dan butuh bantuan secara finansial. Tuhan langsung berbicara di hati saya, “Ambil benihnya, tabur ke sini“ dan saya bersyukur bisa punya kesempatan buat menjawab kebutuhan anak komsel saya. Saya inget 1 statement komunitas sel di gereja lokal saya: TUHAN melayani saya LEWAT kamu dan TUHAN melayani kamu LEWAT saya. Gaya hidup berkomunitas adalah berbagi, bukan hanya berbagi pengajaran dan Firman Tuhan tapi juga hidup, keteladanan, harta bahkan NYAWA loh! Dan percayalah, Tuhan akan selalu MENCUKUPKAN apa yang menjadi KEBUTUHAN kita, apalagi kalo kita TAAT, perkenanan-Nya ada dalam hidup kita, gak mungkin anak RAJA jadi gembel ato pengemis ;p Saya menikmati berkat-berkat Tuhan, kebajikan dan kemurahan-Nya mengikuti hidup saya, bahkan Dia sanggup menjawab kebutuhan saya lewat cara-cara yang tidak terduga.

So Girls, belajar jadi bendahara Tuhan yang setia yuks, jangan pake jurus ‘nilep’ ato cipoa segala. Suatu hari mudah-mudahan kita mendengar suara-Nya menyambut kita di pintu gerbang surga, “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.” (Matius 25: 21)

Friday, July 28, 2017

Tangan yang Bekerja, Hati yang Melayani


by Mekar A. Pradipta

Kalau kita membaca perikop mengenai istri yang cakap di Amsal 31, mungkin yang pertama terlintas di benak kita adalah betapa sibuknya wanita yang satu ini. Dia bangun sebelum matahari terbit, mengerjakan begitu banyak hal sepanjang hari, dan bahkan pada malam hari pelitanya tidak padam. Bagaimana kalau kita ada di posisinya? Capek? Pasti. Bosan? Mungkin. Bersungut-sungut? Biasa. Tapi, di ayat 13 justru dikatakan, “...ia senang bekerja dengan tangannya.”

Wow! Kira-kira apa ya yang bisa membuat dia mengerjakan segala sesuatu dengan senang? Tidak mudah menemukan alasannya karena Amsal 31 tidak memuat alasannya dengan eksplisit. Tapi jangan lupa, wanita ini adalah wanita yang takut akan Tuhan. Sebagai wanita yang takut akan Tuhan, ia mengerti bahwa ia ada di dalam Kristus dan wajib hidup sama seperti Kristus telah hidup (1Yohanes 2:6). Bagaimana sesungguhnya Kristus hidup? Matius 20:28 mengatakan Ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Kristus melayani, maka kita wanita-wanita Allah, juga wajib melayani.

Wanita-wanita Allah mengerti bahwa ketika ia melayani maka ia adalah hamba. Dalam Kolose 3:22-24, Allah mengajar kita demikian: 
“Hai hamba-hamba, taatilah tuanmu yang di dunia ini dalam segala hal, jangan hanya di hadapan mereka saja untuk menyenangkan mereka, melainkan dengan tulus hati karena takut akan Tuhan. Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya”

Wanita Amsal 31 memahami bahwa pekerjaan sehari-hari melayani orang lain sesungguhnya adalah pelayanan kepada Allah. Ketika melayani suami, anak-anak, sahabat atau rekan bisnis, ia melakukannya seperti untuk Tuhan. Ia tahu bahwa melayani Tuhan sesungguhnya adalah sebuah kehormatan. Ketika ia memasak untuk keluarganya, ia tahu ia sesungguhnya sedang memasak untuk Tuhan yang adalah Raja, ia sedang menjadi koki Kerajaan. Pantas saja ya dia bisa melakukan pekerjaannya dengan senang.

Omong-omong tentang melayani Tuhan, Firman-Nya memuat sebuah prinsip penting.

Janganlah hendaknya kerajinanmu kendor,
biarlah rohmu menyala-nyala dan layanilah Tuhan (Roma 12:11)

Melayani Tuhan, termasuk di dalamnya melayani sesama, ternyata punya kaitan erat dengan kerajinan. Ini juga merupakan salah satu karakter utama wanita Amsal 31. Di ayat 27 kita membaca kalau wanita ini tidak memakan makanan kemalasan. Kalau kita membaca beberapa terjemahan lain, kemalasan disamakan dengan idleness (tidak sedang melakukan apa-apa). Idleness (NKJV) ini berlawanan dengan busy and productive (The Message). So, hati-hati, jika kita merasa kita punya banyak waktu luang tapi kita tidak mengisinya dengan hal-hal yang produktif, mungkin kita sedang terperangkap dalam kemalasan.

Menjadi sibuk dan produktif sendiri memang adalah perintah Allah. Raja Salomo yang berhikmat menuliskan, "Taburkanlah benihmu pagi-pagi hari, dan janganlah memberi istirahat kepada tanganmu pada petang hari, karena engkau tidak mengetahui apakah ini atau itu yang akan berhasil, atau kedua-duanya sama baik" (Pengkhotbah 11:6). Bagian ini tidak berarti bahwa kita tidak boleh beristirahat, tapi menekankan agar kita memanfaatkan waktu kita dengan bijaksana, menggunakannya untuk mengerjakan hal-hal yang produktif. Seperti ditulis pada Pengkhotbah 9:10a, segala sesuatu yang dijumpai tanganmu untuk dikerjakan, kerjakanlah itu sekuat tenaga.

Untuk wanita, ada satu bagian khusus yang perlu dikerjakan dengan kerajinan yaitu mengatur rumah tangga (Titus 2:5). Bagian ini terutama ditujukan untuk wanita-wanita tua (berumur, sudah bersuami) namun bukan berarti tidak penting bagi wanita-wanita muda yang masih single. Karena, dalam Titus 2:3-4 dikatakan,

“Demikian juga perempuan-perempuan yang tua, hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik dan dengan demikian mendidik perempuan-perempuan muda mengasihi suami dan anak-anaknya, hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan dihujat orang.

Dari ayat-ayat ini, kita bisa menyimpulkan bahwa wanita-wanita muda memiliki tugas untuk belajar dan mempersiapkan dirinya menjadi wanita yang berkenan di hadapan Allah, termasuk terampil mengatur rumah tangga. Pendidikan menjadi istri yang cakap justru dilakukan ketika kita masih single.

Wanita-wanita yang sudah menikah memiliki rumah tangga dimana ada suami dan anak-anak. Tapi bagaimana dengan wanita-wanita single? Sudah jelas, rumah tangga mereka adalah keluarga mereka saat ini. Orang tua, kakak-adik, keluarga besar, dan bahkan teman-teman adalah orang-orang dengan siapa kita bisa belajar mengembangkan keterampilan yang diperlukan untuk melayani keluarga kita di masa depan. Rumah kita saat ini adalah sekolah dimana kita dididik menjadi pengatur rumah tangga (homekeepers) yang akan kita lakukan nanti.

Alkitab versi Firman Allah yang Hidup (FAYH) memakai istilah “senang berada di rumah” untuk menjelaskan frase “mengatur rumah tangga”. Kalau direnungkan, hal ini memang penting. Sebagai homekeepers, wanita bertugas membuat rumah menjadi tempat yang menyenangkan. Tapi, kalau kita sendiri tidak senang berada di dalamnya, tidak betah, dan justru lebih sering berada di luar, bagaimana kita bisa melakukan fungsi ini? Kalau kita tidak sering berada di rumah, bagaimana kita bisa mengaturnya? Bagian ini terutama lebih menantang untuk wanita-wanita single, karena dengan kebebasan yang mereka miliki, mereka cenderung melewatkan sebagian besar waktunya di luar rumah. Kadang akibatnya, mereka tidak menyediakan waktu untuk melayani keluarga. Salah satu alasannya adalah karena mereka ingin melewatkan waktu lebih banyak dengan teman-teman. Padahal, tidak ada salahnya loh mengundang teman-teman ke rumah, melayani mereka sebagai tamu, sekaligus belajar hospitality atau seni memberikan tumpangan.

Sebagai orang percaya, hospitality merupakan hal yang penting karena merupakan salah satu perintah Allah dalam Roma 12:13. Dari beberapa versi Alkitab kita bisa menyimpulkan hospitality sebagai kesediaan menerima orang lain di rumah kita serta memberikan makanan dan, kalau diperlukan, penginapan kepada mereka. Bayangkan, kalau rumah kita seperti kapal pecah, bagaimana bisa kita membuat tamu-tamu kita nyaman? Atau, kalau masakan kita tidak enak, jangan-jangan tamu-tamu kita justru sakit perut setelah memakannya. Padahal, Firman Tuhan sendiri mengatakan, ketika kita menjamu tamu sesungguhnya kita sedang menjamu malaikat (Ibrani 13:2).

Kesimpulannya, banyak hal yang bisa dilakukan agar kita bisa menjadi wanita yang senang bekerja seperti Amsal 31. Yang penting adalah kita memiliki hati yang bersedia melayani dan melakukan pelayanan itu dengan rajin. Pada akhirnya, yang terpenting adalah melakukan semua itu untuk kemuliaan Tuhan dan menjadi kesaksian bagi orang lain, sama seperti yang ditulis dalam Titus 2:4 yaitu agar Firman Allah tidak dihujat orang.

Wednesday, July 26, 2017

Doa Bapa Kami {A Whole New Level}


by Sarah Eliana

Umat Kristen mana yg gak tau Doa Bapa Kami? Pasti tau donkkk... Gw dari sejak kelas 1 SD udah hafal ama Doa Bapa Kami. Doa ini juga sering kita ucapin... kadang2 malah ada orang baca doa ini udah kayak baca jampi2... sebelum belajar, biar bisa konsentrasi.... sebelum nyetir, biar selamat .. dll dll. Sering diucapkan, tapi jarang kita betul2 mau memahami arti doa ini. I am sure Tuhan Yesus ajarin doa ini karena Dia mau kita memahami what it means to be His follower... what it means to be God's disciples. 

Kemaren, waktu baca Matthew 6... (ayat 9 - 13 adalah Doa Bapa Kami), Tuhan ingetin gw that doa ini bukan sekedar ucapan2 indah semata... bukan hafalan apalagi jampi-jampi. God was asking me, "Where are you in this prayer?" *JEDENNGGGG*

*berdoa ... berpikir ... berdoa ... merenung* 

Such a deep question! Indeed... where am I in this prayer? Sering sekali waktu gw mengucapkan Doa Bapa Kami, gw gak berpikir relevancy-nya to me... to my life. Tapi, jadi berpikir... seharusnya I put myself in that prayer, like this:
Bapa kami yang di Surga,
Dikuduskanlah NamaMu (in and through my life)
Kita berpikir yach nama Tuhan emang kudus, so.. biarlah NamaMu selalu dikuduskan. Tapi, God is asking us personally "What about you? Have you glorified My Name??"

Waktu kamu ngucapin Doa Bapa Kami sebelum belajar, do you know what it means? It means that in and through your life... in and through your studies, you MUST glorify His Name! Dengan gak nyontek, gak malas - malasan, by being responsible with your time (bukan belajar 15 menit, facebook 30 menit, twitter 30 menit). 

When you work, you must be a responsible worker with your time and your tasks. Bukannya sambil kerja sambil FBan, sambil baca koran online atau blog orang, juga bukan sambil ngobrol ama teman kerja. Eventhough all your colleagues do the same, it doesn't mean you can do the same. God is asking you.. are you glorifying MY NAME in your work place? When people see your work ethics, can they see ME in you? 

Waktu ngerjain tugas RT, are we complaining? Are we wise with the time He's given us? atau sambil jaga anak sambil megang BB? atau jangan-jangan, pembantu/babysitter yg ngasuh anak, kita ongkang ongkang kaki BB-an? Is HIS NAME glorified in, around, and through our lives? 
Datanglah KerajaanMu (within me)
Lukas 17 : 21 says 
"The Kingdom of God is within you".

Yes, generally "datanglah KerajaanMu" means may God's Kingdom come and reign on earth. May all the peoples of the world see and know and proclaim that Jesus is God... tapi I think there is a deeper meaning to that. How do the peoples of the world see and know and proclaim Jesus as God? It happens when the followers of Christ proclaim Jesus and His Kingdom in their lives! May His Kingdom reign in our hearts! But HOW? 

By learning at the feet of Jesus! Di Markus 12 : 30, Tuhan Yesus bilang 
"Love the Lord your God with all your heart and with all your soul and with all your mind and with all your strength"

Tuhan mau kita menjadi radikal for Him. Untuk gak main2 dengan Firman Tuhan... gak melencengkan Firman Tuhan. Gimana Kerajaan Tuhan mau stay in our hearts and lives kalo kita sendiri gak berani serius and radikal dengan FirmanNya? 

Di ayat berikutnya, Tuhan Yesus bilang 
"Love your neigbour as yourself"

Kalo terjemahan Bahasa Indonesianya "Kasihilah sesamamu manusia seperti engkau mengasihi dirimu sendiri". Kita HARUS mengasihi sesama kita manusia dengan kasih Kristus. Firman Tuhan gak bilang "kasihi sesama orang Kristen" or "sesama orang Indonesia"... tapi sesamamu manusia. Manusia: besar, kecil, tua, muda, hitam, putih, kuning, merah, Kristen, non-Kristen, orang baik, orang jahat, teroris... LOVE THEM ALL. Gak berarti kalo cinta itu berarti dinikahi yach (hehehe), it means we look at them through God's eyes. We don't seek revenge waktu ada yg berbuat jahat ama kita, instead we forgive them... we pray for them. Ada yg pernah bilang (lupa siapa): the best revenge is kindness. Through kindness, people see God... through kindness they feel love. Through kindness, they see the Kingdom of God that reigns in our hearts and lives. 
Jadilah kehendakMu, di atas bumi seperti di Surga (dalam hidupku)
Banyak orang berpikir Tuhan itu kayak vending machine. Kita masukin koin, keluar deh barang yg kita mau. Kita berdoa, terjadi deh apa yg kita mau. No... a Christian's life is deeper than that. Being a Christian means we surrender our lives to the Creator of life. "Di atas bumi seperti di Surga". Dulu gw pikir maksud doa itu adalah supaya kehidupan di atas bumi indah seperti di Surga. Tapi... setelah dipikir2 lagi, that's really not what it means. Lihat ayat sebelumnya "Jadilah kehendakMu". Di Surga, Christ is the King. Dia berbicara, all the angels do whatever He wants. Bahkan di Surga tuh ada angel dengan 6 sayap: 2 sayap cover their faces, 2 sayap cover their feet, and 2 sayap utk terbang. And these angels.. what do they do? They shout "Holy... holy... holy is the Lord Almighty, the whole earth is full of His glory"!!! 

Tuhan mau hidup di bumi ini seperti di Surga, di mana kita live with reverence to Him, di mana kita memuliakan Dia melalui hidup kita, and shout "Holy... holy... holy is the Lord Almighty, the whole earth is full of His glory". 

Satu hal yg selalu bikin gw penasaran adalah waktu Tuhan Yesus di salib. Gw bayangin si angel bernama Michael. Kalo kita baca di Wahyu 12:7-9 di situ diceritakan si Michael dan pasukannya berperang melawan the old dragon (iblis). Kalo disimak baik2, si Michael ini adalah panglima perang bala tentara Surga. WUIH! Keren! Gw sih langsung ngebayangin dia pasti pemberani (lah iyalah), zealous for God, punya pedang yg menyala2 kayak api. Tapi... kebayang gak, when the Lord whom he serves di paku di atas kayu salib yang hina? The Lord whom he adores and praises and worships... diludahin manusia ciptaanNya sendiri? The Lord yg udah Michael lihat in His glory and majesty sitting on His throne... dicambuk dan dimahkotai mahkota duri oleh manusia that He shaped with His own hands? Kebayang gak perasaan si Michael? Pasti dia gemes... pasti dia marah... pasti dia udah siap2 dengan pedangnya yg dengan sekali sabetan pasti mati semua tuh yg di golgota saat itu. Tapi... Tuhan Yesus malah bilang "No, Michael, don't!". Michael si panglima perang yg diciptakan to fight for the Lord and His people, sekarang malah disuruh diam melihat Tuhan dan Rajanya dihina, dicambuk, diludahi, dan disalibkan! For Michael to stand still when there is a battle to be fought itu tuh goes beyond his nature. It's not his nature utk diam aja waktu ada peperangan, but he OBEYED. Michael dan pasukan bala tentara surga OBEYED the LORD JESUS when He told them to be still.. utk diam gak melakukan apa pun supaya He could die on the cross for the same people who crucified Him! 

I think, my friends, this is what it means "Terjadilah kehendakmu, di bumi seperti di surga". May we obey God with the same obedience that the angels show. To be RADICAL for Him! To go where He wants us to go. To stay when He wants us to stay. To NEVER compromise His Words and His commands. To love when we just simply can't love anymore. To forgive even when it hurts. To OBEY! 
Berilah kami rejeki pada hari ini (so I may share it with those in need)
Kalo dalam bahasa inggrisnya, it says "Give us today our daily bread". Gw dulu selalu berpikir koq bagian ini sounds selfish yach, tapi kemaren Tuhan bukakan sesuatu yang baru... orang2 lain juga berdoa yang sama, and what if God wants to use me to bring bread to others? Maybe inti dari bagian ini bukan "supaya aku punya cukup makan, sandang dan pangan", tapi "supaya aku bisa berbagi kasih dan berkat Tuhan dengan orang lain". Kita, pengikut Kristus, seharusnya menjadi channel kasih, berkat dan karunia Tuhan... dan kita bisa menjadi channel itu dengan berbagi apa yang Tuhan sudah berikan kepada kita. We can support His church, His missionaries. We can support orphans. Kita bisa pergi ke tempat2 kumuh and share food. or we can simply offer hospitality. Waktu gw and Baby Pooh di Singapore, Tepen and Grace took us in, and let us stay at their place. Bawa kami jalan2, makan, dll. They shared God's blessings for them with us, and I am forever grateful. So, indeed... berilah kami rejeki pada hari ini, supaya kami bisa membagikan rejeki itu kepada orang lain juga. Ah... may we have the desire to be God's miracle. Instead of berdoa minta miracles terus2an, why don't we let Him use us utk menjadi miracles for other people? *ya gak... ya gak*

Di Yohanes 6 : 35, Jesus says
"I am the bread of life. 
He who comes to me will never go hungry, 
and he who believes in me will never be thirsty" 

I think, selain 'physical' rejeki/bread, this part of Doa Bapa Kami juga remind us that Jesus is the bread of life, and everyday we must spend time with Him... to commune with Him. When we spend time with Him, we will be satisfied... we will be full with His love... dan we can share it with others who need Him. Isn't that beautiful? 

Ampunilah kesalahan kami, seperti kami juga mengampuni yang bersalah kepada kami 

Hihi kalo yg ini sih gak usah dijelasin lagi. We are to forgive those who have hurt us (dengan sengaja or not).

Engkaulah yang empunya kerajaan, kuasa dan kemuliaan sampai selama - lamanya (may YOUR KINGDOM, POWER, AND GLORY shine in, around, and through me that when people see me, they see You who live in me. May the see YOUR power and glory in and through my life).

Monday, July 24, 2017

The Heart of Hospitality


by Felisia Devi


Arti Hospitality.


Apa yang terlintas pertama kali saat mendengar kata hospitality. Bukankah hospitality adalah salah satu mata kuliah jurusan perhotelan? Benar, tidak ada yang salah dengan hal tersebut. Tapi apa arti hospitality menurut kebenaran Injil?

Hospitality (hospitalitas) adalah terjemahan dari kata benda Latin hospitium (atau kata sifatnya hospitalis), yang berasal dari kata hospes, yang artinya “tamu” atau “tuan rumah”. Kata ini juga dipengaruhi oleh kata Yunani xenos, yang artinya menyambut orang asing atau melakukan penyambutan terhadap orang lain. (Michele Hershberger). Hospitality bisa diartikan sebagai keramahtamahan, wujud nyata dari ungkapan kehangatan seseorang dalam menerima orang lain, disertai rasa hormat, serta hubungan persahabatan dan persaudaraan kepada orang lain, terutama kepada tamu yang datang. 

Hospitality yang kita temui di restoran, hotel, atau tempat jamuan lain, mungkin ya mereka memang melakukan penyambutan dengan excellent, tapi apakah mereka benar-benar mengerti dan melakukannya dengan sungguh-sungguh? Hospitality bukan sekedar tentang apa yang kelihatan, bukan juga tentang penyambutan yang sempurna, tapi lebih kepada melakukan secara hati. Kenapa hati? Karena dari situlah terpancar kehidupan (Amsal 4:23). Penyambutan, penerimaan orang lain yang mengalir dari hati kita yang tulus, akan sangat terasa berbeda dan sampai juga ke hati yang menerimanya, dan mengandung pesan bahwa kita menerima mereka. Dahulu, Tuhan memerintah orang Israel agar memperlakukan orang asing seperti orang Israel asli, bahkan dikasihi seperti diri sendiri. Allah ingin orang Israel ingat bahwa merekapun dulu adalah orang asing di Tanah Mesir (Imamat 19:34). Dalam konteks saat ini, orang asing yang kita temui seharusnya diperlakukan seperti keluarga, dan dikasihi seperti diri kita sendiri. 


Mengapa kita perlu melakukan hospitality?


Hospitality harusnya mengalir secara alami dan didasarkan atas kasih Yesus kepada kita, karena Dia telah mengasihi kita terlebih dahulu (1 Yohanes 4:19). Kasih inilah yang kita salurkan melalui keramahtamahan kepada orang di sekitar kita. 

Inti dari Injil juga adalah hospitality. Sejak lahir kita sudah berada dalam permusuhan dengan Allah karena dosa, dan kita pun tidak mampu menyelamatkan diri dari hal ini. Tapi Allah mengutus Yesus untuk menebus dosa kita bagi yang percaya kepada-Nya, serta membuat tempat bagi kita dalam kerajaan-Nya. Kemurahan dan keramahan-Nya mengembalikan hubungan kita dengan Dia, dan Yesus adalah hadiah yang paling besar dalam sejarah, yang membuat kita ada sampai detik ini. Jadi ketika kita melakukan hospitality, kita sedang mencerminkan cinta-Nya, mengundang orang lain untuk melihat Tuhan melalui diri kita.

Yesus juga memberi contoh tentang melakukan hospitality, dimana Yesus mengajarkan serta melakukan kehambaan kepada para murid lewat tindakan membasuh kaki para murid-Nya (Yohanes 13:1-16). Karena Yesus sendiri datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani. Kita, sebagai pengikut Kristus yang mempunyai tujuan hidup untuk semakin serupa dengan diri-Nya, melakukan keramahtamahan seperti yang Yesus lakukan sudah merupakan hal yang wajar dilakukan.


Apa dan kepada siapa saja yang perlu diberikan keramahtamahan?


Ada banyak kesempatan dalam kehidupan sehari-hari kita untuk mempraktekkan hal ini : 
  • Ditengah keluarga kita : membantu pekerjaan rumah ibu, melayani ayah, dan menolong kakak atau adik dalam mengerjakan tugas. 
  • Melayani suami dan anak-anak bagi yang sudah menikah dengan melakukan pekerjaan rumah tangga. 
  • Memberikan bantuan kepada saudara atau keluarga lainnya, misalnya dengan mengadakan jamuan atau tumpangan bagi mereka yang sedang singgah ke kota kita. 
  • Menjamu para tetangga samping kanan kiri depan rumah kita, mungkin dengan menjadi tuan rumah dalam pertemuan lingkungan atau sejenisnya. 
  • Menolong rekan-rekan kerja yang membutuhkan, dengan mengajari dan membagi ilmu yang kita punya. 
  • Membantu saudara seiman lainnya dalam pelayanan atau hal lain, misal membantu pekerjaan misionaris dengan melakukan kunjungan. 
  • Memenuhi kebutuhan dasar orang lain khususnya masyarakat miskin tanpa mengharapkan pembayaran (Prov. 19:17), dengan menyumbang pakaian yang masih layak atau berbagi harta benda. 
  • Memperlakukan para pemberi jasa (supir taksi, pramuniaga, pelayan restoran dsb) dengan baik. Mengucapkan tolong dan terima kasih dengan sopan ketika berinteraksi dengan mereka. 
Dalam Alkitab, kata Yunani asli untuk hospitality adalah Philoxenia, yang berarti mengasihi orang lain (Rom. 12:13). Banyak contoh dalam Alkitab dalam mempraktekkan hospitality, yang intinya kita menghormati Allah ketika kita baik kepada yang membutuhkan (Amsal 14:31; 19:17), memberi tumpangan (Ibr 13: 1-2; 1 Tim 3: 2), memperhatikan janda serta anak yatim ( 1 Tim 5: 1-16), ‘menjamu’ orang kafir (Lukas 5:29), orang miskin dan membutuhkan (Lukas 14: 12-14), misionaris (Mat 10: 9-11; Lukas 10: 5-16), orang asing, imigran, pengungsi (Kej 18: 1 -22), dan bahkan musuh (Rom 12:20) seolah-olah mereka adalah keluarga kita sendiri. 

Arti dari semua yang bisa kita lakukan menurut Alkitab sebenarnya tentang pengorbanan, kita rela berkorban untuk memenuhi kebutuhan orang lain, keluar dari area nyaman, dan tidak berusaha untuk mengesankan orang lain. Bukan hanya kepada sesama orang Kristen, tetapi juga kepada orang asing lain yang membutuhkan. Seperti kata Yesus, "Ketika Anda memberi perjamuan, mengundang orang miskin, cacat, orang lumpuh, buta, dan Anda akan diberkati" (Lukas 14:13).

Kristus juga mengajarkan kita di perintah kedua dari dua hukum utama, yaitu mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri (Matius 22:39). Dia juga menekankan hal yang sama pada perumpamaan tentang orang Samaria yang baik. Ia mengajarkan kepada kita bahwa "sesama" tidak ada hubungannya dengan aspek geografi, kewarganegaraan, atau ras. Dimanapun dan kapanpun orang membutuhkan kita, kita bisa siap melakukan sesuatu seperti Kristus menunjukkan belas kasihan. Ini adalah inti dari hospitality

Dalam Injil Matius, Yesus membahas perilaku ramah dari orang-orang yang akan mewarisi kerajaan: "Sebab pada waktu Aku lapar, kalian memberi Aku makan, dan pada waktu Aku haus, kalian memberi Aku minum. Aku seorang asing, kalian menerima Aku di rumahmu. Aku tidak berpakaian, kalian memberikan Aku pakaian. Aku sakit, kalian merawat Aku. Aku dipenjarakan, kalian menolong Aku."(Matius 25: 34-36). Hospitality merupakan bagian penting dari pelayanan Kristen (Roma 12:13; 1 Petrus 4: 9). Dengan melayani orang lain berarti kita melayani Kristus (Matius 25:40) dan kita membantu penyebaran kebenaran Allah (3 Yohanes 5-8). 

Masih banyak contoh lainnya yang bisa dipraktekkan. Sebagai wanita yang diberi kepekaan sebagai kelebihan kita, gunakan kepekaan itu untuk bisa mengerti siapa dan hal apa yang bisa atau perlu dilakukan. Lakukan keramahtamahan dengan tujuan memperkenalkan atau mewujudkan Allah kepada orang lain, terutama bagi mereka yang belum mengenal Kristus. Kita tidak tahu dampak keramahtamahan yang bisa kita lakukan, tapi pasti sangat bermanfaat dan tidak sia-sia, karena dilakukan juga untuk tujuan memperluas kerajaan Allah.

Seperti dalam pelayanan yang Yesus lakukan bersama murid-muridNya, mereka tergantung pada kebaikan orang lain dari tempat-tempat yang mereka kunjungi (Matius 10 : 9-10). Demikian juga dengan pelayanan para rasul dalam memberitakan Injil (Kis 2:44-45 ; 28:7). Jadi lakukan bantuan atau keramahtamahan yang bisa kita lakukan, selama ada dan masih bisa kita lakukan, apalagi jika Tuhan yang sudah menggerakkan (Amsal 3:28). 

Ia memberikan tangannya kepada yang tertindas, mengulurkan tangannya kepada yang miskin.
Amsal 31:20

Friday, July 21, 2017

Masa Depan Yang Penuh Harapan (Part 2)


by Grace Suryani

Post ini adalah sambungan dari Part 1 yang bisa dibaca di SINI

Terkadang persepsi kita tentang “masa depan yang penuh harapan” itu keliru. Ayat yang paling sering dikutip itu ayat ini, 

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." 
—Yeremia 29:10

Tapi mari kita liat untuk siapa dan dalam kondisi apa ayat ini ditulis.

Beginilah bunyi surat yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem kepada tua-tua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel. 
—Yeremia 29:1

Surat ini ditulis untuk orang-orang buangan di Babel. Surat ini ditujukan oleh bangsa Israel yang BARU SAJA dibuang ke Babel. Tuhan justru menyuruh mereka tinggal mengusahakan kesejahteraan bangsa asing tempat mereka tinggal, menikah dan berkembang biak, karena mereka bakal lama di sana.

Penafsiran gue maksud dari ayat 10 itu adalah demikian.

Sekalipun elu tinggal di Babel, sekalipun elu orang buangan, sekalipun loe dipandang rendah sama orang lain, sekalipun ini BUKAN MIMPI LOE (siapa sih yang pernah mimpi mo jadi orang buangan??), loe yakin dan percaya dah sama TUHAN. Ini rencana tuh rencana yang indah buat elu. Lebih indah dari rencana loe sendiri. Kalo loe setia di tempat dimana Tuhan membuang elu, elu taat sama Firman-Nya, bikin rumah, bikin kebun, bikin anak (yang banyak), berdoa dan bekerja dengan sungguh-sungguh sekalipun loe di tempat yang bukan mimpi loe, tetap ada harapan di sono.

Kalo ga yakin sama penafsiran gue, silahkan baca Yeremia 29 sendiri guys. :P Itu lebih bagus, daripada elu orang telan bulet-bulet kata-kata gue. Hehe.

So face it guys... Sometimes, God brings us not to the highest, but to the lowest place instead.

Kita maunya cuman Tuhan bawa kita dari kemuliaan ke kemuliaan lainnya. Tapi sadarkah kita kalo di lowest place, di tempat yang paling boring sedunia, Tuhan justru bisa mengasah karakter kita sebaik-baiknya; dan itu artinya Tuhan membawa kita kepada kemuliaan baru loh.

Firman Tuhan itu selalu benar, yang kadang salah itu PERSEPSI KITA. Pandangan dan definisi kita tentang masa depan yang penuh harapan dan kemuliaan, itu yang kadang salah. Kita mengartikannya terlalu sempit. Kita mengartikannya dgn kacamata dunia. Masa depan penuh harapan = sukses = banyak duit = mimpi-mimpi tercapai. Ketika kita berdoa, “Tuhan, tolong supaya aku bisa mengerti firman-Mu,” sebenarnya kita berdoa, “Tuhan, tolong supaya aku bisa punya PERSEPSI, PANDANGAN, dan DEFINISI yang sama dengan-Mu. Supaya aku melihat dengan kacamata-Mu, bukan kacamata dunia.”

Masa depan penuh harapan versi Tuhan = karakter terbentuk = makin serupa Kristus = jadi surat yang terbuka bagi dunia = jadi wangi-wangian yang harum di hadapan Tuhan. 

Tuhan tuh ga terlalu peduli kita lunch sama siapa. Entah itu sama dubes dari USA, atau sama bayi yang pinter taichi (kalo disuapin tangannya gerak kanan kiri). Yang paling penting kita NGAPAIN pas lunch sama org itu. Do we influence them, or do they influence us? 

Let’s face it guys, sometimes it’s not about us. Sebagian besar orang yang menerima surat dari Yeremia, tidak pernah kembali ke Israel. Tidak pernah kembali ke tanah nenek moyang. Tidak pernah melihat bait Allah dibangun di Yerusalem. Tidak pernah melihat Tuhan memulihkan kehormatan bangsa Israel. Sebagian besar dari mereka, mati sebagai orang buangan dan tidak pernah melihat mimpi mereka (kembali ke tanah Israel) terwujud. Mereka mati di tanah asing sebagai orang buangan. Bagi dunia, orang buangan itu hina. Tapi bagi Tuhan, mereka yang mati di tanah Babel itu memenuhi rencana-Nya. Just face it... Sometimes, supaya rencana Tuhan harus digenapi, kita harus rela tidak pernah melihat mimpi kita terwujud.

Tapi ini janji Tuhan: sekalipun hidup yang kamu hidupi sekarang itu bukan mimpimu, sekalipun ini bukan hidup yang kamu mau kalo itu dalam rencana Tuhan, maka kamu ada dalam masa depan yang penuh harapan. 

Jangan berpikir bahwa hidupmu baru akan dimulai NANTI setelah kamu masuk ke 'masa depan yang penuh harapan'. Karena masa depan yang penuh harapan itu adalah HARI INI. Ketika kita bekerja dan taat melakukan bagian kita HARI INI di tempat dimana Tuhan tempatkan kita. Bukan nanti.

Guys, punya impian itu bagus dan harus. Tapi impian semanis apapun itu selalu kalah manis dengan kenyataan yang Tuhan berikan.

Pertanyaannya mungkin, darimana gue tau ini rencana Tuhan atau bukan? There’s no easy answer for that question. :p Satu-satunya cara buat menjawab adalah, bertanya sama Tuhan, punya hubungan pribadi sama Tuhan dan baca Alkitab. I can’t answer the question about your life. You must ask the Author of your life.

:)

Wednesday, July 19, 2017

Masa Depan Yang Penuh Harapan (Part 1)


by Grace Suryani

"Percaya deh, Tuhan PASTI memberi masa depan yang penuh harapan!!" 
Itu firman Tuhan yang sering banget digembar-gemborkan, khususnya kepada generasi muda.

God wants you to do SOMETHING BIG FOR HIS KINGDOM!!!
God will use YOUR LIFE TO CHANGE THE WORLD!! 

dan semua kalimat keren lainnya. 

Well, itu ga salah. tapi kadang PERSEPSI kita ttg 'something big', 'change the world', masa depan penuh harapan yang SALAH. Ketika kita mendengar kalimat itu, kadang yang terpikir langsung, "WOW, gue mungkin akan dapet kerjaan di MNC yang bakal bikin gue bisa traveling around the world!!" Atau "WOW, mungkin Tuhan akan kasih gue beasiswa ke luar negeri!" Atau, “WOW, gue yakin gue akan bisa jadi orang paling hebat di bidang gue. Orang-orang akan datang berguru kepada gue.” Atau, “WOW, buku yang gue tulis akan jadi buku best seller mengalahkan Harry Potter!” Or all other glorious dreams... 

Mungkin BANGET. Bisakah Tuhan lakukan itu buat kita? BISA. I have no doubt. Alkitab penuh dengan orang-orang yang melakukan hal-hal besar, melakukan mujizat, membuat orang-orang terkagum-kagum. Tapi Alkitab juga penuh dengan orang-orang biasa, yang melakukan hal-hal biasa untuk Tuhan yang luar biasa. 

Ayat yang paling sering dikutip itu ayat ini, 

"Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan." 
—Yeremia 29:10

Tapi mari kita liat untuk siapa dan dalam kondisi apa ayat ini ditulis.

Beginilah bunyi surat yang dikirim oleh nabi Yeremia dari Yerusalem kepada tua-tua di antara orang buangan, kepada imam-imam, kepada nabi-nabi dan kepada seluruh rakyat yang telah diangkut ke dalam pembuangan oleh Nebukadnezar dari Yerusalem ke Babel. 
—Yeremia 29:1

Surat ini ditulis untuk orang-orang buangan di Babel. Surat ini ditujukan oleh bangsa Israel yang BARU SAJA dibuang ke Babel.

Lalu apa perintah Tuhan buat orang-orang buangan itu? Tabahkan hatimu, Aku akan membawa kamu keluar secepatnya?? Tabahkan hatimu, kamu akan melihat tangan Tuhan membalas dendam dan menghukum orang-orang kafir itu? Tabahkan hatimu, kamu akan melihat mujizat Tuhan yang luar biasa? Kamu akan kembali segera ke tanah Israel. Kamu akan menjadi kepala dan bukan ekor!!

Ini perintah Tuhan buat mereka,

“Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang! Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. Sungguh, beginilah firman TUHAN semesta alam, Allah Israel: Janganlah kamu diperdayakan oleh nabi-nabimu yang ada di tengah-tengahmu dan oleh juru-juru tenungmu, dan janganlah kamu dengarkan mimpi-mimpi yang mereka mimpikan! Sebab mereka bernubuat palsu kepadamu demi nama-Ku. Aku tidak mengutus mereka, demikianlah firman TUHAN. 
—Yeremia 29:5-9

Dengan kata lainnya Tuhan tuh bilang begini, “Nak… Kamu itu bakal LUAMAAA banget di Babel. 70 tahun. Aku ga akan bawa keluar sebelum 70 tahun itu. So, daripada dengerin ocehan atau nubuat-nubuat palsu dari orang-orang yang bilang bahwa Tuhan akan menolongmu sebentar lagi, bahwa kamu ga akan lama di Babel, bahwa kamu akan kembali melihat kemuliaan Yerusalem, bahwa Israel akan berjaya lagiii, mendingan loe bangun rumah dah. Bikin kebun buat anak cucu loe, dan kawin lalu bikin anak sebanyak-banyaknya! Kerja yang bener, dan berdoalah buat entu orang-orang kapir. Oke? Jangan loe dengerin dah itu org-org yg pada ngomong yg bagus-bagus ttg loe ga bakal lama di Babel, loe akan liat mujizat, Tuhan akan membangun kembali Yerusalem. Iye, bakal Gue bangun tapi ntar ye, pokoknya loe 70 taon dulu di sini. Oke?” 

Barulah ayat 9 disambung dengan ayat yang suka dikutip karena bunyinya bagus banget.

To be continued.

Friday, July 14, 2017

Be Kind to the Unthankful?


by Azaria Amelia Adam

Tentang kemurahan hati, saya belajar hal penting dari Tante saya yang dua kali menyekolahkan anak dari SMA sampai Perguruan Tinggi. Saya punya keluarga besar yang hidupnya tidak seberuntung saya. Ada sepupu yang tidak berkesempatan untuk melanjutkan sekolah, dua diantaranya disekolahkan oleh Tante saya. Lalu, apa istimewanya menolong keluarga? 

Ceritanya seperti ini, setelah lulus SMP, sepupu saya disekolahkan ke jenjang SMA oleh Tante saya. Tante saya menanggung semua biayanya, mulai dari pendaftaran, SPP, buku, seragam, dan uang saku. Sepupu saya yang berasal dari sebuah kabupaten di Nusa Tenggara Timur (NTT) disekolahkan di salah satu sekolah swasta di Surabaya. Ya, pastinya fasilitas pendidikannya jauh lebih baik. Tetapi, entah kenapa, nilai akademis mereka kurang memuaskan. Untungnya, sepupu yang pertama berhasil lulus SMA dan disekolahkan lagi ke perguruan tinggi di Kupang. Tetapi dalam perjalanan kuliahnya, ternyata dia sering bolos dan akhirnya terancam drop out. Sepupu yang kedua, tidak bisa melanjutkan sekolah karena nilai ujian yang tidak melewati passing grade ke perguruan tinggi. 

Beberapa kali saya pernah spontan bicara kepada Tante saya, “Ngapain sih Tante kasih sekolah orang-orang seperti itu? Mereka kayak gak berterima kasih udah disekolahin di tempat bagus. Liat aja caranya mereka, ngga pernah belajar, malas banget. Udahlah ngga usah lagi Tante sekolahin sepupu-sepupu yang kayak gitu”. Tetapi tetap saja, ada lagi sepupu lain dari NTT, diajak ke Surabaya untuk disekolahkan. Kata Tante, “Lebih baik kita bantu keluarga kita yang membutuhkan”.

Saat itu saya jadi tambah kesal mendengar jawaban Tante. Oke, memang kita harus saling menolong, tapi kalau dua kali tidak ada hasilnya, buat apa? Daripada menyekolahkan sepupu yang tidak bisa berterima kasih, masih banyak orang lain yang ingin sekolah. Tetapi setelah mempelajari ciri kasih yang murah hati, saya mengerti, justru perbuatan itulah yang Tuhan ingin kita lakukan. 

Dalam Galatia 5, buah roh kemurahan adalah perbuatan yang digerakkan karena kepedulian akan orang lain, keinginan untuk melakukan kebaikan bagi orang lain. Kemurahan dimulai dari kepedulian, berbelas kasih kepada orang lain. Jika Tuhan menginginkan kita memperhatikan sesama manusia (Amsal 12:10). 

Kemurahan hati membutuhkan usaha. Jujur saja lebih mudah kita mengikuti keinginan daging daripada keinginan roh (Galatia 5:16-17). Rasa mementingkan diri sendiri lebih mudah muncul secara natural. Berbeda dengan kemurahan hati yang meletakkan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Seperti yang dikatakan dalam Filipi 2:3-4, “dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”

Firman Tuhan menegur saya dengan keras, jika kamu hanya bermurah hati pada orang yang baik, lalu apa jasamu? Apa yang membedakan pengikut kristus dengan orang biasa? Bahkan dalam ‘standar normal’ orang berdosa pun tahu bagaimana berbuat baik untuk orang yang dianggap menguntungkan baginya (Lukas 6:32-34). 

Sekarang jika kita melakukan sesuatu untuk kebaikan orang lain tetapi tidak dibalas dengan rasa terima kasih, secara manusia kita pasti jengkel dan rasanya tidak mau lagi menolong mereka. Tetapi bermurah hati untuk orang yang baik saja tidak cukup, jika kita ingin disebut pengikut Kristus. Kita perlu berbuat lebih dari standar normal dunia.

Firman Tuhan jelas memberikan standar yang lebih tinggi untuk pengikut Kristus: berbuat baik kepada semua orang, bahkan yang jahat sekalipun. Yesus mengajarkan agar kita mengasihi dan berbuat baik kepada musuh kita. Memberikan pinjaman dengan tidak mengharapkan balasan. Dengan melakukan semua itu, baru kita layak disebut anak-anak Tuhan Yang Maha Tinggi. (Lukas 6:35).

Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati (Lukas 6:36)

Wednesday, July 12, 2017

BOOK REVIEW: Sacred Pathway - Discover Your Soul’s Path to God (Gary Thomas)


by Azaria Amelia Adam

Bagaimana cara kita untuk berjumpa dengan Tuhan?

Apakah waktu teduh yang rutin setiap hari cukup membuat kita bisa mengalami pertumbuhan rohani? Dalam buku ini, Gary Thomas memulai penjelasan dengan analogi, tidak ada satu obat yang dapat mengatasi semua penyakit. Artinya, kita tidak bisa memaksakan semua orang mengikuti satu cara saja untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan. Karena Tuhan menciptakan kita dengan berbeda-beda, ada perbedaan pula dalam usaha kita mencari Tuhan. 

Orang yang bekerja mungkin merasa heran kenapa ada orang yang mampu berdoa berjam-jam. Apakah kita harus seperti itu agar bisa mengalami perjumpaan dengan Tuhan? Atau mungkin sebagai pemuda energik, kita bertanya kenapa ada orang yang betah beribadah dalam gereja liturgis yang tampaknya kaku?

Dalam buku ini, Gary Thomas menjelaskan tentang sembilan tipe spiritualitas yang berbeda, lengkap dengan ciri-ciri, kelebihan dan kelemahannya masing-masing. Kita dapat menemukan salah satu atau lebih tipe spiritual yang sesuai dengan diri kita. Buku ini menjelaskan ada 9 (Sembilan) jalan kudus: Kaum Naturalis yang mengasihi Tuhan di alam terbuka, Kaum Indrawi yang mengasihi Tuhan dengan panca indra, Kaum Tradisionalis yang mengasihi Tuhan melalui ritual dan simbol, Kaum Askese yang mengasihi Tuhan dalam keheningan dan kebersahajaan, Kaum Aktivis yang mengasihi Tuhan melalui konfrontasi, Kaum pemerhati yang mengasihi Tuhan dengan mengasihi sesama, Kaum Antusias yang mengasihi Tuhan dalam misteri dan perayaan, Kaum Kontemplatif yang mengasihi Tuhan dalam pemujaan dan Kaum Intelektual yang mengasihi Tuhan dengan pikiran.

Dari buku ini, saya secara pribadi jadi mengerti mengapa ada berbagai denominasi gereja. Semua ini karena Tuhan menciptakan masing-masing kita dengan unik menurut tujuan-Nya. Saya juga mengerti, kenapa ada hamba Tuhan yang kelihatannya senang sekali berargumentasi. Ternyata beliau termasuk kaum aktivis. Setelah saya membaca tentang kaum Askese dan kaum Tradisionalis, tidak ada lagi kritik tentang liturgi gereja dan hadirat Tuhan. Itu semua karena setiap orang memiliki perjalanan rohani yang berbeda. Hal yang kita pikir biasa saja atau membosankan, bisa jadi menjadi sangat menyentuh dan menumbuhkan iman bagi orang lain. 

Jika kita merasa perjalanan rohani kita tidak seperti yang kita mau, kita bisa belajar menatanya kembali dari sini. Buku Sacred Pathway, membantu kita menemukan perjalanan rohani yang membawa kita menuju pertumbuhan dan pengalaman akrab berjalan bersama Tuhan.

Monday, July 10, 2017

A Testimony : He is Jehovah Rapha



by Azaria Amelia Adam

Sore hari di bulan November 2016, saat aku sedang menjalani jadwal jaga IGD seperti biasa, ada seorang gadis berusia 19 tahun diantar keluarganya karena kecelakaan motor. Sejujurnya, waktu menerima pasien tersebut, aku agak kesal. Ternyata, cedera di kepala gadis itu disebabkan karena dia tidak memakai helm. Tapi, sebagai dokter, tentu saja aku tetap wajib melayani. Aku dan tim di IGD segera melakukan penanganan pertama untuk gadis tersebut. Oksigen dan infus sudah terpasang, obat-obatan emergensi sudah diberikan. Setelah pemeriksaan lengkap, kami tahu gadis ini mengalami perdarahan di kepala. Kesadarannya semakin menurun. Tanpa operasi darurat, gadis itu tidak akan selamat.

Sayangnya, rumah sakit tempat aku bekerja tidak memiliki fasilitas penunjang CT Scan yang dibutuhkan untuk penentuan lokasi operasi. Meskipun awalnya aku cenderung menyalahkan gadis itu, belas kasihan muncul saat aku sadar pasien ini seorang gadis muda, baru 19 tahun, dengan cedera kepala. Gadis ini mengalami jenis perdarahan di kepala yang, aku tahu, jika dioperasi kemungkinan sembuhnya besar. Rasanya tidak akan bisa pulang jaga dengan lega jika tidak memastikan pasien ini dapat tindakan yang terbaik.

Akhirnya, pasien itu bisa kami rujuk ke rumah sakit yang memiliki fasilitas CT scan dan ahli bedah saraf. Btw, aku bekerja di Kupang, NTT, yang hanya punya satu ahli bedah saraf. Aku sampaikan ke keluarga bahwa pasien sudah berada di tempat yang tepat dan segera dioperasi. Aku juga memberitahu bagaimana cara mengurus asuransi kesehatan agar beban keluarga lebih ringan. Aku bersyukur sudah melakukan tugasku, berdoa menyerahkan semuaya pada Tuhan, dan pulang dengan tenang.

Dua bulan kemudian, aku dapat kejutan. Gadis yang aku tolong, datang ke IGD bersama tantenya. Menurut cerita, setelah operasi, dia sempat koma selama 3 minggu. Tapi, Tuhan berikan kesembuhan dan pemulihan. Tidak ada kata-kata yang bisa melukiskan betapa senangnya aku hari itu. Aku tidak berhenti bersyukur, menitikkan air mata sambil memuji Tuhan. Inilah perasaan terbaik bagi seorang dokter, melihat senyum pasien yang sembuh dari fase kritis.

Satu hal yang aku sampaikan kepada gadis itu, “Tuhan sudah menyelamatkan kamu dari maut. Bahkan, biaya perawatan seluruhnya diberikan Tuhan lewat asuransi. Maka, berikan sisa hidupmu untuk Tuhan”.

Bagiku yang seorang tenaga kesehatan ini, hari itu adalah salah satu hari terbaik yang Tuhan ijinkan terjadi. Suatu peringatan buat aku agar selalu melakukan yang terbaik untuk setiap pasienku, satu per satu, apapun kondisi dan prognosisnya. Kita tidak tahu, mujizat apa yang Tuhan akan lakukan kepada mereka. Bagaimana pengalaman bersama Tuhan akan mengubah hidup mereka, siapa yang tahu?

Inilah kesaksian hidupku.

Aku memuji Tuhan sang Jehovah Rapha, yang dengan kemurahan-Nya telah meneguhkan setiap perbuatan tanganku (Mazmur 90:17). Amin

Friday, July 7, 2017

God, I hurt



by Sarah Eliana

Ladies,
Hari ini aku mau share puisi yang sangat meaningful ini. Semoga teman–teman diberkati :)

GOD, I HURT
-Author Unknown-

I said, "God, I hurt."
And God said, "I know."
I said, "God, I cry a lot."
And God said, "That's why I gave you tears."

I said, "God, I'm depressed."
And God said, "That's why I gave you sunshine."

I said, "God, life is so hard."
God said, "That's why I gave you loved ones."
I said, "God, my loved one died."
And God said, "So did mine."

I said, "God, it is such a loss."
And God said, "I saw mine nailed to a cross."
I said, “But God, your loved one lives."
And God said, "So does yours."

I said, "God, where are they now?"
And God said, "Mine is on My right side,"
And yours is in the light."

I said, "God it hurts"
And God said, "I know."


Berkatalah Yesus ... "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat,
Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku,
karena Aku lemah lembut dan rendah hati
dan jiwamu akan mendapat ketenangan sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan
Matius 11 : 28 - 30

Wednesday, July 5, 2017

The Samaritan Woman


by Sarah Eliana

Ladies, 
Ingatkah kalian pada wanita Samaria di Yohanes 4 :1-38? Let's refresh :) 

Wanita Samaria ini sedang mengambil air di sumur. Pada saat yang sama, Tuhan Yesus sedang berada di sumur itu juga. Ia kehausan dan minta air dari wanita Samaria ini. Wanita ini kaget, karena semua orang tahu siapa dia. She is a sinner. Punya suami 5, dan saat itu lagi hidup bareng ama cowok yang bukan suaminya. Orang-orang ngejauhin dia, tapi ini siapa? Kok berani-beraninya minta air dari dia?

Tuhan Yesus bilang, "I know you" (Aku mengenalmu). Jesus told her about herself. Beberapa menit bersama Yesus merubah hidup wanita ini. Ia menemukan kemurahan Tuhan. His grace, mercy, forgiveness, and salvation! Dia yang dijauhi semua orang, yang dianggap kotor, akhirnya menemukan pengampunan dari Sang Pencipta! Too good to be true? No!

Mungkin kita pikir, “Surely dosa cewek itu gak sebanyak dosa gw”, “Surely cewek itu gak sekotor gw!”, “Gw udah ngelakuin banyak hal yang jauh lebih najis daripada apa yang dilakukan cewek Samaria ini.”, “Gw udah ngelakuin banyak hal yang gak bisa diampuni.” But... guess what?! Yesus dapat dan mau mengampunimu!! Kemurahan-Nya melimpah untukmu! Ia mati menjadi penggantimu di kayu salib. Ketika engkau datang pada-Nya dan meminta-Nya untuk masuk ke dalam hatimu, engkau pun diampuni! Engkau bersih dari segala dosa! If you think it's not true, try Him! Berdoalah sekarang dengan hati yang tulus. Katakan pada-Nya engkau mau menerima pengampunan dari-Nya. Ketahuilah... saat ini juga engkau telah diampuni! Dia mengenalmu! Dia tahu pikiranmu yang terdalam. Ia tahu mimpi–mimpi dan cita–citamu. Ia tahu jumlah rambut di kepalamu! Ia tahu apa yang telah engkau lakukan di masa lalu...

Namun dengan senang hati, Dia membuka lengan-Nya jika engkau mau datang menghampiriNya. He sees what you will become: seorang wanita Allah yang bersih, warga negara Surga! Isn't that just simply amazing? So... what are you waiting for? Accept His grace and mercy before it's too late!

Here, listen to this song... listen to His heart. (Liriknya di bawah videonya yach =))


Verse 1:
The ones you love, they let you down
And I want you to know that I’m sorry
The choices that they made were wrong
You were caught in the middle and I’m sorry

So when the anger and the pain
Get the best of you
I know it seems like you're all alone
But I am feeling it too

Chorus:
'Cuz you're my little girl
You're the one that I created
No one in this world could ever be like you
When you're cryin' in the night
All you need to do is call me
I’ll be there for you
'Cuz you're my little girl

Verse 2:
When you're lookin’ in the mirror
I hope you're likin' what you see
Because no matter what you're feelin'
You're perfect to me

Because I see you as a child
Blameless in my sight
Just spend some time with me
And I'll make everything alright

(Back to Chorus)

Bridge:
I know you don't deserve what you've been through
I know it doesn't seem fair
I know that there are times you think you're alone
But you've got to know that I will be there, be there

(Back to Chorus)

Monday, July 3, 2017

Displaying God's Goodness through Forgiving Others



by Sarah Eliana

Forgiving. Memaafkan. Mengampuni. Easier said than done. Siapa yang gak pernah dikecewakan orang lain? Siapa yang gak pernah marah sama orang lain? I'm sure semua kita pernah ngalamin. Kita semua pernah disakiti, pernah dikecewakan, dan kita juga pernah memaafkan orang, tapi kita juga pasti pernah gak memaafkan orang lain. Betul, kan?

Memaafkan adalah pilihan. Memaafkan itu komitmen. Kita pasti pernah, deh, ngomong, "Gw gak bisa deh maafin dia. Kesalahannya terlalu besar. Gw terlalu disakiti". Tapi sebenernya, if you dig deeper, omongan itu lebih betul berbunyi begini, "Gw gak MAU maafin dia karena MENURUT GW kesalahannya terlalu besar". Dapatkah kita memaafkan? YES! Maukah kita memaafkan? Kadang–kadang, tapi terkadang kita ogah memaafkan. 

Hendaklah kalian baik hati dan berbelaskasihan seorang terhadap yang lain, dan saling mengampuni sama seperti Allah pun mengampuni kalian melalui Kristus.
Efesus 4 : 32

Mengampuni itu perintah dari Tuhan. Tuhan gak pernah bilang "ampuni kalo kesalahannya kecil" atau "ampuni kalo kamu gak terlalu disakiti". Ada unconditional love, ada juga unconditional forgiveness!! Tuhan cuman bilang "ampuni sama seperti Allah mengampuni melalui Kristus". Menurutku, kata-kata ini sangat luar biasa. Kenapa? Karena sebesar-besarnya kesalahan orang lain kepada kita, kesalahan itu tidaklah lebih besar daripada kesakitan yang kita lakukan terhadap Tuhan. Melalui ayat ini, Tuhan berkata "ampunilah mereka karena engkau, seorang pendosa, pun telah diampuni".

Tapi toh, biarpun Tuhan udah ampuni kita, biarpun kita udah merasakan kasih karunia Tuhan, tetap aja rasanya susah sekali mau menjulurkan kasih karunia itu ke orang lain. Ya, kan? Aku tahu karena aku juga sering begitu. Dan kalo udah berpikir demikian, kuingat lagi omongan Tuhan Yesus dengan Petrus di Matius 18 : 21 - 22

Kemudian datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus:

"Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?"

Yesus berkata kepadanya:

"Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.

Tujuh puluh kali tujuh kali. Dulu waktu masih di sekolah minggu, aku pikir maafin orang cuman perlu 490 kali! hehehe... Jadi waktu adikku lagi rese, aku itungin udah berapa kali aku maafin dia. BWAHAHAHAHAHAHA -.-" 

Aku punya pengalaman pernah disakiti orang... suaaakkiiiiittt sekali. Maunya sih, marah terus. Tapi pada akhirnya aku harus mengampuni dia karena mengampuni adalah perintah Tuhan. Ditambah lagi, aku gak mau bertumbuh jadi orang yang penuh kepahitan.

Nah, masalahnya adalah walaupun aku udah mengambil keputusan untuk mengampuni orang itu, rasa marah, sakit, dan kecewa itu gak hilang begitu aja. Ada saatnya aku teringat lagi kesalahannya, dan aku marah lagi. Dan pada saat itu, aku harus berdoa lagi, dan maafin dia lagi. Dan kurasa, itulah salah satu maksud Tuhan Yesus. Forgiveness is a process. Ada saatnya kita bisa maafin orang, dan langsung gak teringat–ingat lagi kesalahan itu. Tapi ada juga saatnya kesalahan itu teringat-ingat lagi. Dan saat itulah kita harus ingat perkataan Tuhan Yesus "...tujuh puluh kali tujuh kali".

Walaupun orang itu melakukan kesalahan hanya satu kali, tapi kita yang harus memutuskan untuk mengampuni lagi, lagi, lagi, dan lagi sampai pada akhirnya kita bisa memaafkan dan gak mengingat-ingat lagi. Tujuh puluh kali tujuh kali. Unfailing forgiveness. Di saat seperti inilah komitmen kita untuk memaafkan diuji. Apakah kita betul - betul mau memaafkan? Kalo betul mau memaafkan, ya kita harus terus memaafkan. Stay committed to forgive! Gimana denganku sekarang? Well, setelah 12 tahun, akhirnya aku bisa katakan bahwa aku telah memaafkan orang itu dan tidak mengingat-ingat lagi kesalahannya :) 

Memaafkan itu gak gampang. Susaaaahhh banget, dan prosesnya kadang-kadang panjaaaannggg. Tapi, waktu kita memilih dan terus komit untuk memaafkan maka kita akan bertumbuh di dalam Kristus. Kita gak bisa memaafkan tanpa pertolongan dan kasih setia dari Tuhan. First of all, kita mengampuni karena ada kasih Tuhan dalam diri kita dan dengan memaafkan orang lain, we are displaying God's goodness. Walaupun memaafkan itu perintah, tapi Tuhan gak akan tinggalkan kita begitu aja. Just like He authors our faith, He too will help us to forgive. He will walk by our side, and hold our hands as we walk down the path of forgiving others. Dan waktu kita rasa kita maju dua langkah and mundur tiga langkah, He continues to nudge us, even carry us on His shoulders. Waktu kita ngerasa capek dalam memaafkan orang lain, ada kekuatan baru dari Tuhan:

Orang-orang yang menanti-nantikan TUHAN
mendapat kekuatan baru
mereka seumpama rajawali yang naik terbang
dengan kekuatan sayapnya
mereka berlari dan tidak menjadi lesu,
mereka berjalan dan tidak menjadi lelah.
Yesaya 40 : 31

So... keep at it. Stay committed. =)