by Glory Ekasari
Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.
Amsal 18:22 (TB)
Kitab Amsal ditulis lebih dari 3000 tahun lalu, sebagian besar oleh laki-laki, di dunia yang patriarkal. Tetapi Amsal juga salah satu kitab yang cukup banyak membahas tentang perempuan - in a dignified way. Di dalamnya ditulis tentang tipe wanita yang ideal, tapi anehnya, fisik justru sama sekali tidak diagungkan. Dari dulu sampai sekarang, wanita selalu dinilai oleh dunia secara fisik; tapi Firman Tuhan menilai manusia - bukan hanya wanita - dari kualitasnya sesuai perannya.
Selain Amsal 31 (yang, kata mama saya, "Susah amat" - dan kalau mama aja bilang begitu, saya serasa tiada harapan :|), ayat yang menarik bagi saya adalah Amsal 18:22 di atas. Pertanyaannya seperti ini: ayat tersebut berkata bahwa pria yang mendapat isteri, mendapat berkat yang besar dari Tuhan. Isteri adalah berkat. Kenapa bukan suami yang disebut berkat? Bukankah kita, para wanita, sering berpikir demikian - "Untung udah dapet suami - untung udah ada yang mau"? Dan merasa bahwa kalau belum mendapat suami seolah-olah kita dikutuk?
Ketahuilah, para wanita, kita adalah berkat, bila kita adalah wanita yang takut akan Tuhan, yang mau dibentuk menjadi orang yang lebih baik, yang tahu membawa diri, yang rindu lebih berhikmat, pria yang mendapatkan kita mendapatkan berkat yang besar dari Tuhan. Isteri yang cakap tidak ternilai harganya. Tokoh-tokoh seperti Agustinus, Abraham Lincoln, Jonathan Edwards, John Wesley, John Rockefeller, dan banyak lagi, dengan terus terang mengakui bahwa kesuksesan dan kerohanian mereka adalah berkat wanita dalam hidup mereka: ibu maupun isteri. Pria membutuhkan wanita dalam hidup mereka, dan teristimewa wanita yang mengasihi Tuhan dan mengasihi mereka.
Memang Firman Tuhan berkata bahwa wanita dibentuk dari rusuk pria, untuk menjadi penolong bagi mereka. Seorang pria berkelana di dunia; didorong oleh naluri yang Tuhan berikan, dia mencari seorang penolong. Dia melihat-lihat, mengamati. Makin tahun, kriterianya berubah, sesuai dengan umur dan kedewasaan rohaninya. Dia coba dekati wanita yang ini, tapi ternyata wanita itu tidak dewasa dan banyak menuntut. Dia coba dekati yang lain, tapi ternyata dia tidak setia. Sampai akhirnya dia bertemu dengan seorang wanita, yang emotionally secure, yang mengasihi Tuhan, yang karakternya melengkapi kelemahan pria tersebut. Pria itu berseru dalam hatinya, "Inilah dia, tulang dari tulangku, dan daging dari dagingku! Ini dia, aku harus mendapatkan dia." Dia mendapatkan berkat yang besar dari Tuhan, lebih dari seluruh harta hasil kerja kerasnya.
Saya rindu kita, kaum wanita, yang percaya kepada Tuhan, menyadari hal yang penting ini: kita adalah berkat. Uang di seluruh dunia tidak bisa mendidik seorang anak menjadi anak yang baik - tapi seorang ibu bisa. Pujian dari banyak orang tidak bisa menjamah hati seorang pria yang kesepian - tetapi seorang isteri bisa. Tanpa wanita, dunia tidak bisa berjalan sebagaimana mestinya.
Perempuan diidentikkan dengan kasih, kelembutan, kepedulian, dan pemeliharaan. Dunia sekarang berusaha mengarahkan perempuan kepada pemberontakan dan individualisme; suatu gambaran yang jauh dari gambar dan rupa Allah, yang menurutnya kita diciptakan. Tidak ada gunanya ingin menonjolkan diri dibanding orang lain, atau memperlakukan orang lain dengan buruk atas nama kebebasan pribadi kita. Justru kita, wanita, menjadi berkat bagi dunia ketika kita berperan sebagaimana yang Tuhan tentukan bagi kita: sebagai penolong. Wanita paling berfungsi ketika dia berada dalam hubungan dengan orang lain, dimana dia dapat menolong; dan dengan demikian orang-orang di sekelilingnya tertolong dengan keberadaannya. Peran ini ditentukan oleh Tuhan untuk wanita, bukan untuk laki-laki.
Bagaimana rasanya ditolong ketika kita paling membutuhkan pertolongan? Bagaimana rasanya pulang ke rumah setelah seharian kerja keras, dan menemukan rumah dalam keadaan baik dan nyaman? Bagaimana rasanya mendapat kebebasan untuk mencurahkan kesedihan/ketakutan dan mendapat dukungan moral? Bagaimana rasanya memiliki financial planner pribadi yang menjaga keuangan kita tetap stabil? Bagaimana rasanya punya seseorang yang selalu mendukung kita, baik ketika kita sedang sukses maupun sedang payah? Itulah yang dirasakan laki-laki ketika ada seorang penolong di sisinya. Hebatnya, wanita sanggup melakukan semua itu. Tidak heran Firman Tuhan berkata bahwa pria yang mendapat isteri yang cakap benar-benar adalah pria yang beruntung. Betapa istimewanya peran kita!
Sudahkah kita menjadi berkat bagi orang-orang di sekitar kita? Kalau masih single, sudahkah kita membawa pengaruh baik di manapun kita ada, termasuk di tengah keluarga sendiri? Atau jangan-jangan orang tua kita geleng-geleng kepala melihat perilaku anak perempuan mereka. Kalau sudah menikah, apakah suami merasa tertolong dengan keberadaan kita, atau jangan-jangan dia stres karena diomelin terus? Saya rindu kita semua memancarkan terang Tuhan sedemikian rupa, sampai ibu mertua pun memuji (iya, ibu mertua!).
Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata.
Amsal 31:10 (TB)
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^