Wednesday, January 18, 2017

The Story of Ruth

by Leticia Seviraneta

Hai semua! Tak terasa tahun sudah berganti ke tahun 2017. Semoga ada resolusi baru di tahun ini untuk membuat hidup kita lebih bertumbuh dan berbuah lagi ya :) Ngomong-ngomong soal buah, kita sering mendengar tentang Buah Roh, bukan? Alkitab mengajar kita untuk tidak hanya sekedar bertumbuh, namun juga untuk berbuah. Mengapa demikian? Karena buah dari sebuah pohon itu lah yang dapat dinikmati oleh banyak orang. Buah merupakan tindakan nyata dari Firman yang telah diajarkan.  Yakobus 2:26 berkata, “Sebab seperti tubuh tanpa roh adalah mati, demikian jugalah iman tanpa disertai perbuatan-perbuatan adalah mati.” Jadi berbuah bukan sekedar perintah Tuhan semata, melainkan untuk kebaikan kita karena tanpa berbuah, kita akan menjadi Kristen yang stagnan dan mati :) Nah, kali ini, aku ingin mengajak teman-teman untuk melihat sejenak pada kisah seorang wanita di Alkitab yang hidupnya berbuah di tengah kesulitan. Kisah seorang wanita bernama Rut.

Kisah ini dimulai pada zaman Hakim-Hakim ketika ada kelaparan di tanah Israel. Seorang pria Israel bernama Elimelekh membawa isrinya, Naomi, dan kedua anak laki-lakinya merantau ke daerah Moab. Di sana, kedua anak laki-lakinya menikah dengan perempuan Moab bernama Orpah dan Rut. Kemudian Elimelekh meninggal, dan sepuluh tahun kemudian kedua puteranya pun meninggal tanpa meninggalkan keturunan. Hal ini menyebabkan Naomi kehilangan suami dan kedua anaknya. Ia menjadi janda tanpa anak laki-laki, sebuah status yang pada masa itu akan membuatnya sangat lemah secara ekonomi dan sosial. Hatinya saat itu pahit sehingga ia mengubah namanya menjadi Mara yang berarti pahit (Rut 1:20).

Naomi kemudian memutuskan untuk pulang ke Yehuda bersama dengan kedua menantunya, namun, di tengah perjalanan ia meminta kedua menantunya untuk kembali saja ke Moab. Di Moab mereka yang masih muda memiliki harapan untuk menikah kembali. Orpah akhirnya memutuskan untuk kembali ke Moab, sementara Rut tetap bersikeras ikut dengan Naomi. Ia mengeluarkan pernyataan yang sangat berani yang dikenang sepanjang sejarah, “Janganlah desak aku meninggalkan engkau; sebab ke mana engkau pergi, ke situ jugalah aku pergi, dan di mana engkau bermalam, di situ jugalah aku bernalam; bangsamulah bangsaku dan Allahmulah Allahku; di mana engkau mati, akupun mati di sana, dan di sanalah aku dikuburkan. Beginilah kiranya TUHAN menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jikalah sesuatu apapun memisahkan aku dari engkau, selain dari pada maut!”

Setia kepada orang yang manis dan memiliki perilaku yang baik tentu mudah. Namun Rut memberikan janji kesetiaannya kepada orang yang sedang pahit dan kelakuannya belum tentu baik kepadanya. Rut memberi kesetiaannya ketika ia memiliki hak dan pilihan untuk hidup nyaman serta melepas status jandanya dengan menikah kembali di Moab. Di tanah Yehuda, Rut secara kebetulan memunguti jelai yang tersisa di ladang milik Boas, kaum keluarga Elimelekh yang dapat menebus tanah Elimelekh. Pada masa itu berlaku hukum yang mengatur bahwa tanah yang pemiliknya meninggal hanya dapat diwariskan kepada anak laki-lakinya, bukan kepada istrinya. Untuk kasus Naomi yang kehilangan kedua anak lelakinya, tanah hanya dapat ditebus oleh saudara lelaki Elimelekh dengan menikahi perempuan di keluarga Elimelekh.

Boas pun bersimpati kepada Rut yang terkenal karena kesetiaanya mengikuti Naomi, bahkan sampai harus meninggalkan kampung halamannya. Naomi menyusun rencana agar Boas menebus tanah Elimelekh dan menikahi Rut. Kalimat menarik yang dikeluarkan Boas untuk menanggapi permintaan Rut tentang penebusan itu adalah “Diberkatilah engkau oleh TUHAN, ya anakku! Sekarang engkau menunjukkan kasihmu lebih nyata lagi dari pada yang pertama kali itu, karena engkau tidak mengejar-ngejar orang-orang muda, baik yang miskin maupun yang kaya. Oleh sebab itu, anakku, janganlah takut; sebab yang kaukatakan itu akan kulakukan kepadamu; sebab setiap orang dalam kota kami tahu, bahwa engkau seorang perempuan baik-baik.” (Rut 3:10-11) Selanjutnya akhir kisah ini sangat indah. Alkitab mencatat bahwa pernikahan Boas dan Rut menghasilkan anak bernama Obed, yang menjadi kakek raja Daud. Rut, seorang Moab, menjadi nenek moyang dari raja Israel yang paling dikenal sepanjang masa.

Rut merupakan contoh wanita yang hidupnya berbuah. Ia mengikuti iman suaminya, yakni iman kepada Allah Israel dan menghidupinya. Buahnya dikenal oleh semua orang di kota hingga Boas mendengarnya. Kembali lagi, buah adalah tidakan nyata dalam menghidupi Firman yang telah diajarkan kepada kita. Buah adalah manifestasi dari iman dan refleksi hubungan pribadi kita kepada Tuhan. Kita dapat memulai tahun baru ini dengan merefleksikan kembali, sudahkah hidup kita berbuah? Sudahkah kita membangun keintiman kita dengan Kristus? Focus on the intimacy with God, and he will make our lives fruitful. Let us be more fruitful on this new year :)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^