Salah satu istilah gaul yang ngetren
di media sosial sekarang ini adalah hashtag
#relationshipgoals. Dimana hashtag
ini nongol? Biasanya di IG celebgram (celebrity Instagram) yang foto mesra
bersama pasangannya, dengan caption
puitis. Sambil menahan nelangsa karena masih jomblo, follower celebgram
tersebut segera mengetik: #relationshipgoals.
Maksudnya? Yah siapa tau kalau punya pasangan nanti bakal semesra sang celebgram yang terlihat bahagia di
fotonya itu.
Berhubung Februari
ini punya reputasi
sebagai bulan kasih sayang, kita akan membahas tentang The Ultimate Relationship. Yang ini bukan cuma #relationshipgoals, tapi #goalsbanget. #yoi #kekinian #jadihashtagmelulu
Siapapun yang sedang pacaran,
apalagi yang sudah menikah, tahu bahwa yang namanya relationship itu tidak melulu mesra. Kalau mesra terus mah ga ada
pasangan yang putus dong. Kenyataannya, life
happens, things happen, feelings change, people change, dan yang namanya
mempertahankan hubungan perlu usaha keras dan banyak air mata. Orang bilang
Brangelina itu #relationshipgoals,
tapi akhirnya mereka pun berpisah. Pasangan celebgram
di Indo juga ada yang didengung-dengungkan sebagai #goals, tapi toh putus. Jadi seperti apa yang disebut #relationshipgoals? Tunggu,
jangan-jangan sebenernya #relationshipgoals
itu... Tidak ada?
Kita semua ingin bahagia. Kita
berharap pasangan kita akan membuat kita bahagia, memperlakukan kita dengan
penuh kasih sayang, berkorban bagi kita, menjadikan kita prioritas utamanya—naahh, itu baru #goals. Kita pikir
itulah yang akan membuat kita bahagia. Masalahnya, sista, ga ada orang seperti itu. Siapa yang mampu mengasihi kita tanpa
batas? Pasangan kita juga punya kekurangan, keterbatasan, dan ego. Kalau
dua-duanya saling menuntut, kita bukannya bahagia, malah menderita.
Bagaimana kata Alkitab tentang #relationshipgoals?
Eh, emangnya ada relationship goals
di Alkitab?? Ada dong, tapi bukan tentang pacaran atau bahkan pernikahan.
Kebahagiaan dalam pacaran atau pernikahan itu bukan main product, itu adalah by-product.
Side effect, bukan goal. Relationship goal kita, pembaca, adalah dengan Mempelai Pria yang
sejati, Tuhan Yesus Kristus.
C. S. Lewis pernah membahas tentang
beberapa metafora yang dipakai dalam Alkitab untuk menggambarkan hubungan kita
dengan Allah. Ada penjunan dan tanah liat, yang menunjukkan posisi kita sebagai
ciptaan dan Tuhan sebagai Pencipta. Ada tuan dan hamba, yang menekankan
kewajiban kita untuk taat kepada Tuhan. Lebih tinggi lagi, ada bapak dan anak,
yang menunjukkan kedekatan dan kasih Tuhan bagi kita. Tapi yang paling tinggi
di atas semuanya, yang dipakai untuk menutup Alkitab, adalah mempelai pria dan
mempelai wanita.
Paulus pernah menyebut jemaat Tuhan
sebagai perawan suci yang merupakan tunangan Kristus. Kita yang tahu cerita
kelahiran Yesus mungkin familiar juga dengan tradisi pertunangan di Israel pada
waktu itu. Pertunangan disejajarkan dengan pernikahan, hanya minus hubungan
seks; kedua pihak yang sudah bertunangan harus setia pada pasangannya,
sebagaimana pasangan yang telah menikah. Hubungan ini begitu serius, sehingga
untuk membatalkannya harus ada perceraian resmi. Mempelai wanita menunggu
waktunya mempelai pria sudah siap dengan rumah dan mahar perkawinan, kemudian
sang mempelai pria akan menjemput calon isterinya (peristiwa ini diilustrasikan
dengan perumpamaan 10 anak dara dalam Matius 25).
Inilah penantian umat Tuhan yang
sebenarnya. Kita bukan menunggu diberi jodoh, atau menunggu kaya, atau menunggu
hal-hal duniawi lainnya. Kita menantikan Mempelai Pria kita, menantikan saatnya
Dia menjemput kita. Bukan tanpa alasan dua bagian dari Alkitab kita disebut Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Kita ini hidup berdasarkan janji. Yesus memberikan kita janji-Nya: Dia akan mengasihi kita
selama-lamanya, dan surat janji itu ditandatangani dengan darah-Nya. Selama
menantikan Dia, kita harus setia, jangan selingkuh dengan dunia. Dia telah
memberikan nyawa-Nya bagi kita, giliran kita menguduskan hidup kita bagi Dia.
Inilah, saudara-saudara, #relationshipgoals
yang sejati.
Tadi
saya katakan bahwa kebahagiaan dalam pacaran atau pernikahan adalah hasil
sampingan, bukan hasil utama. Ya itu karena satu-satunya yang bisa memberi kita
kebahagiaan adalah Yesus, Kekasih jiwa kita. Hasil sampingan jangan dikejar.
Kejarlah yang utama, maka yang sampingan akan ikut kita dapatkan. Carilah
dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua yang lain akan ditambahkan
kepadamu. Bukan tanpa alasan Tuhan meminta kita mengasihi Dia dengan segenap
hati, segenap jiwa, dan segenap kekuatan kita, karena hanya Dialah yang mampu
mengasihi kita tanpa batas. May our
relationship with Him is a kind of #relationshipgoals.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^