by Yunie S.
Galatia
3:27
Karena
kamu semua, yang dibaptis dalam Kristus, telah mengenakan Kristus.
Karena
jatuhnya manusia pertama dalam dosa, kebutuhan berbusana itu muncul.
Sandang menjadi suatu kebutuhan. Kreatifitas manusia pertama yang
merasa telanjang dan malu lantas merancang daun pohon ara menjadi
busana pertama mereka: cawat dari daun ara. Naluri dasar manusia
saat berdosa adalah berusaha menutupinya, yang dipicu oleh rasa malu
dan takut karena akibat dosa tersebut. (Kejadian 3:7-8)
Tuhan
Allah melihat “cawat” itu dan sebelum mengusir mereka dari Eden,
TUHAN Allah membuat pakaian dari kulit binatang lalu mengenakannya
kepada mereka. (Kejadian 3:21)
Kebutuhan
akan sandang ini, di era kekinian telah menjadi industri busana yang
sangat berkembang! Bahkan bermunculan aneka merek adibusana karya
perancang busana kondang. Manusia akhir zaman pun rela merogoh ekstra
koceknya demi berbusana trendi!
Why?
Apa bedanya sih pakai baju harga miring yang di sale di rak dept
store, dengan baju branded? Bukankah pakaian itu sebatas
penutup dan pelindung tubuh?
Oops
ternyata lebih jauh dari itu...
Pakaian
kita menutupi dan melindungi tubuh kita, mengubah penampilan kita,
dan menjadi cara bagi orang lain untuk mengidentifikasi kita dan
memandang kita.
Gaya
busana gue yang cuek dan “asal gue nyaman” berbeda dengan gaya
busana sohib gue yang rapi dan modis.
Teringat
seseorang yang jika mengajar kuliah tanpa mengenakan busana merek
tertentu,lantas imbasnya rasa percaya dirinya berkurang. Kaget juga
saya dengar curahan hatinya, sembari mikir...kok bisa ya sebuah brand
mendongkrak rasa percaya diri sampai sedemikian rupa?
We
are what we wear...para ahli Psychology of Dress berkata
demikian....
Paulus
mengatakan bahwa kita harus "mengenakan Kristus seperti pakaian"
(Galatia 3:27).
Sebagai
manusia yang sudah lahir baru dalam Kristus, apakah kita mengenakan
Kristus seperti pakaian? Ada rasa malu kah saat kita tidak mengenakan
Kristus? Atau malah kita malu mengenakan Kristus dalam keseharian
hidup kita? Kristus bak bros salib yang sesekali disematkan di gaun
pesta. Hanya dikenakan di acara khusus dan formal semata. Kristus
hanya seperti kalung salib yang dikenakan di leher yahhhh karena
status Kristen. Ada rasa malu dan tak nyaman seharusnya saat kita tak
mengenakan Kristus.
Pengorbanan
Kristus adalah apa yang menutupi kita di hadapan Bapa. Pengorbanan
itu mengubah jatidiri kita dan bagaimana kita hidup. Ia mengubah cara
orang lain melihat kita dan bagaimana kita mengidentifikasi diri kita
sendiri. Kita tidak lagi hidup di bawah hukum, tetapi di bawah
kebebasan penebusan Kristus. Inisiatif keselamatan berasal dari
Allah. Allah sendiri yang mendesain pakaian dari kulit binatang bagi
manusia pertama, IA pun yang mendesain karya penebusan Kristus di
kayu salib untuk menutupi, menghapus file dosa kita dihadapan Bapa.
Bukan darah binatang yang kulitnya dijadikan pakaian yang IA
korbankan, namun darah AnakNya yang tunggal yang IA berikan demi
menebus dosa manusia macam kita ini! Masihkah malu mengenakan Kristus
dalam hidup kita? Yuk mari kenakan Kristus di keseharian kita: jadi
saksi Kristus yang hidupnya dinikmati buah-buah pertobatannya oleh
sekeliling! Saat buang sampah itu budaya, kita yang mengenakan
Kristus mau mempedulikan lingkungan dan membuang sampah pada
tempatnya. Saat menyontek itu biasa, kita memilih jujur dengan
jawaban sendiri dan tidak memberi contekan. Saat bergosip dibelakang
orang lain itu biasa....kita mau memilih ganti ucapan kita dengan
ucapan berkat atas orang tersebut. Saat menerima suap itu biasa, atau
memberi suap itu pelicin ...kita memilih tidak demikian. Banyak
hal-hal praktis yang bisa kita lakukan sebagai wujud mengenakan
Kristus dalam keseharian kita! Let's do it fervently and joyfully!
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^