Friday, November 30, 2018

Beauty in Weakness


by Natalia Setiadi

Rasul Paulus berkata dalam 2 Korintus 12:7 bahwa dia diberi duri dalam dagingnya supaya dia jangan meninggikan diri. Ada penafsir yang berpendapat duri dalam dagingnya itu adalah penyakit, ada juga yang bilang sifat Paulus yang pemarah, tidak ada yang tahu pasti.

Kalo boleh disama-samain, kayaknya keadaan atau situasi hidup juga bisa jadi duri dalam daging ya. Dalam perjalanan saya ikut Tuhan, salah satu tantangan terbesar adalah kecaman terhadap kinerja saya sebagai ibu. Maksudnya, di-judge dalam hal motherhood. Motherhood memang dunia yang keras. Sejak proses melahirkan kita udah kenyang di-judge soal lahiran normal atau caesar, kasih ASI atau susu formula, pakein pampers atau cloth diapers, dan seterusnya. Seiring berjalannya waktu, kritik, kecaman, dan judgement itu bukannya mereda, tapi makin bertambah terus.

Dulu, dengan segunung idealism, saya berusaha sekuat tenaga untuk menjadi the best mother. Bukan cuma buat anak saya, tapi juga buat ego saya pribadi. Saya diam-diam menikmati pujian “supermom” dan merasa diri lebih baik daripada beberapa mama lain. Buat menghibur diri karena “pengorbanan” saya melepaskan atribut dokter dan turun ke dapur jadi ibu RT, saya berusaha sedemikian rupa supaya jadi mama yang maksimal. Apa itu ngga baik? Tentu saja baik. Ngga baiknya adalah, saya merasa sudah berhasil dan tanpa sadar berhenti mengandalkan Tuhan.

Tahun ketiga jadi mama, anak saya didiagnosis ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau gangguan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas). Seiring bertambahnya umurnya, sebagian kesulitannya berkurang, tapi muncul juga kesulitan-kesulitan lain yang justru makin jelas. Salah satunya masalah perilaku.

Ngomong memang selalu lebih gampang daripada menjalani. Menghakimi selalu lebih gampang daripada mengalami sendiri. Karena anak saya tidak bisa duduk tenang, mudah emosi dan frustrasi, “nakal”, papa-mamanya dibilang kurang perhatian. Kalo orang dengar pantangan makan anak saya yang segambreng, mereka bilang saya overprotective. Kalo saya mendisiplin, saya dibilang terlalu keras. Kalo saya biarkan anak saya eksplorasi, manjat dan lari-lari, saya dibilang terlalu membiarkan. Bahkan pernah juga mentah-mentah saya disebut mama yang ngga bener.

Untuk menepis omongan-omongan itu, saya berusaha lebih keras jadi mama yang lebih baik lagi. Kadang-kadang berhasil, tapi lebih sering gagalnya. Gagal dengan sukses. Ternyata jadi mama yang paling baik yang saya bisa pun tidak bisa meredakan judgement.

Saya membiasakan diri untuk ngga ambil pusing dengan komentar orang, tapi selain itu juga ada macem-macem kesulitan silih berganti. Dari masalah sosialisasi, tuntutan akademis dari sekolah, guru yang ngga paham dan ngga ingin paham, rutinitas ketat, pola pikir yang kaku, masalah emosi, sampe urusan insomnia parah yang meliputi episode nangis-tantrum hampir setiap malam selama berminggu-minggu.

Berulang kali saya jatuh bangun dan terpuruk. Saya merasa kurang sabar, pernah sampe histeris, sering kali sikap saya juga ketus dan mudah marah. Ternyata saya bukan supermom. Pingin banget kayak mama-mama di TV nan cantik rupawan dan lemah lembut. Tapi saya kok jauhnya kebangetan deh dari mama-mama itu, saya lebih mirip tokoh ibu tiri jadul yang suka ngomel teriak-teriak sambil nyirih dan makan jengkol. Wkwkwkw...

Kadang saya merasa tak berdaya ngeliat begitu banyak pergumulan anak saya di sekolah, juga di rumah, tak berdaya mengubah diri sendiri supaya jadi mama yang lemah lembut dan panjang sabar, tak berdaya menangkis tuduhan-tuduhan si jahat yang hobi me-replay komentar miring yang sering saya terima. Ternyata saya lemah. Image supermom juga dipakai iblis buat memojokkan saya: “Keliatannya aja baik di luar, kalo ngga ada yang lihat kok pake teriak-teriak... Nggak malu tuh, sama tetangga?”

Waktu saya lemah terpuruk berurai air mata, saya berseru minta pertolongan Tuhan. Tapi kok Tuhan diem aja ya? Nggak ada tuh suara yang menenangkan saya. Nggak ada damai sejahtera supranatural yang mendadak melingkupi saya. Saya gak mendadak bangkit dan jadi kuat kayak Hulk. Padahal kalo saya baca atau denger kesaksian orang, kok mereka ditolong Tuhan luar biasa?

Kok mereka dapat damai sejahtera yang melampaui segala akal? Kok saya enggak? Kok Tuhan tega ya liat saya nangis-nangis putus asa tapi Tuhan diem aja? How could You, Lord? :(

Tanpa saya sadari, Tuhan TIDAK DIAM SAJA! Dia sedang bekerja, walaupun tangan-Nya ngga terlihat oleh saya.

Saya berusaha berserah seperti kata orang-orang. Gimana sih sebenernya berserah itu? Apa yang harus saya lakukan kalo mau menyerahkan masalah saya sama Tuhan? Gimana caranya?

Maka dengan sabar Tuhan pun mengajari saya lagi, seperti mengajari anak kecil sesuatu yang udah diketahui oleh semua orang.

Saya belajar lagi bahwa berserah itu adalah tidak mencari jalan keluar sendiri. Menyerahkan suatu masalah ke Tuhan itu adalah berhenti memikir-mikirkan masalah itu dan menunggu.

Kadang-kadang menunggu itu sambil diam saja, kalo memang Tuhan memerintahkan demikian. Kadang-kadang menunggu sambil melakukan bagian kita, artinya melakukan yang baik yang bisa kita lakukan, dan selebihnya biarkan Tuhan melakukan bagian-Nya.

Maka saya tidak lagi berusaha mengubah kepribadian saya. Wong aslinya memang renyah (alih-alih lembut) ya mau dikata apa wkwkwk... Dan saya berhenti brainstorming untuk setiap kesulitan baru yang dialami anak saya.

SAYA BERDOA LEBIH BANYAK, LALU MENUNGGU.

Menunggu Tuhan menuntun saya, untuk melakukan sesuatu yang Dia tunjukkan, atau untuk diam saja menantikan pertolongan-Nya.

Ternyata ini yang mau Tuhan ajarkan dalam “diam”-Nya. Dia “membiarkan” saya merasakan kelemahan.

“Karena kuasa-Ku menjadi sangat nyata ketika kamu lemah.”
(2 Korintus 12:9 / Terjemahan Sederhana Indonesia)

Jadi lemah itu bukan sesuatu yang buruk. Hebat dan kuat itu tidak selalu baik.

Kalau lemah membuat saya melihat kuasa Tuhan dinyatakan, maka lemah itu indah. Kalau hebat dan kuat membuat saya berhenti mengandalkan Tuhan dan menyombongkan diri, maka hebat dan kuat itu sama sekali tidak baik.

Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.
(2 Korintus 12:9-10)

Kalo saya lihat ke belakang, ke waktu-waktu yang paling sulit, di mana saya udah desperado abis, beneran loh justru masa-masa itu yang Tuhan pakai luar biasa buat membentuk saya. Waktu di tengah badai persoalan memang mata saya seperti rabun, ngga bisa lihat tangan Tuhan bekerja, hati saya ndablek, susah buat ngerasain kebaikan Tuhan. Tapi setelah badai berlalu, setelah mata saya cukup terang buat memandang karya tangan-Nya, hati saya sudah cukup tenang buat ngerasain kasih setia-Nya, kuasa-Nya, begitu nyata saya lihat dan rasakan.

Jadi, next time kalo lagi ngerasa lemah, it’s OK, there’s beauty in weakness.

Ingat bahwa kasih karunia Tuhan selalu cukup. Senang dan relalah dalam kelemahan, karena di situlah kuasa Tuhan nyata.

Tuesday, November 27, 2018

Be Still



by Sarah Eliana

Setiap manusia mempunyai perjalanan kehidupan yang berbeda. Beberapa sedang berada di tanah perjanjian, namun ada pula yang sedang berada di padang gurun. Tapi, sebagai tubuh Kristus, kita semua punya panggilan yang sama, yaitu untuk bertumbuh dalam iman dan untuk memuliakan Nama-Nya. Di tanah perjanjian atau di padang gurun, kita dipanggil untuk terus berjalan dalam iman. Tapi, ahhh… kalau sedang berada di padang gurun, susah ya untuk terus berjalan dalam iman. Nah, itu sebabnya kita memerlukan Roh Kudus.

Seberapa kenal kita dengan Roh Kudus? Tau ngga, Roh Kudus itu seperti seorang gentleman lho. Dia ngga pernah memaksa kita untuk melakukan apa yang kita tidak mau. He doesn’t force Himself on us. However, He will teach and counsel us to make the right decision. Di saat kita mengambil keputusan untuk berjalan dalam iman, saat itulah Roh Kudus bergegas menghampiri kita, berdiri bersama kita, dan memberikan kekuatan bagi kita untuk menjalani keputusan kita itu. Isn’t He so good?

Setiap kali membaca tentang bangsa Israel yang berputar-putar di padang gurun, aku selalu bingung. Kenapa ya Tuhan bawa bangsa ini berputar-putar? Memang ada yang bilang Tuhan sedang menyiapkan mereka untuk sesuatu yang luar biasa. Tapi, yang aku lihat, mereka berputar-putar karena mereka ngga pernah belajar. Mereka selalu jatuh dalam dosa yang sama, bergumul dengan hal yang sama selama bertahun-tahun. Aku disadarkan tentang satu hal, yaitu bahwa bangsa ini ngga pernah mengambil keputusan untuk berjalan dalam iman. Mereka bertobat hanya saat dihukum Tuhan, tapi mereka ngga pernah betul-betul mengambil keputusan untuk berjalan terus dalam iman, untuk terus percaya akan kedaulatan Tuhan. Bukankah ketidakpercayaan mereka yang pada mulanya membuat Tuhan membawa mereka berputar-putar di padang gurun, padahal Tanah Perjanjian sudah di depan mata? Mereka tidak percaya bahwa Tuhan bisa dan mau membawa mereka kepada kemenangan melawan orang-orang kuat di tanah Kanaan, dan karenanya mereka pun terpaksa harus menghabiskan 40 tahun di padang gurun.

Kalau melihat ke belakang, tahun 2014 dan 2015 merupakan tahun yang cukup berat bagiku. Aku pernah sakit berat dan efeknya masih ada. Lalu, sebelum aku menikah, Tuhan pernah berjanji padaku lewat Mazmur 113:9,

“Ia mendudukkan perempuan yang mandul di rumah sebagai ibu anak-anak, penuh sukacita. Haleluya!”
(Mazmur 113:9)

Dulu, aku berpikir bahwa ini janji yang luar biasa indah. Aku berpikir bahwa satu hari nanti aku akan bertemu pangeranku, kami akan menikah dan memiliki anak-anak mujizat dari Tuhan kapan saja kami minta. Ternyata, di balik janji itu ada pergumulan dan keputusan yang harus kami ambil bersama. Setelah menikah, kami tidak langsung punya anak. Kami menunggu dua tahun untuk hadirnya buah hati kami. Tahun anak kami lahir adalah tahun di mana teman-teman baikku juga banyak yang sedang hamil atau baru melahirkan anak pertama mereka. 

Sekarang, anak kami sudah berumur empat tahun. Dia sudah punya banyak teman dan teman-temannya kebanyakan punya kakak atau adik. Jadi sekarang dia sudah mulai mengerti bahwa dia berbeda. Dia mulai bertanya kenapa dia sendirian dan ngga punya saudara di rumah? Kami sudah berdoa setidaknya dua tahun untuk memiliki anak kedua, tapi sampai sekarang anak itu belum tiba juga. Nah, tahun 2014-2015 itu adalah tahun ‘baby boom’. Teman-temanku, yang anak-anak pertamanya seumur dengan anak kami, banyak sekali yang sedang hamil atau baru melahirkan anak kedua. Aku senang untuk mereka tentunya, tapi juga sedih untuk diriku sendiri. 

Beberapa bulan belakangan ini, aku banyak bertanya kepada Tuhan: “Tuhan, Tuhan kan udah janji bahwa aku akan punya anak-anak. Lebih dari satu lho, Tuhan. Where are they? Kok belum nongol juga?” Tuhan diam. Tuhan ngga menjawab apa-apa. Aku merasa sedang berdiri sendirian dan bertanya-tanya apa yang akan terjadi. Aku merasa, aku sedang berada di padang gurun, dan hal pertama yang ingin kulakukan adalah keluar dari padang gurun ini. “Tuhan, berikan anak kedua itu kepadaku supaya aku tidak perlu lama-lama berada di padang gurun ini!”. Di saat itulah, Roh Kudus berbisik, “Seberapa lama kamu berada di padang gurun ini, itu adalah keputusanmu sendiri”. Aku tertegun. “Maksudnya apa ya, Tuhan?”. Lalu aku mendengar Roh Kudus berbicara lembut, “Keep walking in faith, sweetheart.”

Ah, Roh Kudus ini bikin bingung. Apa pula maksudnya teruslah berjalan dalam iman. Aku ini sudah berjalan dalam iman kok, Tuhan! Aku sudah percaya dan beriman kalau Tuhan akan beri anak-anak untukku, tapi kan aku ngga bisa menciptakan anak itu dari debu tanah, jadi Tuhan yang harus lakukan itu. Aku sudah beriman, sekarang giliran Tuhan untuk menggenapi janji-Nya!

Aku tegar tengkuk banget ngga sih? Puji Tuhan, Dia ngga diam saja. Melalui seorang wanita yang mengasihi-Nya, Aku diajar oleh-Nya bahwa ada keputusan-keputusan yang harus aku ambil jika aku mau terus berjalan dalam iman.

Dalam hidup kita, saat kita berada di padang gurun, biasanya ada dua skenario, yaitu: 
1. Kita tahu apa yang akan terjadi 
2. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi 

Nah, aku belajar bahwa ada satu keputusan yang harus aku ambil setiap kali aku berada di padang gurun, yaitu: BE STILL! Tapi, be still disini bukan berarti gak melakukan apa–apa lho. Untuk tiap skenario di atas, aku belajar bahwa being still can mean different things.

Saat kita tahu apa yang akan terjadi, keputusan yang harus kita ambil adalah:

1. Meditate on HIS ways, not on the facts
Beberapa tahun lalu, saat aku baru selesai dioperasi, aku tau apa yang akan terjadi. Aku tau bahwa aku tidak akan bisa punya anak. Aku tahu bahwa mungkin tidak akan ada pria yang mau menikahiku. Aku ingat, saat aku berada dalam situasi itu, aku banyak merenungi Firman Tuhan, bersandar hanya kepada-Nya. Ini ngga berarti aku mengabaikan kenyataan yang ada. Sama sekali bukan! Ini berarti bahwa kita dengan aktif memilih hal mana yang akan berada dalam posisi lebih tinggi dibanding hal-hal lain. Apakah kita memilih untuk meletakkan kenyataan bahwa kita belum punya pekerjaan, ditinggal pacar, belum punya anak, atau hal-hal lain, lebih tinggi dibanding karakter dan kepribadian Kristus? Yesaya 55:9 mengatakan, 

Seperti langit lebih tinggi dari bumi,
demikianlah jalan-jalan-Ku lebih tinggi daripada jalan-jalanmu,
dan pemikiran-pemikiran-Ku daripada pemikiran-pemikiranmu.
(Yesaya 55:9)

Biarlah kita terus menempatkan Kristus sebagai yang terutama. Biarlah kita selalu merenungi Firman-Nya dan bersandar kepada kesetiaan-Nya. 

2. Magnify your GOD, not your fear
Waktu aku selesai operasi, aku tahu aku mungkin tidak akan pernah menikah dan memiliki keluarga sendiri. Apakah aku takut? FOR SURE! Teman, di saat-saat seperti itu… dimana kita tau apa yang akan terjadi, dimana kita dihadapi ketakutan karena kenyataan-kenyataan yang ada di depan mata, marilah kita memilih untuk magnify our God. Magnify ini artinya kita memakai kaca pembesar dan menempatkan kaca pembesar itu di atas sesuatu yg kita mau menjadi fokusnya. Apakah kita memilih untuk menempatkan kaca pembesar itu pada Tuhan atau pada ketakutan kita? Mazmur 34:2-4 menulis demikian,

Karena TUHAN jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Muliakanlah TUHAN bersama-sama dengan aku, marilah kita bersama-sama memasyhurkan nama-Nya! Aku telah mencari TUHAN, lalu Ia menjawab aku, dan melepaskan aku dari segala kegentaranku.
(Mazmur 34:2-4)

Ah, lihatlah janji Tuhan! Ketika kita mencari Tuhan, Ia MENJAWAB DAN MELEPASKAN KITA DARI SEGALA KEGENTARAN KITA! Let’s magnify and extol Him! 

Lalu bagaimana saat kita berjalan di padang gurun, namun kita tidak tahu apa yang akan terjadi? Saat ini aku berada dalam situasi ini. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi. Aku tidak tahu kapan dan bagaimana Tuhan akan mengirimkan anak untuk kami. Terus terang, kami bahkan tidak tahu apakah Tuhan akan mengirimkan anak lagi kepada kami. You see, saat Tuhan menjanjikan bahwa aku akan menjadi ibu dari anak-anak, Tuhan ngga memberikan detail bahwa anak-anak itu adalah anak-anak kami. Mungkin saja apa yang Tuhan maksud adalah kami akan punya satu anak dan selebihnya adalah anak-anak spiritual. We don’t know! Berminggu-minggu aku bertanya kepada Tuhan. Tuhan, apa yang Tuhan maksud saat Tuhan katakan akan membuat aku menjadi ibu dari anak-anak? Anak-anak spiritualkah? Beri tahu aku sekarang, Tuhan, please, supaya aku bisa menyiapkan hatiku seandainya memang itu yang Tuhan maksud. Tuhan memang belum menjawab pertanyaanku, tapi Roh Kudus telah ajarkan bahwa saat aku berada dalam padang gurun dimana aku tidak tahu apa yang akan terjadi, aku bisa membuat dua keputusan ini: 

// Percaya kepada Tuhan, bukan kepada diriku sendiri 
Selalu tempatkan Tuhan sebagai yang terutama! Saat kita berada dalam padang gurun, mudah sekali bagi kita untuk melepaskan diri dari kebiasan yang baik dan dari pergaulan yang baik. Mudah sekali bagi kita untuk berkata, “Ah lagi ngga mood baca Firman. Cuman hari ini aja kok. Besok aku baru baca deh”, atau “Ah, lagi ngga mood ke gereja. Biasanya juga aku rajin kok. Sekali aja ngga apa-apa.” Satu kali yang dengan mudahnya bisa berubah menjadi berkali-kali. 

Saat kita ditegur saudara seiman, mudah sekali bagi kita berkata, “Ah apa sih urusan situ? Ini urusan gw ama Tuhan! Kok situ yang repot?”. Lalu, kita menjadi malas bersekutu dengan saudara seiman. Kita menjauhi diri dari pergaulan yang baik.

Teman-teman, saat kita berada dalam situasi sulit, jangan sampai kita melepaskan diri dari hal-hal yang Tuhan berikan untuk menjaga kita supaya tetap berada dalam jalur dan jalan-Nya. Teruslah jalani kebiasaan yang baik: bersekutu bersama keluarga Allah, saat teduh setiap hari, renungi Firman-Nya. Teruslah percaya kepada Tuhan. Amsal 3:6 mengatakan “Akuilah Dia dalam segala lakumu, maka Ia akan meluruskan jalanmu.” Amen! Let’s do that! Mari kita terus mengakui Dia dalam segala laku kita! 

// Think about others, not about yourself
Waduh, teman-teman tau gak? Setiap kali mendengar ada teman yang hamil lagi, rasanya tuh gimana gitu. Bikin bertanya-tanya kepada Tuhan, “Tuhan, aku kapaaann? Jangan lupa anak-Mu yang satu ini lho!” Di saat aku bereaksi seperti itu, Tuhan ingatkan lewat ayat ini: 

Bersukacitalah bersama yang bersukacita, menangislah bersama mereka yang menangis.
(Roma 12:15)

Ayat ini memberi satu pengertian baru kepadaku. Saat ada orang yang berada dalam situasi yang sama dengan kita, apa yang kita lakukan? Apakah kita sedih untuk mereka, tapi juga senang karena, wah, akhirnya, kita tidak sendirian! Ada orang yang juga berada dalam situasi yang sama dan bisa jadi teman curhat! 

Kebalikannya, saat kita mendengar ada teman yang mendapat jawaban atas pokok doa yang sama dengan yang kita doakan, apa yang kita lakukan? Apakah kita menggedor-gedor pintu Surga dan bertanya kapan Tuhan akan memberikan jawaban yang sama kepada kita? Teman-teman, itu bukan bersukacita dengan yg bersukacita dan menangis bersama yang menangis! Justru kebalikannya! Itu artinya kita bersukacita dengan yang menangis dan menangis bersama yang bersukacita! 

Ah, aku ngga mau jadi seperti itu, karena itu aku mengambil keputusan untuk think about others and not about my own problems. Daripada tiap hari galau mikirin kapan Tuhan akan menjawab doa, alangkah baiknya aku menghabiskan waktuku untuk mendoakan orang lain. Daripada tiap hari kerjaannya curhat dan curhat melulu ngomongin tentang masalahku, lebih baik aku menghabiskan waktu mendengarkan mereka dan memberkati mereka dengan doa dan kebenaran Firman Tuhan! :) 

Waktu aku mengambil dua keputusan ini, yaitu trust in God and not in myself dan think about others, not about myself, Roh Kudus bergegas menghampiriku dan melengkapi, mendorong, memberikan kekuatan, sehingga hari demi hari aku bisa bangun dan memilih untuk percaya kepada Tuhan, untuk memikirkan orang lain, untuk meditate on God’s ways, and to magnify HIM. 

Saat kita mengambil keputusan untuk be still, menjadi tenang di dalam Tuhan, Roh Kudus langsung memperlengkapi kita untuk menjalankan keputusan kita, supaya hari demi hari kita dapat terus melangkah, melangkah, dan melangkah dalam iman. Hingga satu hari tiba, engkau melihat ke bawah, dan tersadar bahwa tidak ada lagi pasir di bawah kakimu! Kamu tidak lagi berada di padang gurun! Kamu berdiri di tanah yang subur, rerumputan hijau dan bunga-bunga indah terhampar sepanjang mata memandang. Kamu sudah berada di tanah perjanjian! Di situ kamu sadar, kamu berada di tanah perjanjian bukan karena situasimu sudah berubah, tapi karena kamu telah mengambil keputusan untuk berjalan dalam iman dan Roh Kudus telah memampukanmu untuk terus melangkah dalam iman! 

Di saat kamu melangkah dalam iman bersama Roh Kudus, ada sesuatu yang berubah dalam hatimu. Kamu bukan lagi seorang egois yang hanya mengasihani diri sendiri dan memikirkan masalah diri sendiri terus menerus. Kamu bukan orang yang jatuh dalam kubangan yang sama berkali-kali. Di saat engkau berjalan bersama Roh Kudus, hatimu yang ketakutan mungkin akan bertanya kepadamu, “Bagaimana jika… terjadi? What then?”, “Bagaimana jika aku tidak akan pernah punya anak lagi?”, “Bagaimana jika aku tidak akan pernah memiliki pekerjaan yang aku suka?”, “Bagaimana jika aku tidak akan menikah?”. What if? What then?

Roh Kudus akan mengajarimu: “If this happens, then GOD!”. Jika aku tidak akan pernah punya anak lagi, I still have GOD. Aku masih tidak tahu apakah aku akan punya anak lagi, tapi aku tahu aku akan selalu punya Kristus! Hanya ingatlah satu hal: saat kamu berada di padang gurun, ambillah keputusan untuk terus berjalan dalam iman! Ambillah keputusan untuk percaya kepada-Nya, to think about others, to magnify HIM, and to meditate on HIS ways. Tuhan tidak akan memaksamu untuk mengambil keputusan karena IA adalah Tuhan yang menghargai kehendak bebas kita. So, YOU need to make the decision, and when you make the decision, the Holy Spirit rushes to empower you! 

When you find yourself in the desert, the answer is GOD! GOD is my everything, and with my everything I have more than enough! Tanah perjanjianku bukanlah saat aku punya anak lebih dari satu. Tanah perjanjianku adalah tanah dimana aku bisa terus berjalan bersama Roh Kudus dalam iman, bisa terus percaya kepada Tuhan apapun yang terjadi, bisa terus menjadikan Dia yang terutama dalam hidupku. It's not WHAT I have, but WHO I have, and who I have is more than enough! Kristus, Dialah tanah perjanjianku! HE IS MY PROMISE LAND! HE IS MY STRENGTH!

Though he slay me, yet will I hope in him!
(Job 13:15)

Saturday, November 24, 2018

Ketika Aku Gagal


by Poppy Noviana 

Huff... Mungkin ngga ya bisa menjadi wanita yang rajin, bisa mengendalikan perkataan, murah hati, well prepared, percaya diri, optimis, lemah lembut, dan takut akan Tuhan seperti yang tertulis pada firman Tuhan di Amsal 31. Kok rasanya sulit ya? Bahkan jika meninjau kembali keberadaan kita saat ini, rasanya kita udah nyerah duluan… Bahkan sudah merasa gagal. Atau kita selama ini sudah mencoba, sudah melakukan segala cara, tapi tetap saja kita selalu gagal!

Eeeits... Tunggu dulu, siapa bilang kita ngga bisa? Kita bisa kok! Pasti bisa! Mari kita ulas sedikit lebih dalam untuk bisa memulainya…


// Bagaimana Mungkin Aku Bisa?

Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah
(Efesus 5 :1-2)

Kita putar kembali yuk peristiwa dimana Allah merelakan diri-Nya dihina dan disalibkan di bukti Golgota untuk menebus dosa manusia yang menganiaya dan menghujat-Nya. Apa hubungannya ya dengan menjadi wanita yang ideal menurut Amsal 31? Pertanyaannya adalah, pernahkah terusik di pikiran kita, kok bisa-bisanya Tuhan yang menjelma menjadi seorang manusia sanggup menanggungnya? Kalo aku diperhadapkan pada situasi itu, sebagai manusia aku pasti gagal menggenapinya. Nah… Yesus ternyata mampu melakukan itu, tentu karena kasih-Nya yang teramat sangat besar untuk kita!

Sama halnya dengan menjadi seorang wanita Amsal 31. Karakter isteri (wanita) yang cakap sangat bisa diterapkan kalau kita teramat sangat mengasihi Tuhan dalam hidup kita. Kasih itu yang akan jadi dorongan bagi kita sehingga kita rela untuk terus belajar dan dibentuk, didasari dengan motivasi untuk memberikan persembahan yang harum bagi Tuhan. Bahkan ketika nantinya kita jatuh bangun dalam membangun karakter wanita Amsal 31, kasih kita kepada Kristus akan membuat kita kembali ke track yang benar.

Mempunyai hati yang rela dan motivasi yang benar karena kasih kepada Allah merupakan kunci awal pola pikir yang harus dibangun sebelum masuk dalam tahap selanjutnya. Are you ready?

Kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu, janganlah takut dan jangan gemetar karena mereka, sebab Tuhan, Allahmu, Dialah yang berjalan menyertai engkau; Ia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau.
(Ulangan 31:6)

~ Bisa karena komitmen untuk menjadi seperti apa yang Tuhan inginkan. ~


// Membangun Karakter Adalah Proses

Untuk menjadi wanita sesuai dengan karakter isteri yang cakap memang bukan proses yang mudah, butuh perjuangan dan keseriusan. Tapi, dalam proses itu ada Tuhan beserta kita, dengan perjuangan dan keseriusan melebihi kita. Ia terlebih rindu melihat kita memiliki karakter yang terus diubahkan, karenanya Ia tidak akan menyerah berperkara dengan kita meskipun kita kadang gagal, asal kita punya hati yang terus mau dibentuk. Ia adalah Allah yang sabar, lemah lembut dan senantiasa percaya kita bisa jadi yang terbaik.

Kesabarannya sangat jelas terlihat saat Tuhan menyertai bangsa Israel selama keluar dari Mesir untuk diselamatkan dibawah pimpinan Musa, Tuhan sabaaaaaar sekali melihat bangsa Israel yang bersungut-sungut dan tidak setia menyembah Tuhan. Tuhan juga sangat optimis loh saat menantikan pertobatan Paulus. Meskipun ia dulunya sering menganiaya orang percaya, Tuhan memperjuangkannya sampai akhirnya Paulus hidup dalam iman kepada Kristus dan menjalankan rencana Tuhan yang besar: menjadi seorang penginjil yang pengaruhnya sangat kuat. 

Contoh teladan lainnya adalah pada waktu Tuhan Yesus mau menggenapi firman yang disampaikan oleh nabi. Ia mengutus muridnya ke kampung untuk mengambil keledai yang tertambat sebagai kendaraan Yesus memasuki Yerusalem. Pada Matius 21:5 diceritakan kalau Tuhan sangat lemah lembut mengendarai seekor keledai beban yang muda untuk masuk ke Yerusalem. Di tangan Yesus, keledai yang bodoh dan lambat dapat dipakai Tuhan untuk menggenapi rencana Allah, apalagi kita?

“Apabila bejana, yang sedang dibuatnya dari tanah liat di tangannya itu, rusak, maka tukang periuk itu mengerjakannya kembali menjadi bejana lain menurut apa yang baik pada pemandangannya… Masakan Aku tidak dapat bertindak kepada kamu seperti tukan periuk ini, hai kamu Israel… Sungguh seperti tanah liat di tangan tukang periuk, demikianlah kamu di tanganKu, hai kaum Israel!
(Yeremia 18:4, 6) 

Allah, dengan kesabaran dan kelembutannya, sangat rindu bekerjasama dengan kita untuk membangun karakter Kristus dalam hidup kita. Bagian kita adalah terus memiliki kerendahan hati dan kesetiaan untuk belajar dan memperbaiki diri dengan goal yang jelas yaitu keserupaan dengan Kristus, sesuai dengan karakter wanita yang ditulis pada Amsal 31. Kita perlu menjadi lembut di bawah tangan kuat kuasa Allah, seperti adonan tanah liat yang menyerahkan dirinya untuk dibentuk menjadi apapun yang diinginkan tukang periuk. Ketika kita gagal, Tuhan tidak meninggalkan kursi tukang periuk-Nya dan membiarkan kita berantakan tanpa bentuk yang jelas. Ia mau mengulang kembali prosesnya sampai kita benar-benar menjadi bejana yang indah. 

Mengenal karakter Allah akan sangat membantu kita sepanjang kita berproses, atau bahkan ketika kita mengalami kegagalan, terutama saat kita harus menghadapi intimidasi Iblis.

Pikulah kuk yang kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
(Matius 11:29)

~ Ketika kita gagal, jangan menyerah karena Tuhan tidak menyerah. ~


// Apa Manfaatnya Bagiku?

Tetapi barangsiapa menabur dalam roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari roh itu. Janganlah jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.
(Galatia 6 : 8b-9)

Seriap jerih payah kita tidak akan sia-sia. Tuhan sudah janjikan bahwa kita akan menuai, asal kita memang sudah menabur. Mereka yang menabur sedikit akan menuai sedikit, tapi mereka yang menabur banyak akan menuai banyak. Dari Amsal 31 kita bisa melihat beberapa hasil tuaian: dipercaya oleh suami, suami yang diberkati (tidak kekurangan keuntungan), disebut berbahagia oleh anak-anak dan bahkan dipuji-puji oleh orang lain. 

Jika sudah tahu manfaatnya pasti pikiran kita akan lebih terbuka untuk menabur. Nah, sekarang apa yang akan atau sudah kita tabur? Seberapa serius kita menjalani proses menjadi wanita Amsal 31? Seberapa serius kita sudah membayar harganya? Seberapa banyak waktu dan pikiran yang kita investasikan untuk belajar menjadi wanita yang cakap?

~ Manfaatnya akan sangat besar terasa ketika Tuhan berkenan memberkati usaha kita. ~


// Bagaimana Caranya?

Maka sekarang, selesaikan jugalah pelaksanaannya itu! Hendaklah pelaksanaannya sepadan dengan kerelaanmu, dan lakukanlah itu semua dengan apa yang ada padamu.
(2 Kor 8:11)

Langkah sederhananya adalah :

1. Berdoalah kepada Tuhan untuk memipinmu dalam masa persiapanmu, terutama persiapan hati dan mental dalam menghadapi tekanan karena perubahan sikap yang akan kamu lakukan. 

2. Buatlah komitmen antara dirimu dengan Tuhan untuk memulai karakter pertama dan buat action plan yang praktis dan mungkin dilakukan. Misalnya, “Aku ingin mulai dari karakter rajin”, action plan-nya adalah membantu ibu memasak makanan untuk keluarga dirumah. 

3. Lakukanlah berulang-ulang, sampai menjadi sebuah karakter. Ketika gagal, jangan berhenti. Saat kita kembali ke karakter atau kebiasaan lama, akui di hadapan Tuhan, bertobat dan kembali lagi ke komitmen awal. 

4. Sepanjang proses, berdoalah agar Tuhan meneguhkan dan memberkati usahamu. Doa merupakan bukti kita bergantung kepada Allah, bukan kepada kemampuan kita. Ingat, kesanggupan kita adalah pekerjaan Allah (II Korintus 3:5) 

5. Mintalah pendapat dari sahabatmu/mentor rohanimu atas perubahan yang kamu lakukan. Pendapat mereka akan menguatkan dan menjadi motivasi selanjutnya. Minta mereka untuk menegurmu seandainya kami tidak melakukan apa yang sudah menjadi komitmenmu. 

6. Lakukan mulai dari langkah pertama untuk karakter berikutnya. 

Langkah-langkah diatas adalah cara sederhana untuk memulai perubahan dalam hidupmu. Ketika kita setia dengan prosesnya, wanita yang lebih berharga daripada permata akan muncul dan menjadi sebuah persembahan yang menyenangkan hati Tuhan Yesus.

~ Menjadi wanita cakap sesuai firman Tuhan ada tantangannya, tapi dengan anugerah Allah, kita pasti bisa. ~

Thursday, November 22, 2018

Strong Woman



by Benita Vida

Apa yang ada di pikiranmu saat mendengar frase "strong woman"? Apakah mengingatkanmu pada wanita dengan fisik besar? Atau wanita yang bisa melakukan apapun, termasuk pekerjaan yang dikategorikan sebagai pekerjaan pria? Kali ini, mari kita melihat definisi strong woman dari perspektif Firman Tuhan, seperti yang ditulis dalam Amsal 31:17.

Amsal 31:10-31 membahas tentang "istri yang cakap", yaitu apa dan bagaimana tindakan yang harus dilakukan oleh wanita Allah untuk menjadi penolong dan pendamping seorang pria. Setiap ayat dalam Amsal 31:10-31 ini memiliki fokus yang berbeda, kekuatan wanita menjadi fokus pada ayat 17, 

"Ia mengikat pinggangnya dengan kekuatan, ia menguatkan lengannya."
(Amsal 31:17 / TB)

Terjemahan Bahasa Indonesia Sehari-hari dari ayat ini mengatakan, 

“Ia menyiapkan dirinya untuk bekerja sekuat tenaga.”
(Amsal 31:17 / BIS)

"Mengikat pinggang" berbicara tentang kesiapan seseorang untuk melakukan sesuatu. Seorang wanita Allah, baik yang belum menikah atau yang sudah menikah, diminta mempersiapkan dirinya untuk bekerja sekuat tenaga. Bekerja yang kita bicarakan ini bukan cuma bekerja untuk mendapatkan upah/nafkah tetapi juga bekerja wholeheartedly melayani keluarga.

Saat ini, untuk bisa bekerja, baik memulai bisnis sendiri ataupun bekerja kepada orang lain, umumnya kita menghabiskan waktu sekitar 18 tahun menempuh pendidikan, mulai TK hingga lulus sarjana (S1). Belum lagi jika kita ingin melanjutkan pendidikan sampai S2 atau mengambil jurusan lain, tentu saja akan membutuhkan waktu yang lebih lama lagi. Masa kita menempuh pendidikan sampai kita memasuki dunia kerja bisa kita sebut dengan masa “persiapan”. Masa “persiapan” ini tidaklah mudah, kita semua merasakannya, bukan? Ada kesulitan dan ujian yang belum pernah kita hadapi, namun harus kita lalui. Tantangan-tantangan itu, mencakup fisik dan mental. Ada kalanya kita harus tetap sekolah atau menghadiri ujian saat kita sakit parah, ada saatnya kita harus berkompromi dalam tugas-tugas kelompok yang diberikan. You name it, pasti banyak hal, formal maupun non-formal, yang menjadi pelajaran bagi kita. Masa “persiapan” ini adalah masa yang membentuk kita menjadi pribadi yang siap bekerja. Jika kita bisa melalui masa “persiapan” ini dengan baik serta mengambil pelajaran-pelajaran berharga dari setiap tantangan, tentu kita akan menjadi pribadi yang siap saat memasuki jenjang kehidupan berikutnya.

Untuk melalui masa “persiapan” ini, ada beberapa karakter yang penting untuk menjalankan “pekerjaan” yang Tuhan percayakan untuk kita nanti, terutama untuk mendukung peran kita sebagai sebagai seorang istri: 


// PERSEVERANCE 

Ketekunan atau perseverance merupakan kemampuan untuk tetap melakukan bagiannya dengan baik, sekalipun ada rintangan dan kesulitan yang harus dihadapi untuk mencapai tujuan. Karakter ini penting untuk memastikan kita tidak lekas menyerah. Misalnya, mereka yang ingin mengembangkan bisnis dari bawah membutuhkan ketekunan untuk tetap melakukan yang terbaik sekalipun tampaknya semua jalan tertutup. Mereka yang bekerja sebagai karyawan di suatu perusahaan juga memerlukan ketekunan dalam mempelajari sistem perusahaan atau metode pekerjaan agar menguasai pekerjaan tersebut. The first is always the hardest, tapi tetaplah tekun sampai bisa mencapai tujuan. 

Sebagai contoh, kita bisa meneladani Yusuf yang tekun bekerja di rumah Potifar hingga akhirnya Yusuf mendapat kepercayaan dari tuannya. 

Ketekunan kita sebagai seorang istri nanti sangat penting. Kita perlu ketekunan menghadapi urusan rumah tangga yang tidak ada habisnya, seperti anak-anak yang rewel, suami yang tidak peka, atau tamu yang sering datang.


// DON'T GIVE UP EASILY 

Jika kita mudah menyerah dalam segala hal, bisa-bisa kita tidak bisa melewati masa “persiapan” kita. Bayangkan, hanya karena ujian susah lalu, kita mau berhenti sekolah. Atau, jika nilai ujian kita jelek, lalu kita menyerah untuk belajar. Kegagalan atau kejatuhan bukanlah akhir dari segalanya. Bahkan, Alkitab berkata di Amsal 24:16a,

“Sebab tujuh kali orang benar jatuh, namun ia bangun kembali...”
(Amsal 24:16a)

Jika kita menyerah, percayalah, kita masih akan mengalami ujian yang sama sampai kita “lulus” dalam pembentukan karakter yang Tuhan mau. Allah tidak menginginkan anak-anak-Nya mudah menyerah dalam hidup ini. Bayangkan, jika Musa menyerah bicara dengan Firaun apakah bangsa Israel bisa keluar dari Mesir? Atau, bayangkan juga jika bangsa Israel dan Yosua menyerah mengelilingi tembok Yerikho karena jarak yang jauh dan udara yang panas, bisa-bisa tembok Yerikho tidak runtuh. 


// LOYALTY

Dalam masa “persiapan” ini, kita juga diharapkan untuk menjadi pribadi yang setia. Setia terhadap apa? Terhadap apapun yang Tuhan percayakan kepada kita untuk kita kerjakan saat ini. Apapun yang sedang dipercayakan kepada kita, sekecil apapun itu, kita perlu kesetiaan dalam mengerjakannya. Apa yang diharapkan? Harapannya adalah kita jadi tidak “asal-asalan” jika nanti Tuhan mempercayakan hal-hal besar untuk kita kerjakan. Misalnya, jika kamu seorang pelajar, setialah dalam tugas-tugasmu, dalam imanmu ketika sedang menghadapi ujian, setialah menjadi teladan bagi teman-temanmu. Jika kamu seorang karyawan, setialah dalam kejujuranmu, dalam pekerjaan-pekerjaan yang dipercayakan kepadamu, sekalipun mungkin kamu memiliki kesempatan untuk meninggalkan kesetiaanmu. Jika nanti kamu menjadi seorang istri, kamu akan setia dalam peranmu, tanggung jawabmu, tingkah lakumu sebagai seorang istri yang takut akan Allah.

Dalam terjemahan bahasa Inggris versi NIV, dikatakan “She sets about her work vigorously; her arms are strong for her tasks.” Sang wanita Allah selalu memulai pekerjaannya dengan semangat. Teman-teman sekalian, berapa banyak di antara kita yang terkadang memulai pagi atau aktivitas kita dengan keluhan? Dengan rasa malas? Berapa banyak di antara kita yang setiap minggu malam berpikir “Yaahh, besok udah Senin lagi”? Well, I did that too sometimes... Hehehe... Tanpa semangat, semua pekerjaan yang kita lakukan terasa berat dan tidak menyenangkan. Bahkan Alkitab berkata di Amsal 17: 22,

“Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang.”
(Amsal 17: 22)

Tuhan mau kita mengerjakan segala sesuatu dengan hati yang gembira dan penuh semangat, dengan begitu semua pekerjaan yang dipercayakan pada kita saat ini akan terasa menyenangkan. Kita perlu belajar untuk menikmati proses yang Tuhan sediakan untuk kita lalui saat ini. Sebaliknya, tanpa semangat (semangat yang patah) membuat kita mudah mengeluh, bersungut-sungut, mudah menyerah, yang bahkan akan berdampak bukan hanya ke kesehatan rohani tetapi juga jasmani kita. 

Contohnya, tanpa semangat, seorang istri tidak akan mau melakukan pekerjaannya. Bayangkan jika ibu kita “mogok” mengerjakan tugasnya memelihara rumah tangga. Rumah pasti berantakan, tidak ada makanan untuk kita makan, tidak ada pakaian bearish, menyeramkan bukan?! Lalu bagaimana kita bisa memunculkan semangat itu? Bagaimana kita bisa memulai pekerjaan kita, baik sebagai pelajar/karyawan/istri/ibu rumah tangga, dengan semangat? Ingatlah mengapa kita memulainya, dan pegang harapan-harapan yang mau kita capai. Jika kita seorang karyawan, mungkin ada promosi jabatan yang kita harapkan. Jika kita seorang ibu, ada anak-anak yang membutuhkan kita, yang perlu kita didik sampai mereka berhasil. Percayalah, jika Tuhan mempercayakan sesuatu kepada kita artinya Dia percaya kita mampu melakukannya. Dia tidak pernah membiarkan kita melakukan sesuatu tanpa membekali kita dengan apa yang kita perlukan. 

Strong woman tidak bicara tentang kekuatan fisik saja. Memang kita butuh kekuatan fisik untuk bisa melakukan banyak hal, tetapi wanita yang kuat juga adalah wanita yang mampu mengendalikan pikiran dan emosinya. Dia harus kuat saat keadaan seolah-olah membuatnya harus menyerah dan meninggalkan kesetiaannya. Dia harus kuat untuk menentukan pilihan-pilihan yang sulit dalam hidupnya. Dia harus kuat menjalani apa yang Tuhan letakkan untuk menjadi kerinduan di hatinya. Di atas semuanya, dia harus kuat dalam imannya, sebab nantinya sebagai seorang istri, wanita adalah tiang doa bagi keluarganya. Hai, para putri kerajaan Allah, jadilah kuat, kuat dalam kasihmu, kuat dalam imanmu, dan kuat dalam teladanmu.

Bagi para lajang, kuat dan setialah dalam masa “persiapan”mu. Tetaplah semangat dalam melakukan hal yang Tuhan percayakan untukmu saat ini. Kuatlah dalam proses-proses hidupmu dan belajarlah menikmati semua prosesnya, karena dalam prosesmu Tuhan sedang membentuk dan mempersiapkanmu menjadi seorang wanita Allah dengan karakter yang berkenan di hadapan-Nya. Proses itu akan membuatmu siap jika pada saat-Nya nanti kamu menjadi seorang penolong dan pendamping suamimu.

Bagi yang sudah menjadi seorang istri, tetap lakukan bagianmu dengan taat dan setia, kuatlah dalam menjalankan peranmu sebagai seorang pendamping dan penolong bagi suamimu, kuat dan setialah dalam mendidik anak-anakmu. Keep your fighting spirit!!

Monday, November 19, 2018

Ada Mereka di Antara Kita


by Grace Suryani Halim

Widihhhh... Judulnya bow! Hahaha... Ada Mereka di Antara Kita. Well benernya gue mo nulis soal pentingnya komunitas sebelum dan saat pacaran. Karena itu kepikiran bikin judul "Ada Mereka (baca: Tuhan, ORTU, pemimpin KTB/Komsel/Cell Group, temen2) di Antara Kita." 

Pastor Jeffrey Rachmat sekitar tahun 2004 pernah bilang satu kalimat yang kira-kira bunyinya begini, "Apa sih yang salah dengan para artis kita yang suka kawin cerai? Yah, karena ketika mereka pacaran, mereka sembunyi-sembunyi. Ngga ngaku. Tapi begitu mereka married, ada masalah, panggil infotainment. Padahal seharusnya sewaktu mereka pacaran, buka lebar-lebar, dan setelah menikah, tutup rapat-rapat. " 

Menurut gue itu bener banget. Banyak orang pas pacaran, diem-diem, sembunyi-sembunyi, ngumpet2, pas udeh married, kalo ada masalah, telpon mami, curhat ama sahabat. KEBALIK!! Pas waktu masih pacaran, buka semuanya lebar-lebar, undang org2 utk kenal dan menilai pasangan kita. Tapi begitu menikah, TUTUP RAPAT-RAPAT. Sejak gue married sampe sekarang kalo gue berantem ama Tepen, NGGA PERNAH gue kasih tau nyokap gue. Never. Bukan karena gue ngga sayang lagi sama nyokap gue, tapi karena sekarang urusan Tepen dan gue itu urusan INTERNAL kami berdua. 

Tapi ketika masih pacaran, itu harus dibuka... Gue dulu kalo berantem ama Tepen, cerita ama bokap nyokap gue. En seringnya gue yang kena tegur -.- Hehehe... Oke sekarang coba kita bahas satu-satu yah...


// WHAT? 

Apa sih yang gue maksud dengan komunitas itu? Komunitas itu adalah tempat di mana kita mengizinkan orang-orang terdekat yang kita tahu sayang dan mengasihi kita untuk melihat the best, the good, the bad and the ugly di dalam diri kita. Tempat kita bisa saling bertumbuh. 

Allah Bapa di awal penciptaan sudah mengatakan, "Tidak baik jika manusia itu seorang diri saja." Artinya di dalam benak Allah ketika Ia membayangkan manusia, IA TIDAK membayangkan seorang lone ranger - seorang penyendiri, seorang yang asosial. Justru Ia membayangkan manusia itu akan hidup dengan manusia laen. Ia merancang manusia itu menjadi makhluk sosial. Jadi hidup di luar komunitas itu BUKAN rencana Bapa. 

Di dalam PB, ada 39 kata 'saling'. Saling membantu, saling mengasihi, saling menolong, saling mengaku dosa. En sebagian besar dari kata 'saling' itu digunakan dalam konteks gereja Tuhan, jemaat Tuhan yang ada interaksi satu sama lain. 

Menurut gue pribadi, sayangnya Gereja yang tadinya adalah kumpulan orang berdosa yang sudah diselamatkan, kini banyak berubah menjadi perkumpulan orang bae-bae. >.< Semua yang di gereja maunya hanya kelihatan yang baik saja. Kalo sedikit keliatan yang tidak baik, langsung digosipin, dikucilkan, diomongin, "Ih... Org kristen/majelis/pelayan/usher/WL/MC/pianis/pembina/ketua komsel, kok begituuu?!?!" Dan lupa bahwa gereja itu BUKAN kumpulan org BAE. Gereja itu kumpulan ORANG BERDOSA yang... DIBENARKAN hanya oleh darah Kristus, bukan yang udeh bener dari sononyee. Jadilah ketika ada orang-orang yang bermasalah deangan perzinahan, dengan pornografi, mereka ngga berani bilang... takut... >.< En komunitas ini gagal menjadi gereja yang Tuhan sebenernya rindukan. Yaitu di mana ada tempat bagi pengampunan dan PEMULIHAN. 

Tapi ngga papa, Tuhan selalu rindu ada anak-anak-Nya yang mau membawa perubahan, en kalo kalian baca note ini, en kalian manggut2 pada paragraf di atas itu artinya YOU ARE THE ONE that must offer a grace and forgiveness in your church. :)) You're the one that must pray for YOUR church so that your church can really be the Church of Christ. Bukannya trus malah ngomel2 en bilang, "Betullll banget cik Grace, kemaren tuh di gerejaa gueee..." en jadi gossip ngalor ngidulll... No... Tuhan rindu kalo kalian merasa ada sesuatu yang kurang, itu artinya ada sesuatu yang bisa kalian berikan untuk gereja kalian :)) 

Nah untuk masalah pacaran ini, tidak semua gereja memang menawarkan pembinaan yang khusus. But If your church don't have it, you can personally ask beberapa org2 di gerejamu yang menurutmu cukup dewasa secara rohani untuk membantu dan jadi mentor kalian selama kalian menjalin hubungan. Dulu gereja gue juga ngga ada begini2an, yah gue cari pembimbing sendiri loh di gereja gue hahaha... Gitu aja kok repot :p 


// WHO? 

Siapa sih orang-orang yang bisa kalian jadikan "mereka" untuk berada "di antara" kalian dan calon pasangan kalian?? 

1. ORTU -> ini hukumnya wajib. :p 
"Tapi cik... Ortu gue tuh belon percayaaa... Trus pikirannya kolot abiss!! Bener-bener bertentangan ama FT deh." 

Ini komentar paling sering yg gue dengerrr :p You know what guys, baca alkitab kalian en tidak pernah sekalipun ditulis, "Hormatilah ayahmu dan ibumu KALO MEREKA KRISTEN," atau "Hormatilah ayahmu dan ibumu, kalo mereka sudah dibaptis," atau "Hormatilah ayahmu dan ibumu kalo mereka rajin ke gereja." Ngga pernah guys. Kecuali Alkitab kalian beda sama Alkitab gue :p Di alkitab LAI punya gue sih itu cuman tertulis "Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu." 

Tidak ada prasyarat. Hormat kepada orang tua itu hukumnya WAJIB. TITIK. 

Papa mama mertua sampe detik ini masih belon percaya. Kita terus berdoa supaya Tuhan jamah hati mereka. But selama gue pacaran ama Tepen mereka belon percaya. Prinsipnya beda donk!? Oh ya pasti ada yang beda. Tapi TIDAK SEMUA prinsip mereka salah. Tidak semua sesuai FT, iya, tapi ngga sedikit juga prinsip Papa Mama yang bagus. 

So ortu HARUS dijadikan dan dimasukkan ke dalam orang yang kita mintai pendapat tentang pasangan hidup karena mereka punya 3 kriteria penting yang tidak dimiliki oleh hamba Tuhan yang paling penuh urapan sekalipun. 

A. THEY LOVE YOU. Orang tua itu orang yang BENAR-BENARRRRR sayang sama kalian. Hamba Tuhan belon tentu sayang en bener2 peduli sama kesejahteraan kalian tapi ortu kalian itu sangat peduli!! 

B. THEY KNOW YOU. Orang tua itu kenal sama anaknya. 

"Cik Grace salaahhh... Bonyok gue ngga tau apa-apa tentang gueee. They don't understand me...

Well, kadang keliahatannya mereka ngga tau kalian. Ngga ngertiii isi hati kalian. Tapi sebenernya secara naluri mereka itu tau kalian. Mereka tau titik-titik lemah kalian yang org laen ngga tau. Mereka tau kecenderungan2 kalian. 

C. Because God said so :) Karena itu perintah Tuhan. Tuhan yang menempatkan mereka untuk menghadirkan kalian ke dunia ini, merawat kalian, mendidik kalian dan Tuhan juga memberikan otoritas kepada mereka untuk mengarahkan kalian. 

-

Guys, percayalah ketika kalian menghormati ortu kalian, even ada hal2 tertentu yang tidak kalian setujui, berkat dari Tuhan akan mengalirrr di dalam hubungan kalian. 

2. KAKAK ROHANI YANG JENIS KELAMIN SAMA :p (bisa pemimpin komsel, KTB, cellgroup, atau seseorang yang kita liat cukup dewasa karakter dan imannya).
Kenapa ada penekanan harus sejenis? Well itu untuk mengurangi conflict of interest. Hehehe... Alias siapa tau kalo ternyata Kakak KTBnya co, en diem2 naksir sama anak KTBnya dan anak KTBnya itu naksir co laen, heem bisa2 pandangannya kurang obyektif. Hihihi... :p 

En kakak rohani ini haruslah seseorang yang kamu TEMUI dalam KEHIDUPAN NYATA. Bukan nemu di FB, atau di website.

Kenapa gue perlu nyatakan itu dengan jelas? Well, sejak gue nulis notes di FB, banyak email yg masuk. Banyak yang cerita, curhat, en gue menerima semua email. Tapi masalahnya, kadang gue bener2 ngga tau mesti jawab apa. Terutama kalo pertanyaan2nya model:

"Jadi, cik, gue perlu putusin pacarku nga ya?" 
"Menurut jie2 is he the one?" 
"Kapan kira-kira aku perlu cerita ttg masa laluku yang rada kelam sama dia?" 

Waduh, I CAN'T ANSWER!! Kenapa?? Karena semuaaa pertanyaan itu sangat erat kaitannya dengan karakter kamu dan pasanganmu, dengan kepribadian kalian, kematangan kalian, kerohanian kalian yang jelas-jelas TIDAK BISA KELIHATAN hanya dari beberapa kali email... Itu butuh org2 yang melihat kalian dalam kehidupan sehari-hari. Orang-orang yang tau dan kenal kalian!! 

Kalo udeh dapet pertanyaan begitu, biasanya gue cuman bisa berdoa, "Oh Tuhan... Mesti jawab gimanaa?!?!" :p 

Paling banter gue cuman bisa kasih kalian few insights, and pray for you, but I will strongly recommended you to go back to your church and find someone that you can trust and ask for his/her guidance. :)) 

Why? Karena guys... Semua tulisan yang gue tulis ini sebenernya gue tulis untuk mendukung Tubuh Kristus alias Gereja. Kalo kalian diberkati, go back to your church and bless your church! I want to partner with the Body Of Christ... karena untuk itulah sebenernya semua pelayanan kita. untuk membangun tubuh Kristus. Dan bagian2 yang tidak bisa gue lakukan, itu pasti bisa dilakukan oleh org laen dalam tubuh Kristus. :) Dalam hal percurhatan dan per-kakak rohanian ini gue yakin bisa dilakukan dengan lebih bae oleh pembina2 di gereja kalian. :)) 

But gimana oh gimana kalo saat ini di sekitar kalian sepertinya tidak orang yang cocok buat jadi kakak rohani? 

"Mintalah, maka akan diberikan kepadamu; carilah, maka kamu akan mendapat; ketoklah, maka pintu akan dibukakan bagimu. Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu dibukakan."
(Matius 7:7-8)

Kalau kalian bener-bener rindu punya komunitas punya kakak rohani tapi saat ini kalian belon punya, maka don't worry. Pray and Ask God!! 

Awal tahun kemaren ketika gue pindah ke Sg, gue juga sempet merasa sedih dan kering. Waktu itu gue baru ikut lomba Weddingku en di situ ketemu dengan banyak amazing woman (Ershinta, Lia, Farida, Deanna, dll). Buat gue yang baru married berteman secara maya dengan mereka2 ini sangat menguatkan. Gue bolak balik kembali diingatkan untuk put my husband first, buat jadi istri yang bae, dll. Dari sharing2 dengan mereka gue tuh sangat diberkati. But... sometimes gue begitu kangen, begitu rindu punya kakak rohani yang NYATA, yang bisa gue ajak hang out. Yang bisa gue denger suaranya di telpon... So I prayed... and God gave me ONE. :D Dia ternyata kakak kelas gue di SMA dulu yang sekarang lagi lanjut kuliah teologi di Sg. and we're in the same church!! We share a lot of common things, have the same value, en dia juga yg nemenin gue nangis2 ketika sebuah impian retak. 

So guys, jangan patah semangat. Ask God... 

3. SAHABAT-SAHABAT YANG PUNYA NILAI YANG SAMA
Penting juga untuk kalian share dengan sahabat-sahabat kalian yang punya nilai-nilai yang sama. Contohnya: NO SEX before married, no backstreet, jaga kekudusan, pacaran bukan utk maen2. 

Alkitab bilang,

"Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik."
(1 Kor 15:33)

Untuk sahabat itu hukumnya wajib mencari yg punya nilai-nilai yang sama. Selera cowok bisa beda but at least kalian punya kesamaan nilai-nilai. Apa yang baik, apa yang benar, mana yang tidak benar. Karena kalo ngga, bukannya kalian dikuatkan, didukung yg ada malah bisa-bisa mereka ngeledekkin kalian, CAPEE DEEHHH... :p 

So menurut gue, untuk sahabat kalian harus cari yg punya nilai-nilai kristiani yang sama. Bukan hanya sekedar Kristen dan pelayanan tapi bener2 punya prinsip hidup yang jelas. 


// WHY? 

Kenapa sih penting ada komunitas di antara kalian?

Yang pertama, krn itu perintah Tuhan. Udeh ada ayatnya di atas. 

Yang kedua, org2 itu penting untuk membantu menjaga batasan-batasan fisik dan emosi yang kalian sudah buat. Kita perlu ada org2 yang bisa mengingatkan, menegur kalo kita sudah melanggar batasan. Orang-orang ini juga penting krn biasanya org laen lebih bisa melihat dengan jelas dibanding dengan kita yang sedang dimabuk cinta... Oh la la laaaa :p 

Terutama utk ortu yang belon percaya, sekalipun mereka itu kadang kritis en kadang menurut kita ngga nyambung but somehow mereka itu punya kemampuan untuk melihat kemunafikan lebih jelas. en kalo ada yang ngga bener, biasanya cepet banget mereka sadar. Hehehe. 


// WHEN? 

Idealnya, kalian sudah terlibat dalam komunitas SEBELUM kalian pacaran :p Jadi pas masih naksir lirak-lirik kalian sudah dibantu dengan berbagai macam pihak (ortu, kakak rohani, sahabat2) untuk menseleksi para kandidat hehehe. En juga untuk membuat kalian tetap MENJEJAKKAN KAKI KE BUMIII!! 

Karena guys pas kita lagi oh jatuh cintaaaa... Kapan saja selalu berjuta-juta rasanyaaaa... En kadang kalo kita jalan jadi ngga menjejakkan kaki ke tanah!! Krn itu org2 di sekitar kita inilah yang bisa jadi pagar buat kita. 

Tapi kalo ternyata kalian sudah pacaran, don't worry... kalian tetep bisa mulai kok. Ajak pacar kalian ke rumah. Kenalkan dengan ortu. Ajak pacar kalian pergi dengan komunitas kalian, dgn temen2 cellgroup/komsel. Selalu ada kesempatan kalo ada kemauan :)) 


// HOW?

Nah di bagian sini gue bakal bahas HOW nya dengan lebih detail. 

Gimana sih caranya melibatkan 'mereka' untuk ada di antara kita dan pasangan kita? 

1. UNDANG MEREKA
Itu kunci pertama. Kita harus mengundang mereka. Kita harus bilang dulu sama mereka kerinduan kita untuk membawa mereka terlibat ke dalam pergumulan kita mengenai masalah CPH alias calon pasangan hidup. 

Terutama dengan ortu, kita harus nyatakan dengan jelas bahwa kita pengen mereka bantu kita, kasih kita input, dan nyatakan kalo kita akan menghargai semua masukan mereka. Kenapa gue bilang kita harus NYATAKAN? Coz ortu zaman sekarang itu beda guys. Mereka rata-rata menghargai anak2 mereka en mereka juga tau bahwa urusan pacar tuh urusan 'anak-anak muda'. Pernah denger kata-kata, "Yah, kita jadi ortu mah ngikut aja, kalo anaknya udeh suka yah udeh." 

Keliatannya oke yah guys? :p But benernya that's NOT what God wants! Tuhan pengen para ortu itu berperan aktif, dan sebenernya para ortu juga pengen berperan aktif. But mereka takut kalo terlalu bawel, ntar anaknya malah marah trus ngga mau ngomong lagi. >.< So sad huh... Karena itu sebagai anak kita yang harus bilang sama mereka bahwa we know that they care about us, they want the best for us so we invite them utk ikut membantu kita. 

Gue ama dd cewek gue dulu bikin perjanjian ama bokap gue. Ada beberapa point tapi intinya, kalo ada co yang mo deketin gue (ngajak gue jalan bareng BERDUA SAJA) maka gue akan suruh dia kenalan ama bokap gue, en gue ngga akan membicarakan masalah pernikahan dengan seorang cowok sampe dia bicara sama bokap gue. 

Sehabis gue bikin perjanjian itu, gue balik ke China en bokap gue di Jakarta.

"Emank bisa jaaalaaaannn?! Kan loe jauh dari bokap loe?" 

Guys, sekarang itu zaman udeh majuuuu!!! Jarak itu bukan lagi masalah. :p Waktu Tepen mo ngajak gue jalan, dia di Singapore, gue di Jakarta. Ketika dia mau ngajakkin gue jalan pas dia balik, gue bilang, "Gue ada perjanjian ama bokap gue utk kagak bakal jalan berdua sama cowok sebelon cowok itu minta izin ama bokap gue. Loe kalo mo ajak gue jalan, sana gih minta izin ama bokap gue. Loe mo email kek, mo telpon kek, mo kirim surat kek, terserah elu." 

Co laen gue gituin senyam senyum en keder lalu kaburrr :p Tepen, gue gituin, minta email bokap gue. En dia email bokap gue. Minta izin mo ngajakkin gue jalan. En my father was impressed. :p 

Gals, melibatkan ortu dalam hubungan itu MELINDUNGI KITA TAU. Melindungi dari banyak co-co ngga serius. Coz yakin deh kalo itu co ngga serius, cuman mau maen2, cuman mau isenk-isenk, cuman mau seneng-sneng, loe suruh kenalan ama bokap loe or engko loe or abang loe pasti KABUR! :P Tapi kalo dia serius or paling ngga bener2 mau coba kenal elu, dia pasti berani maju. En that will PROTECT YOUR HEART dari co-co ngga bertanggung jawab yang cuman mau seneng2 tapi ngga mau komitmen!! 

Pas Tepen mo ngelamar, he also know the rule. Grace ngga akan mau bicara soal marriage kalo cowok itu belon bicara sama bokapnya. So dia... kirim surat. :p En itu kejadian di tahun 2008 bukan di tahun 1908!!! Kirim surat masih zaman kok sekarang hehehe. (cerita lengkapnya bisa dibaca di Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta).

2. TERBUKA 
Setelah kita mengundang mereka, en mereka mulai 'masuk' siap-siaplah merasakan ketidak nyamanan. :p Akan ada saran-saran yang ugghhhhh membuat kuping gatel, akan ada pertanyaan-pertanyaan yang bikin hati gerah. That's natural and that's healthy! Kalau org-org yang kamu ajak untuk terlibat itu benar-benar orang-orang yang sayang dan peduli denganmu, mereka akan BUKA MATA mereka lebar-lebar en menyelidiki pasanganmu dari atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang. En itulah tujuan utama mengundang mereka :p Untuk membuat kita bisa melihat pasangan kita dari sudut-sudut yang berbeda. Di mata kita, pasangan kita pasti yang bae. Pasti bener. Kita pasti SELALU bisa mengerti pasangan kitaaa *maklum lagi jatuh cintaaaa*, tapi di mata org laen yang tidak punya ikatan emosi, mereka akan bisa melihat dengan lebih jernih. 

So ketika mulai ada masukan-masukan, kritikan, tegoran, BUKA kuping dan MATA mu lebar-lebar. Jangan keburu cembetut. Jangan keburu ngambek. Inget itu konsekuensi mengundang orang laen masuk ke dalam hubungan kalian :)) But tiap kali kalian merasa bete, pikirkan hal ini, "They love me en mereka bilang begitu untuk supaya gue hati-hati dan berpikir bae-bae." 

Don't worry, kalo pasanganmu itu bener-bener bae en bener-bener serius, mereka juga akan bisa melihat hal-hal yang bae dan hal-hal yang bagus di dalam dirinya. :)) Bahkan mungkin mereka bisa melihat hal-hal bae dari pasanganmu yang kamu sendiri NGGA BISA lihat. :p 

Jadi guys, pentingggg bgt utk juga spend time dengan mereka bersama dengan pasangan kalian. jadi mereka tuh bisa melihat pasangan kalian apa adanya. :) 

*** 

Membawa 'mereka' ke dalam hubungan pacaran itu bener-bener banyak manfaatnya. You'll never walk on in this relationship, en kalo ada masalah, kalian tau ada MEREKA yang siap dan ada buat kalian. :)

Friday, November 16, 2018

Single and Satisfied



by Stephanie Gunawan

Hey girls! Siapa yang lagi baca blog ini, statusnya lagi jomblo?? Hayoo angkat tangan!! :) Gimana rasanya jomblo, girls? Are you happy? Apakah perasaan kalian kaya di lagunya Oppie Andarista – Single Happy? ‘Aku baik baik saja menikmati hidup yang aku punya, hidupku sangat sempurna, I’m single and very happy… Mengejar mimpi-mimpi indah, bebas lakukan yang aku suka; berteman dengan siapa saja, I’m single and very happy...’ Bener gak kaya gitu? Hehe..

Well, I hope so. Tapi saya harap kalian senangnya bukan karena terpaksa yah. Beberapa orang yang sebenarnya terpanggil untuk punya pasangan, namun sekarang BELUM ada pasangan, bisa aja pura-pura bahagia. Bisa aja dia bilang I’m single and very happy, tapi sebenernya dalam hati, ia merasa sedih. Dia berpikir bahwa ia akan bahagia kalau udah punya pasangan. Sekarang pertanyaannya, apakah kalau kita nanti sudah punya pasangan, kita akan selalu senang, gak pernah sedih lagi? Gak mungkin donk yah … Pasti kita tetep bisa merasa sedih. Mungkin sedihnya karena si dia membuat keputusan-keputusan yang kita gak ngerti, sms-nya udah gak seromantis dulu lagi, lupa tanggal jadian, bilang kita lelet, lama banget dandannya, dan sebagainya. Pasti sedih ato kesel-kesel gitu kan? Nah, dari sini saya mau menggaris bawahi bahwa kesenangan kita tidak mutlak ditentukan dari hal kita punya pasangan atau ngga. Ada hal lain yang menentukan kesenangan abadi kita. Apakah itu? Keep on reading... ;)

Pertama-tama, kita perluas arti kata ‘single’ dulu ya. Single sebenernya bukan berarti jomblo atau gak punya pacar. Single itu adalah suatu keadaan di mana kita merasa utuh. Sekali lagi yah, single adalah SUATU KEADAAN DI MANA KITA MERASA UTUH. Orang seringkali berpikir bahwa ia akan merasa utuh kalo dia dapet cinta dari seorang pacar. It’s a big NO! NO NO NO! Itu bener-bener pemikiran yang salah!! Kita gak akan pernah bisa utuh karena kita punya pacar. Tapiii, kita akan utuh ketika kita punya hubungan yang erat dengan Tuhan Yesus.

Allah menciptakan manusia dengan satu kebutuhan yang sangat spesifik, yaitu kebutuhan akan cinta. Jauh di dalam hati kita, kita amat sangat ingin, pengen banget, rindu berat untuk merasakan yang namanya dicintai. Tul kan? Betuuulll… Sayang sekali, seringkali kita nyari cinta itu dari sumber yang salah, yaitu pacar kita. Padahal, pacar juga manusia berdosa lho… Sama aja ama kita. Pacar kita pasti punya kelemahan. Kita gak bisa selalu ngarepin pacar bakal maniiiisss terus sama kita. Dia pasti juga bisa bikin salah dan bikin kita merasa tidak dicintai. Bisa juga sebaliknya, kita yang bikin salah dan membuat pacar merasa tidak dicintai. Buntut-buntutnya kita ribut. Sekali, dua kali, sepuluh kali, lima puluh kali, gak keitung… Dan akhirnya kita merasa sudah tidak ada cinta di dalam hubungan ini. Cinta kita habis. 

But don’t worry! ^^ Ada satu sumber cinta yang stock cintanya gak bakal habis-habis. Makin kita lengket ma sumber cinta itu, pasti kita bener-bener terbuai dengan cintanya. Makin kita deket-deket, pasti kita makin berasa dicintai. Makin kita berhubungan erat, kita pasti berasa disayang, diinginkan, dihargai, dihormati, didukung, dimanja, dan diterima. So sweet yah?! :) Hehe... Mau mau mau??? Kalo mau, yuks nempel kaya perangko ma sumber cinta itu.

Siapa sih ni yang dari tadi disebut-sebut sebagai sumber cinta? I bet you already know the answer. Bener kan? Pasti kalian udah tau deh... Siapaaa?? Yup! Betoooll!! TUHAN YESUS!!! Dialah sumber cinta itu. GOD is LOVE. Tuhan Yesus, Allah itu sendirilah yang punya stock cinta penuuuhh mulu. Dia mau bagi-bagiin cinta-Nya ke semua manusia. Dia mau membuat kisah fairy tale yang manis dan pernah kita dengar itu menjadi benar-benar nyata dalam hidup kita.

Satu-satunya hal yang akan membuat kita merasa utuh adalah: Tuhan Yesus. Pribadi Yesus mampu mengisi hati kita dengan cinta yang banyaaakk sekali, gak bakal ada habisnya.

Seperti dalam fairy tale, di mana kehidupan sang putri terasa begitu indah, kita pun bisa mempunyai kisah hidup yang sama indahnya seperti itu. Kalo di fairy tale, seringkali putrinya dijahatin oleh tokoh antagonis kan yah. Entah oleh ratu yang iri dengan kecantikan putri, atau penyihir jahat yang menculik putri, atau oleh peri jahat yang mengutuk putri. Pokoknya si putrinya dijahatin mulu dah, dibuat menderita. Gak bisa si putri hidupnya tenang.

Well, it’s the same in our lives. Kita, sebagai putri-putri Allah, mengalami hal serupa. Kita menderita oleh karena dosa. Ada tokoh antagonis-nya: si iblis. Udah dari lahir kita naturnya berdosa, ditambah lagi godaan-godaan iblis yang memanggil-manggil kita terus. Kita ditawarin bohong lah, nyuri lah, judi lah, narkoba lah, bunuh diri lah, ngelawan orang tua lah, maki-maki atasan kita lah, masturbasi lah, free sex lah, dan banyak lagi godaan lainnya yang gak terhitung. Kita tertawan dalam menara dosa yang membuat kita merasa bahwa kita bukan orang benar. Kesalahan kita banyak dan kita gak pantas dicintai. Kita tidak berharga. Kehidupan kita penuh dengan kegelapan, benar-benar berbeda dengan the sweet fairy tale we’ve ever heard. It’s totally dark. Kita menderita.

Uh oh!! Help help!! Kita pengen bisa hidup dengan bebas. Kita pengen punya kisah kehidupan yang manis, gak penuh dengan dosa. Kita pengen merasa bahwa kita adalah orang benar dan pantas dicintai. Kita selalu bermimpi punya kehidupan yang indah kaya di dongeng-dongeng itu! Help!!

Girls, Tuhan tau bahwa kita ingin punya hidup yang indah, as sweet as the fairy tale. Tuhan tau kita tertawan dalam menara dosa dan kita gak bisa melepaskan diri kita sendiri. Kita butuh pertolongan. Ketika Ia menyadari bahwa kita tertawan dan tak berdaya, Ia pun merasa sedih. Ia gak tahan ngeliat manusia ciptaan-Nya yang dikasihi-Nya terus-terusan menangis karena terikat jerat dosa. Hati-Nya pun pedih melihat kita terpenjara dalam kungkungan dosa. Ia rindu menyelamatkan kita.

So, He came!! He came to save us!! He is our Knight in shining armor! Dia mau bebasin kita dari menara dosa. Dia pahlawan kita. Dia tau bahwa HANYA DIALAH SATU-SATUNYA yang bisa memberi kebebasan pada kita. Hanya Dia satu-satunya yang bisa menggantikan semua kegelapan dalam hidup kita dengan terang. Hanya Dia satu-satunya yang sanggup memberikan cinta yang gak akan pernah habis untuk kita. Hanya Dia satu-satunya yang akan membuat kita merasa utuh, lengkap. Hanya Dia satu-satunya yang akan menjawab kebutuhan dasar kita, yaitu untuk dicintai. Dia bener-bener tau semua hal itu. Mengapa? Simply because He is the One who creates us with such longing in our hearts.

Girls, serius deh, cari Tuhan Yesus kalau mau bener-bener utuh dan bahagia. Memang kebahagiaan yang dirasakan tuh gak model hepi euphoria terus-terusan. Tetep ada masa-masa di mana kita merasa hidup ini penuh tantangan, bikin kita jengkel, kesel, sedih, marah, dan sebagainya. Tapi, satu hal yang kalian gak akan pernah sangka. Kalian akan merasakan kedamaian sejati dalam hati kalian. Apa lagi sih yang kita cari kalo bukan perasaan damai? Kita akan puas saat kita bisa tenang karena tau kita dicintai dan dianggap berharga. Kita pun bisa merasa bahwa kita adalah orang benar karena Yesus menjadikan kita benar. Dan gak cuman itu, bahkan Ia juga memberikan bonus! Hidup kekal! Kita gak akan binasa, tapi akan memerintah selama-lamanya bareng Dia. Keren banget kan?! Mantap lah! Gak percaya? Check all of these Bible verses!

1. Kita tenang karena tau kita dicintai, dikasihi.

Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.
(1 Yohanes 4: 10)

2. Yesus juga bilang bahwa kita berharga di mata-Nya.

Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit.
(Matius 10: 31)

3. Kita juga bisa lega karena tau kita ini dibenarkan oleh Yesus. Kita tidak lagi dirundung perasaan bersalah seumur hidup, kita telah dibenarkan oleh darah Yesus.

Dan oleh kasih karunia telah dibenarkan dengan cuma-cuma karena penebusan dalam Kristus Yesus.
(Roma 3: 24)

4. Gak tanggung-tanggung, kita juga dipastikan akan menerima jaminan hidup kekal.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
(Yohanes 3:16)

5. Plus, kita akan memerintah bersama-sama dengan-Nya nanti. :)

… dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya.
(Wahyu 20:6)

Luar biasa kan kalo kita ikut Tuhan Yesus?? Ia memberikan sedemikian banyak sukacita yang pasti dan membawa damai abadi untuk kita. Tunggu apa lagi? Ayo nempel yang erat ma Tuhan Yesus!

Girls, jadilah singles yang utuh di dalam Yesus, yang nyari cinta sejati hanya dari Yesus, bukan dari sumber-sumber lain. Saya percaya kehidupan kalian yang tadinya suram akan pelan-pelan berubah menjadi manis kayak di dongeng-dongeng. Pada akhirnya, kalian akan puas menjalani hidup ini karena kalian tau bahwa kisah fairy tale itu gak cuman khayalan, tapi bener-bener kenyataan. Jesus is the One who brings the sweet fairy tale into our reality. Live with HIM!

Wednesday, November 14, 2018

Diproses untuk Menjadi Pewaris Tahta


by Felisia Devi

Berita tentang kelahiran Royal Baby (Pangeran George), anaknya pangeran William and putri Catherine, menjadi berita yang banyak menyedot perhatian dunia, termasuk gue... Hehehehe... Berita kelahiran ini mengingatkan gue tentang kelahiran Yesus. Nih ya, anak kerajaan dunia aja bisa heboh gini, kebayang deh pas Yesus lahir gegap gempitanya surga kaya apa. Yesus pasti lebih dari Royal Baby ini kan. Yesus adalah anak Allah, yang sangat dinantikan karena Ia telah dinubuatkan berabad-abad lalu akan menjadi Juru selamat dunia. Pantes ya orang majus sampe bela-belain dateng pas melihat tanda bintang dilangit. Karena kelahiran Mesias itu pasti sesuatu banget

Gue baca juga, ternyata cara penyampaian berita kelahiran ini Royal Baby kerajaan Inggris ini masih pake cara tradisional, padahal zaman udah canggih. Menyampaikan lewat juru siar istana yang diutus. Jadi keinget cerita dikitab Lukas 2 bagaimana malaikat menyampaikan kepada para gembala ttg kelahiran Yesus... Hihihi... Pangeran George juga disebutkan bahwa dia adalah Pewaris Tahta Kerajaan Inggris Keturunan ke-4. Manteb dan keren banget gak tuh statement. Masa depannya sebelum dia lahir pun udah pasti dan jelas, Pewaris Tahta. Status dan masa depan memang udah jelas, pewaris tahta yang akan jadi raja. Tapi dipikir-pikir, bayi ya tetap bayi, Royal Baby itu tidak otomatis lahir dengan karakter, sifat seorang pewaris tahta. Berarti keluarga-nya dan istana harus mempersiapkan Royal Baby ini untuk punya mental, karakter, sifat layaknya seorang yang akan jadi raja. Dengan didikan, proses, latihan yang gak tau bagaimana dan berapa lama. Dan hal ini mengingatkan gue tentang hidup kita didalam Tuhan. 

Begitu kita lahir baru, secara status memang kita anak Allah (putra-putri Allah). Tapi karena tubuh manusia daging kita yang naturnya adalah dosa dan masih hidup di dunia yang sudah tercemar. Karakter, sifat kita belum otomatis langsung sinkron dengan status sebagai anak Allah (belum ideal).

Tapi ada kasih karunia Tuhan. Begitu kita lahir baru sebagai bayi rohani, Tuhan mau mendidik kita supaya kita bukan hanya secara status anak Allah. Ia mau kita memiliki karakter yang benar-benar seperti anak Allah, mencerminkan Dia sebagai Bapa kita (serupa dengan Kristus)

"Sebab semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."
(Roma 8:29)

Seperti Baby Royal itu sebelum dia lahir, masa depannya udah pasti dan jelas. Begitu juga hidup kita jika dalam Tuhan, sebenarnya masa depan kita pasti dan jelas, pewaris Tahta kerajaan terbesar di jagad raya: Kerajaan Surga.

"Janganlah hatimu iri kepada orang-orang yang berdosa, tetapi takutlah akan TUHAN senantiasa. Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang."
(Ams 23:17-18)

Tuhan mempersiapkan dan mau mendidik kita sampe Tuhan bisa percaya, mengandalkan kita bener2 siap menjalankan kerajaanNya (pekerjaan2Nya). Yang cowo jadi para kstaria kerajaan, yang cewe jadi putri, tapi bukan sampai disitu aja, Tuhan mau kita menjadi raja memerintah bersama Dia.

"Karena kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan pekerjaan baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya. Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya."
(Efesus 2:10)

"Jika kita bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia..."
(2 Timotius 2:12)

"... Tetapi mereka akan menjadi imam-imam Allah dan Kristus, dan mereka akan memerintah sebagai raja bersama-sama dengan Dia, seribu tahun lamanya."
(Wahyu 20:6)

Sekarang pertanyaannya bersediakan kah kita dilatih, di-didik oleh Tuhan (diproses) Tuhan untuk menjadi pewaris (semakin serupa dengan Yesus)?

Gue pribadi juga belum sempurna, tapi gue masih mau terus belajar ada dalam proses Tuhan. Gue gak bisa bilang proses itu enak, sakit yang namanya mati in diri. Tapi Bersyukur ada kasih karunia Tuhan yang masih mau mendidik gue dan gue tau tujuan Tuhan mendidik adalah sesuai rencanaNya dan untuk kebaikan gue juga sehubungan dengan kehidupan gue selanjutnya.

"Ia mendidik kita supaya kita meninggalkan kefasikan dan keinginan-keingina duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam dunia sekarang ini."
(Titus 2:12)

"... Tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya."
(Ibrani 12:10)

Buat teman2 yang mungkin sedang putus asa atau malah menyerah sama proses Tuhan, jangan menyerah ya biar rasanya sakit. Mending sakit sekarang daripada sakit ga abis2nya di api kekal nanti. Hehehe... *bukan nakut2in loh.

Gue juga suka gagal, suka gak taat klo lagi di disiplin Tuhan. Tapi gue mengingatkan, menyemangatkan diri gue untuk terus ada dalam didikan Tuhan biarpun sakit. Mari-rimar kita sama2 semangat, bersukacita dalam menjalani proses didikan Tuhan sampai Tuhan Yesus ke dua kalinya!