Selama setahun kemarin, Majalah Pearl sudah
membahas dengan cukup dalam tentang Kasih. Masing-masing pengertian kasih di 1
Korintus 13: 4-7, sudah komplit dijelaskan di setiap edisi. Kita sudah mengerti
seperti apa kasih itu, apa saja ciri kasih,
bagaimana caranya kita mengasihi dan seperti apa standar kasih di mata
Tuhan. Lalu sekarang pertanyaannya adalah: kepada siapa kita harus menunjukkan
kasih itu?
Salah satu hukum yang terutama berkata,
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Matius 22:39). Itulah
hukum yang terutama dan tidak ada hukum lain yang melebihinya (Markus 12:31).
Mengasihi Tuhan dan mengasihi sesama adalah jauh lebih utama dari pada semua
korban bakaran dan korban sembelihan (Markus 12:33). Ibadah kita bisa menjadi
sia-sia jika tidak ada kasih di dalam diri kita.
Ahli Taurat pada zaman itu pun
mempertanyakan, kira-kira siapa yang pantas untuk kita kasihi? Siapakah sesama
kita? Apakah itu keluarga kita? Sahabat, teman di tempat kerja atau semua orang
yang baik sama kita? Lalu siapa yang dimaksud Yesus sebagai sesama
kita?
Sekarang, coba kita lihat perumpamaan yang
diajarkan Yesus tentang siapa sesama yang wajib kita kasihi. Perumpamaan
tentang Orang Samaria yang murah hati. Seorang
turun dari Yerikho dan menjadi korban penyamun. Setelah dirampok dan dipukuli,
dia ditinggal begitu saja di jalan. Dari tiga orang yang lewat di jalan itu,
bukan imam atau orang Lewi yang menolongnya, tetapi seorang Samaria. Imam dan
orang Lewi sudah jelas adalah orang yang paham betul tentang hukum Taurat.
Tetapi bukan mereka yang berhasil menjalankan hukum terutama, melainkan seorang
Samaria. Orang Samaria mungkin tidak menghapal semua hukum Taurat, tetapi dia
mengerti kasih melebihi segala hukum. Hatinya tergerak oleh belas kasihan
sehingga bukan hanya membalut luka dan pergi, dia bahkan menaikkan orang itu ke
atas keledai tumpangannya, diantar ke penginapan dan menanggung biaya
perawatannya.
Jika kita bandingkan, tentu kasih yang
dimiliki orang Samaria ini melebihi kasih yang dimiliki orang lewi dan imam.
Sehingga ketika Yesus bertanya, siapakah sesama orang yang menjadi korban
penyamun, jawabannya adalah orang Samaria. Kasih akan sesama harusnya tidak
membeda-bedakan.
Kalau kita hanya mengasihi
orang yang baik kepada kita, apa jasa kita? Semua orang pasti sayang dengan
orang yang baik pada mereka. Ekstrimnya, pembunuh bayaran pun bisa mengasihi
orang yang baik padanya. Orang yang tidak mengenal Kristus pun bisa melakukan
itu.
Kristus
pun mau mati buat semua orang. Semua orang sekalipun mereka belum menerima-Nya
sebagai juru selamat. Kalau kita hanya bisa mengasihi orang yang seiman dengan
kita, apa bedanya kita dengan orang lain yang tidak mengenal Kristus?
Memang
ada ayat yang berkata kita perlu mengutamakan saudara seiman kita dibanding
orang lain. Tetapi Firman Tuhan berulang kali menekankan, tambahkanlah kasih
akan semua orang (2 Petrus 1:7). Semua orang tanpa membeda-bedakan.
Yesus juga memberikan perumpamaan tentang
standar perbuatan kasih yang dituntut-Nya pada penghakiman terakhir. Dua kali
Yesus berkata pada Matius 25 tentang penghakiman terakhir; sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan kepada salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina
ini, kamu telah melakukannya untuk Aku (ayat 40 dan 45).
Artinya, jika kita melakukan sesuatu hal yang
baik untuk seorang yang paling hina ini, artinya kita melakukannya untuk Tuhan.
Saat itu saya mencoba mempelajari apa yang Yesus maksud dalam kata “yang paling
hina”. Dalam terjemahan New King James Version
(NKJV) kata “hina” disebut sebagai “the least”.
Bahasa Yunani dari “The Least”
adalah elachistos, yang artinya yang
terkecil dalam urutan status sosial, prioritas atau penilaian di mata manusia.
Artinya, The Least adalah orang-orang
yang tidak diperhitungkan, yang dianggap sebelah mata, yang terabaikan.
Coba bayangkan kondisi seorang korban
penyamun dalam perumpamaan tadi. Sudah kehabisan uang karena dirampok, dipukuli
sampai setengah mati, kemudian ditinggal tergeletak di jalan entah sampai
berapa lama. Bayangkan luka-luka memar, robek dan lecet di wajahnya, serta
darah yang menetes lambat kemudian mengental. Orang lewi dan imam pun
mengabaikannya, seolah tidak ada untungnya mereka menolong orang itu. Bukankah
dia termasuk golongan “the least”.
Jadi, apakah sekarang kita wajib pergi ke
seluruh pelosok kota mencari orang yang sekarat untuk ditolong?
Mungkin “the least”
masa kini tidak lagi orang miskin kesakitan yang ngetok-ngetok pintu praktek
dokter, mohon belas kasihan untuk diobati. Kadang kita juga bertemu orang “the least” masa kini yang dalam penilainan manusia
adalah orang yang tidak layak ditolong. Mereka bukan orang miskin yang hidup
sangat susah. mereka bukan orang yang datang dengan penampilan baju lusuh dan
kotor. Mereka bukan orang yang meminta-minta. Mereka bisa beli baju bagus, bisa
sekolah sampai perguruan tinggi. Tetapi mereka pernah melakukan perbuatan yang
tidak baik kepada kita. Pernahkah kita berpikir, kalau tidak ada untungnya
menolong mereka?
Orang Samaria juga mendapat perlakuan yang
tidak baik dari orang Yahudi. Orang Samaria dianggap sebagai orang yang murtad
karena pernikahan campur dengan bangsa yang bukan Yahudi. Tetapi, orang Samaria
tidak membalas perbuatan jahat itu, menunjukkan belas kasihannya dan sukses
melakukan tindakan penuh kasih kepada golongan “the least”
Dunia mengajar kita untuk membalas setiap perbuatan
jahat yang dilakukan oleh orang lain terhadap kita. Siapa pun yang
menyakiti dan melukai kita harus dibalas dengan setimpal. Kalau bisa,
pembalasan itu lebih kejam dari pada perbuatan.
Tetapi sebagai orang percaya kita diajar untuk
mengasihi musuh kita. Tuhan mengajar kita untuk berbuat baik dan mendoakan
orang-orang yang menganiaya dan membenci kita. Dikatakan, "Janganlah kamu melawan orang
yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapapun yang menampar pipi kananmu,
berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak
mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga
jubahmu." (Matius 5:39-40).
Tapi tetaplah berbuatlah baik untuk mereka. Karena sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang dimaksud Yesus dalam golongan “the least”. Dan, karena untuk itulah, kita dipanggil. Yaitu, untuk menyatakan kasih Kristus kepada semua orang.
Tapi tetaplah berbuatlah baik untuk mereka. Karena sesungguhnya, mereka adalah orang-orang yang dimaksud Yesus dalam golongan “the least”. Dan, karena untuk itulah, kita dipanggil. Yaitu, untuk menyatakan kasih Kristus kepada semua orang.
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^