Beberapa waktu lalu,
aku ngobrol
dengan temanku, seorang godly mother
yang memiliki enam anak.
Kami membahas situasi dan kondisi di negara tempat kami tinggal dimana segala
sesuatu berbau seks.
Iklan di majalah, tv, radio, koran, billboard,
semuanya berbau seks.
Ada anak-anak SMA yang hamil dan punya
anak. Orang-orang
muda kumpul kebo dan itu dianggap sebagai suatu hal yang wajar.
Aku khawatir… Gimana
caranya aku bisa membesarkan anakku
menjadi seorang godly man yang
menjaga kekudusan di lingkungan seperti ini? Aku selalu wanti-wanti kalau kumpul kebo itu gak OK. Aku ajarin dia untuk gak
sembarangan cium dan peluk orang lain. Aku ajarin dia bahwa seks diluar nikah adalah dosa. Apa
lagi yang bisa kulakukan? Temanku bilang begini:
“Honey, kalau kamu mau anakmu menjadi godly man, kamu
harus memiliki prioritas
yang benar! Puji Tuhan, anak loe sekarang udah terima Tuhan dan dia punya Roh
Kudus dalam hatinya. Jadi sekarang, prioritasmu yang paling pertama adalah ajarin
dia untuk FOKUS
KEPADA TUHAN. Tau kenapa? Karena hanya dengan berfokus kepada
Tuhanlah anakmu bisa menghindari hal-hal duniawi. Kalau dia fokus kepada Tuhan, membangun
hubungan yang dekat
dan intim dengan Tuhan, maka dia akan menjauh dari hal-hal duniawi karena Roh Kudus
akan bekerja dalam hatinya. Hanya dengan menujukan matanya kepada Tuhanlah dia
akan semakin dekat kepada Tuhan dan menjauh dari dunia. Kamu gak bisa ajarin
dia untuk menjadi godly man dengan fokus kepada hal-hal duniawi! Prioritasmu adalah untuk menjadi contoh baginya
dan mengajarinya untuk FOKUS KEPADA TUHAN YESUS KRISTUS!”
Sigh. Kalau mau
jujur, guys, prioritasku salah selama
ini. :( Saking takutnya kalau anakku akan tumbuh besar jadi pria yang gak bisa
jaga kekudusan, aku malah ngajarin dia untuk “jangan begini”, “jangan begitu”. Bukan, I am NOT saying kalau ajarin anak untuk gak sembarangan cium orang
itu salah, tapi fokusku salah. Fokusku lebih kepada “hukum dan peraturan”,
lebih kepada dosa itu sendiri. Harusnya aku fokus kepada Tuhan. Harusnya aku
ajarin dia untuk fokus
kepada Tuhan dan bertanya,
“What does Jesus
want me to do?”
Harusnya aku ajarin dia untuk mencari
wajah Tuhan dan berbincang-bincang dengan Tuhan; membangun hubungan yang intim dengan
Bapa serta meminta pendapat dan kebjiaksanaan Tuhan. Tapi sebaliknya, aku malah
kasih dia sederet peraturan yang tentu gak bisa dia lakukan kalau dia gak fokus ama Tuhan!
Mana bisa dia lakukan segala macam peraturan dengan kekuatan dia sendiri. Thankfully, melalui temanku,Tuhan ingetin aku lagi: fokus kepada Yesus.
You see,
kalau aku fokus kepada hal-hal
jahat dan perkara-perkara
yang tidak baik, aku jadi ibu yang penuh kekuatiran dan
ketakutan. Aku gak mau itu! Aku gak mau membesarkan anakku dibawah bayang-bayang roh kekuatiran dan ketakutan! Sejak anakku masih bayi, aku bisa
lihat Tuhan telah ciptakan dia dengan roh sukacita dan damai sejahtera. Dari baby, dia hobi senyum, hobi bercanda, dia selalu gembira dan penuh
sukacita. Aku gak
mau mengubah hal
baik yang Tuhan
ciptakan itu dengan hal-hal
buruk dari dunia ini karena ketakutan dan kekuatiranku! Jangan sampai aku menjadi ibu
yang menukar roh sukacita dan damai sejahternya dengan roh ketakutan dan
intimidasi!
Jadi, aku minta Tuhan mengajariku untuk fokus kepada-Nya dan kepada kebaikan
serta kesetiaan-Nya, terutama di tengah dunia yang udah semakin gila ini. Dan Tuhan berkata bahwa salah
satu tugasku sebagai orang tua adalah melindungi anakku. Tapi, aku juga punya
tugas untuk TIDAK
menjadi ibu yang begitu
dipenuhi ketakutan sehingga anakku tidak bisa tumbuh dewasa to be a man
that God intends him to be.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^