Wednesday, May 9, 2018

Gender, Pilihanku atau Pemberian Tuhan?


by Irene

Apa sih transgender itu? 

Gender seseorang umumnya ditentukan berdasarkan jenis alat kelamin saat dia lahir, bahkan saat masih di rahim ibu. Namun, bagi kaum transgender, mereka merasa memiliki identitas yang berbeda dengan gender yang mereka miliki saat lahir. Selain itu, transgender juga bisa digunakan sebagai istilah umum untuk orang-orang yang tidak merasa memiliki identitas sebagai laki-laki ataupun perempuan (genderqueer, non-binary). Transgender tidak sama dengan intersex (seseorang yang lahir dengan kondisi alat kelamin atau kromosom yang tidak sesuai dengan karakter laki-laki atau perempuan pada umumnya). Dia juga tidak terkait dengan orientasi seksual. Intinya, transgender menyangkut bagaimana seseorang berpikir atau merasa tentang identitas gendernya. 

Dalam beberapa tahun ini, cukup banyak orang memberi respon positif terhadap transgender, misalnya dengan berkata, “Sah-sah aja, toh kamu bebas untuk memilih identitasmu,” atau, “Baguslah, be yourself!” Respon seperti ini biasanya dilatarbelakangi oleh cara berpikir berikut: 

  • Kebebasan individual yang mutlak 
Kita bebas menentukan identitas diri, nilai-nilai moral dan kebenaran, apa yang kita mau, pokoknya semau gue, selama menurut kita hal tersebut benar, termasuk untuk memilih apa gender yang kita mau. Jenis alat kelamin tidak semestinya menentukan identitas gendermu. Seperti lirik lagu No Matter What dari Boyzone: 

“No matter what they tell us 

No matter what they do 
No matter what they teach us 
What we believe is true...
I can't deny what I believe” 


  • Be yourself 
Hidup cuma sekali, jadilah diri sendiri. Gak perlu dengar apa kata keluarga atau orang lain. Jujur saja sama diri sendiri. 

  • Jiwa atau spiritual manusia lebih penting daripada tubuh jasmani 
Tubuh hanya dianggap sebagai perangkap jiwa, yang akan musnah saat manusia mati. Jadi jika genderku adalah wanita, tapi aku merasa jiwaku adalah pria, maka aku dan tubuhku semestinya mengikuti perasaan sebagai pria. 

Tetapi apa kata firman Tuhan? Apakah sama dengan apa kata dunia? 

“Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.”
(Kejadian 1:27)

Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa kita adalah ciptaan Tuhan, yang diciptakan menurut gambar-Nya. Kita adalah ciptaan, bukan sesuatu yang muncul secara kebetulan. Sebagai ciptaan, kita diberikan kebebasan untuk hidup sesuai dengan atribut yang Tuhan berikan, demi kebaikan kita. Contohnya, jika seekor ikan memilih untuk hidup bebas di daratan, bukannya bebas, dia malah akan mati di daratan dalam hitungan menit. Karena ikan memang diciptakan untuk hidup di air, dia bebas berenang, bertumbuh dan berkembang biak selama dia tinggal di air.1 

John Wyatt mengilustrasikan manusia sebagai ciptaan Allah seperti sebuah karya seni dari seorang artis. Saat mengapresiasi sebuah karya seni, misalnya lukisan, kita akan menikmati lukisan tersebut sebagaimana sang artis melukisnya. Kita tidak akan bilang, “Ooh, mestinya lukisan sungai ini warnanya merah, bukan biru. Lebih bagus lagi kalau ikannya lebih banyak,” dan seterusnya.2 

Manusia juga bukan mesin, yang bebas dibongkar pasang, di-upgrade, atau dikurangi sesuka hati teknisinya. Tapi manusia, termasuk tubuh dan identitas gender kita, adalah karya seni agung dari Allah yang patut kita apresiasi. Bahkan Allah pun mengapresiasi ciptaan-Nya sendiri: “Maka Allah melihat segala yang dijadikan-Nya itu, sungguh amat baik” (Kejadian 1:30). Paulus juga menekankan hal ini dalam 1 Timotius 4:4, “Karena semua yang diciptakan Allah itu baik, dan suatupun tidak ada yang haram.” Sebagai manusia ciptaan-Nya, kita pun sepatutnya bersyukur atas tubuh, termasuk identitas gender yang telah Tuhan berikan. 

Kita juga bisa melihat betapa Allah mengapresiasi identitas gender laki-laki dan perempuan, ketika Paulus menggunakan relasi pernikahan antara laki-laki dan perempuan untuk menggambarkan relasi Kristus dan gereja-Nya. “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging. Rahasia ini besar, tetapi yang aku maksudkan ialah hubungan Kristus dan jemaat” (Efesus 5:31-32). 


Bagaimana kita meresponi kaum transgender

Ketika membahas mengenai transgender, kita bukan saja membahas tentang suatu topik atau masalah, tapi yang terutama tentang manusia—yang berharga, yang dikasihi Allah dan Ia ciptakan sesuai gambar-Nya. 

Di dalam Alkitab, kita bisa melihat bagaimana Tuhan Yesus menyambut dan mengasihi semua orang, apapun dosanya atau latar belakang identitasnya. Ia tetap menyambut mereka dengan hangat. Bahkan dalam Kisah Para Rasul pasal 8, malaikat Tuhan mengutus Filipus untuk mendekati dan memberitakan Injil kepada sida-sida dari Etiopia. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, sida-sida adalah “pegawai (rendah) istana yang telah dikebiri”; dengan kata lain, alat kelaminnya telah dihilangkan, atau istilah yang nge-trend di zaman sekarang adalah gender queer. Kiranya kita sebagai individu, maupun komunitas anak Tuhan (gereja) bisa belajar dari teladan Tuhan Yesus, yang tidak menghakimi orang berdosa, tapi mengasihi dan menyambut mereka. Ada beberapa contoh praktis yang bisa kita aplikasikan ketika berinteraksi dengan kaum transgender: 
  • Ingatlah bahwa setiap kita, sama seperti kaum transgender, adalah manusia berdosa yang membutuhkan anugerah pengampunan dari Allah. Yang membedakan kita dengan mereka adalah jenis dosa dimana kita jatuh di dalamnya. 
  • Jika salah satu teman kita curhat tentang pergumulan identitas gendernya, hargai dia, dan berterima kasihlah untuk kejujurannya. Dengarkan dan doakanlah dia tanpa menghakimi. Tentunya pada waktu yang tepat, kita bisa mencoba menjelaskan mengapa kita tidak mendukung status transgender, dengan sikap yang sabar dan lemah lembut. 
  • Mengasihi dan menghormati mereka sebagai manusia ciptaan Tuhan. Kaum transgender bergumul dengan kebingungan identitas gendernya. Sebagian bahkan mungkin mengalami kesepian, diskriminasi dan stress karena tekanan-tekanan sosial. Sama seperti kita, sesama manusia yang berdosa, kebutuhan terpenting mereka adalah mengalami, mengerti, dan menerima kasih dan anugerah pengampunan Allah. Mungkin salah satu caranya adalah lewat kita, yang terlebih dahulu menunjukkan kasih pada mereka. 
  • Tidak menggunakan istilah yang menyinggung atau merendahkan, misalnya ‘banci’, ‘bencong’, dll. Website Stonewall3 dan Wikipedia4 memiliki daftar istilah yang cukup lengkap berkaitan dengan transgender. 
  • Jika mereka telah memilih nama baru, panggillah mereka dengan nama tersebut. 
  • Tidak mengolok-olok atau menggosipkan mereka. 

Penutup 

Mari kita bayangkan, jika semua manusia diberikan kebebasan mutlak untuk menentukan identitas dirinya, tanpa batasan apapun. Hanya saya sendirilah yang bisa menentukan siapa atau apa identitas diri saya. Sebagian orang mungkin akan merasa bingung, karena terus mencari atau menciptakan identitas dirinya. Akan lebih parah lagi saat kebebasannya ini bentrok dengan kebebasan orang lain, sehingga masing-masing orang perlu berjuang untuk mempertahankan atau memperoleh identitasnya.  

Bandingkan dengan alternatif skenario Allah, seperti yang dituliskan pemazmur: 

“For you created my inmost being; you knit me together in my mother’s womb. 
I praise you because I am fearfully and wonderfully made; 
your works are wonderful, I know that full well.” 
(Psalm / Mazmur 139:13-14)


Allah menciptakan setiap kita dengan dahsyat dan ajaib, termasuk identitas gender. Sehingga kita nggak perlu mencari-cari atau berjuang untuk memperolehnya—itu semua pemberian dari Tuhan. 

----------------------------------------------------------------------------------------------------------

Referensi dan sumber bacaan mengenai transgender 

Jika teman-teman tertarik untuk mengerti lebih dalam mengenai transgender, saya menyarankan beberapa sumber-sumber bacaan berikut. Sayangnya, saya belum dapat menemukan referensi kristiani berbahasa Indonesia, yang komprehensif mengenai topik ini. 




Artikel mengenai Gender Dysphoria bisa diunduh dari situs Christian Medical Fellowship http://www.cmf.org.uk/resources/publications/content/?context=article&id=26419

Artikel I Was a Transgender Woman dari http://www.thepublicdiscourse.com/2015/04/14688/

Kisah nyata seorang transgender yang bertobat dan kembali ke gender asalnya: http://waltheyer.com/

Talking Points: Transgender, buku oleh Vaughan Roberts (The Good Book Company, 2016) 

Matters of Life and Death, buku oleh John Wyatt (Nottingham: IVP, 2009, 2nd edition) 

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^