Friday, February 3, 2017

There is No Fear In Love (part 2)

by Sarah Eliana

Hi ladies,
Postingan ini adalah sambungan dari part 1 yang bisa dibaca di sini. :)
Orang tua harus melindungi anak mereka―itu sangat betul. Tentu sebagai seorang ibu aku punya mother instict untuk melindungi anakku. Tapi aku juga harus ingat untuk gak bikin anakku hidup di dalam bubble. Ada saatnya Tuhan akan memanggil anakku ke tempat-tempat lain dimana aku gak bisa melindungi dia, dan dalam situasi seperti itu, aku harus mempercayai hati Bapa. Seperti situasi sekarang dimana anakku sudah masuk sekolah. Waktu dia di sekolah, aku gak bisa protect dia, tapi aku bisa percaya kepada hati Tuhan dan percaya bahwa Ia melindungi anakku jauuuhh lebih baik daripada aku dapat melindunginya.
Akan ada waktu dimana Tuhan memanggil anakku untuk menjalankan kehendak-Nya dan aku harus percaya kepada Bapa Surgawiku. Salah satunya adalah ketika Tuhan menyuruh kami untuk ijinin anak kami pergi summer camp khusus anak-anak, Camp itu adalah program gereja dan orang-orang dewasa yang hadir adalah guru-guru sekolah minggunya. Tentu aku bisa milih untuk gak ijinin dia ikut Christian Children Camp tersebut karena aku takut sesuatu terjadi waktu camp. Tapi, aku tidak akan dan tidak ingin menjadi seorang ibu yang overprotective, sampai-sampai  tidak membiarkan anakku hidup dalam kehendak Allah. Jika Allah memanggil dia untuk menghadiri camp, maka aku harus membiarkan dia pergi untuk melakukan kehendak Allah. Aku harus memberikan ruang bagi Tuhan untuk membentuk anakku, bahkan jika itu berarti aku harus mengirim dia selama beberapa hari untuk pergi ke camp. Aku harus percaya kebaikan Tuhan yang sempurna.
Akan ada pula waktu dimana Tuhan memanggilku pergi dari jangkauan anakku. Misalnya waktu Tuhan panggil aku untuk ikut retreat kaum ibu di gereja. Aku tahu Tuhan suruh aku pergi. Of course, Dia kasih aku free will untuk memilih mau taat atau tidak. Dan waktu aku pilih untuk taat dan pergi retreat, Tuhan juga memberiku damai sejahtera bahwa anakku akan baik-baik saja dengan suamiku. Dengan menuruti kehendak Bapa, walaupun tidaklah mudah bagiku saat itu, aku diberkati sekali melalui retreat itu. Aku tau Tuhan mau aku ikut retreat karena Tuhan mau spend special time with me... Three uninterrupted days just with me. Ia mau hal itu karena Ia mengasihiku. Justru dengan aku pergi sejenak dari anakku, Tuhan jadi punya uninterrupted quality time untuk betul-betul berbicara kepada hatiku dan mendidik aku secara rohani. Semakin aku bertumbuh dewasa dalam Tuhan, maka aku pun akan menjadi ibu yang bertumbuh.
Yes, aku harus melindungi anakku, tapi jangan sampai aku begitu dipenuhi ketakutan sehingga anakku gak punya kesempatan untuk dibangun dan dibentuk oleh Tuhan. Aku harus melindungi anakku, tapi aku tetap harus ajarin anakku untuk menjadi manusia sehat yang mandiri dan TIDAK tumbuh dewasa dibalik rok mama. Aku mesti melindungi anakku, tapi jangan sampai aku menjadi ibu yang begitu protektif sehingga aku gak memberi kesempatan dan ruang bagi anakku untuk bertumbuh. Jangan sampai aku menjadi ibu yang "melumpuhkan" anakku dengan membangun hubungan yang gak sehat dengannya sekarang. Jangan sampai ia menjadi anak yang tidak bisa apa-apa tanpaku. Jangan sampai aku menjadi ibu yang tidak bisa tidur tanpa kehadiran anakku disampingku!
I must protect my son, but I also must help him to have the spirit of joy, peace, trust, courage, and bravery. Jangan sampai aku begitu protektif sehingga anakku menjadi cacat” secara spiritual dan emosional. Tuhan tidak menginginkan hal itu, dan aku juga tidak. Aku akan melindungi anakku; tapi yang terutama aku harus fokus pada Tuhan dan percaya kebaikan-Nya, dan aku akan mengajarkan anakku untuk fokus pada Yesus dan kebaikan-Nya.
Aku akan belajar mengasihi anakku dengan cara yang Tuhan kehendaki, tidak lebih (sehingga aku menjadi overprotective) dan tidak kurang. Aku tidak akan takut, karena takut adalah katalis dari segala macam tindakan yang bukan kasih. Rasa takut membuatku tidak mengasihi dan menikmati hubunganku dan anakku karena rasa takut dapat membalut hatiku dan membuatnya tidak leluasa dalam mengasihi anakku. Rasa takut membuatku tidak dapat melepaskannya kedalam perlindungan Tuhan ketika Tuhan memanggilnya untuk melakukan kehendak Bapa. Aku tidak dapat benar-benar mencintainya ketika aku dipenuhi rasa takut.

To be continued…

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^