by Glory Ekasari
Roma 8:28 mungkin salah satu ayat super ngetop di kalangan
orang-orang Kristen. Waktu kita ada masalah atau kena musibah, biasanya
yang terpikir pertama adalah Roma 8:28, dan kita percaya bahwa, “This,
too, shall pass.” Ya nanti ujung-ujungnya pasti baik lah.. Lalu
dikombinasi dengan Yeremia 29:11, rancangan Tuhan kan rancangan masa
depan yang penuh harapan, bukan rancangan kecelakaan. Amin!
Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.
Waktu merenungkan ayat ini, aku mikir, kebaikan apa?
Kebaikan apa yang datang dengan “Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu”? Apa kebaikan berarti kehidupan yang nyaman? Ga ada sedih-sedih
lagi? Diberkati dengan harta? Doa kita dijawab? Sepertinya yang
enak-enak itu yang ada di pikiran sebagian orang ketika memikirkan Roma
8:28. Tapi, sebenernya, apa nih yang dimaksud dengan kebaikan?
Jangan melongo dan berandai-andai kira-kira apa maksudnya, karena jawabannya ada di ayat berikutnya:
“Sebab, mereka yang dipilih-Nya dari semula, ditentukan-Nya juga dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya. Supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara."
Apa kebaikan yang dimaksud? Ternyata menjadi serupa dengan Kristus, saudara-saudara. Bukan brewoknya atau tinggi badannya, bukan kharismanya atau keahliannya, tapi sifat-sifatnya.
Yesus itu seperti apa? Filipi 2:5-11, sajak kenosis, adalah jawaban
yang jelas. Ia tidak menganggap kesetaraan dengan Allah sebagai sesuatu
yang harus dipertahankan. Ia mengosongkan diri-Nya (bukan meditasi ya,
tapi merendahkan diri). Ia bersedia “menurunkan derajat-Nya” menjadi
sama dengan manusia. Ia bahkan taat pada kehendak Bapa dan mati – dengan
cara yang hina. Yesus tidak mementingkan
diri-Nya, kenyamanan-Nya atau keuntungan-Nya sendiri, tapi, seperti yang
Ia katakan: “Makanan-Ku adalah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku
dan menyelesaikan pekerjaan-Nya.”
Sampai kita menjadi seperti Yesus, Allah turut bekerja dalam segala
sesuatu. Lewat berkat. Lewat kehilangan. Lewat kesehatan. Lewat
penyakit. Lewat tawa. Lewat tangis. Lewat segala sesuatu yang terjadi
dalam hidup kita, Allah sedang menjadikan kita serupa dengan Yesus.
Gimana kalo nanti tujuan itu sudah terpenuhi? Kisah Yesus akan jadi
kisah kita juga. Jangan lupa bahwa kisah-Nya tidak berakhir di salib;
kisah-Nya berakhir di sebelah kanan takhta Allah Bapa. Artinya? Tujuan akhir Allah bagi kita adalah kemuliaan!
Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya.
Ini mirip dengan apa yang dikatakan tentang Yesus: “Itulah sebabnya
Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepada-Nya nama di atas
segala nama” (Filipi 2:10). Setelah ketaatan-Nya, Ia diangkat kembali
pada kemuliaan (yang memang adalah milik-Nya sejak sebelum dunia
dijadikan). Gimana dengan kita? Setelah Allah selesai dengan kita,
menjadikan kita serupa dengan Kristus, kitapun akan dibawa pada
kemuliaan.
Kemuliaannya di mana, teman-teman? Yang jelas, akhir perjalanan kita memang bukan dunia ini.
Bahkan banyak pahlawan iman dalam Ibrani 11 yang ga dapet apa yang
dijanjikan Tuhan bagi mereka. Kenapa? Karena memang upah mereka ya di
Kerajaan yang kekal itu, bukan di dunia ini. Abraham menerima janji,
keturunannya yang menggenapinya, jauh setelah Abraham meninggal.
Nabi-nabi menyampaikan firman Tuhan yang (katanya) mahakuasa, tapi
mereka malah mati dibunuh. Tapi upah yang sesungguhnya ya di sana nanti,
di hadapan Tuhan, ketika Tuhan berkata bahwa Dia senang dengan
kehidupan dan pekerjaan kita, dan kita dibawa masuk ke dalam
kemuliaan-Nya.
Jadi, kalo kita mengalami kesusahan di dunia ini, ayo tetap
berpengharapan. Pada ayat-ayat sebelum Roma 8:28, Paulus dengan tepat
berkata, “Tetapi pengharapan yang kelihatan bukanlah pengharapan. Karena
bagaimanakah orang mengharapkan sesuatu yang telah dilihatnya?”
Kemuliaan kita belum kliatan secara fisik, tapi orang-orang percaya bisa
selalu bilang, “Masa depan saya cerah!” karena memang masa depannya
adalah surga yang gilang-gemilang!
Selama di dunia gimana? Gol kita adalah menjadi serupa dengan Kristus - itu aja yang dipikirkan. :)
On Jordan’s stormy banks I standAnd cast a wishful eyeTo Canaan’s wide and happy landWhere my possesions lie
All over those wide, extended plains
Shines One Eternal Day
There, God, the sun forever reignsAnd scatters night away
No chilling wind, nor poisonous painCan reach that healthful shoreWhere sickness, sorrow, pain and deathAre felt and feared no moreI am bound, I am boundI am bound for the Promised LandI am bound, I am boundI am bound for the Promised Land
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^