by Poppy Noviana
Hi sahabat Pearl, masih ingat ngga sewaktu kecil dulu? Pernahkah kamu mendapat hukuman atas kesalahanmu? Saya teringat waktu masa kecil, saya lupa membawa agenda sekolah, lalu saya dihukum. Hal ini karena ada aturan dari kepala sekolah, apabila tidak membawa buku agenda maka hukumannya adalah disuruh membersihkan kelas dengan sapu mulai dari kelas 1a, 1b, 2a sampai kelas 6b..wowww alhasil dengan tertunduk malu saya masuk dari kelas ke kelas untuk menyapu ruangan mereka, dan setiap saya mau masuk ke setiap pintu kelas selain merasa takut karena ditanya mengenai tujuan saya oleh setiap guru yang sedang mengajar, ditambah ejekan dan tertawaan dari teman-teman diseluruh kelas yang saya masuki karena saya memegang sapu ijuk, hufft..super duper memalukan. Rasanya kapok dan menyesal karena lupa bawa agenda sekolah.
Saya mengira awalnya tentu setiap siswa dibebaskan untuk membawa agenda atau tidak ke sekolah, namun seiring dengan berjalannya kegiatan disekolah ternyata kelalaian siswa untuk membawa agenda berdampak pada penurunan kesadaran siswa untuk mengingat kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar di sekolah, lalu secara reaktif dibentuklah aturan itu beserta sanksinya, tentu untuk mendisiplin anak-anak yang tidak rajin membawa agenda sekolah, namun tidak menjadi soal untuk anak-anak yang sadar bahwa agenda tersebut penting untuk dibawa ke sekolah untuk mencatat hal-hal yang sudah dan akan dilakukan besok. Jadi sudah tidak ada alasan lupa kalau besok ada ulangan, atau alasan lupa atas apa yang sudah dipelajari hari ini karena semuanya harus dicatat. Hukuman ini membuat saya berubah sampai hari ini dan menjadi sebuah kebiasaan untuk selalu mencatat hal-hal yang perlu, seperti notula rapat dan khotbah yang dibawakan oleh hamba Tuhan digereja. Karena setiap Firman yang saya dengar sangat berharga dan bukan untuk dilupakan namun dilakukan dalam hidup.
Jadi kalo sekarang ditanya, apakah hukuman itu perlu? Hmmm… perlu karena hukum dibuat untuk orang-orang yang tidak taat, kepada mereka yang melakukan kejahatan, tidak mengasihi dan menyakiti orang lain. Tapi ngga perlu untuk orang-orang yang sadar untuk berbuat benar dan tidak menyakiti orang lain. Namun kenyataannya dari awal penciptaan, manusia sudah memiliki kecendrungan untuk berbuat dosa dan semakin hari semakin jahat, buktinya tanpa diajari pun seorang anak kecil bisa untuk berbuat dosa seperti mencuri atau berbohong, untuk itulah kenapa hukum perlu dibuat.
Hi sahabat Pearl, masih ingat ngga sewaktu kecil dulu? Pernahkah kamu mendapat hukuman atas kesalahanmu? Saya teringat waktu masa kecil, saya lupa membawa agenda sekolah, lalu saya dihukum. Hal ini karena ada aturan dari kepala sekolah, apabila tidak membawa buku agenda maka hukumannya adalah disuruh membersihkan kelas dengan sapu mulai dari kelas 1a, 1b, 2a sampai kelas 6b..wowww alhasil dengan tertunduk malu saya masuk dari kelas ke kelas untuk menyapu ruangan mereka, dan setiap saya mau masuk ke setiap pintu kelas selain merasa takut karena ditanya mengenai tujuan saya oleh setiap guru yang sedang mengajar, ditambah ejekan dan tertawaan dari teman-teman diseluruh kelas yang saya masuki karena saya memegang sapu ijuk, hufft..super duper memalukan. Rasanya kapok dan menyesal karena lupa bawa agenda sekolah.
Saya mengira awalnya tentu setiap siswa dibebaskan untuk membawa agenda atau tidak ke sekolah, namun seiring dengan berjalannya kegiatan disekolah ternyata kelalaian siswa untuk membawa agenda berdampak pada penurunan kesadaran siswa untuk mengingat kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai seorang pelajar di sekolah, lalu secara reaktif dibentuklah aturan itu beserta sanksinya, tentu untuk mendisiplin anak-anak yang tidak rajin membawa agenda sekolah, namun tidak menjadi soal untuk anak-anak yang sadar bahwa agenda tersebut penting untuk dibawa ke sekolah untuk mencatat hal-hal yang sudah dan akan dilakukan besok. Jadi sudah tidak ada alasan lupa kalau besok ada ulangan, atau alasan lupa atas apa yang sudah dipelajari hari ini karena semuanya harus dicatat. Hukuman ini membuat saya berubah sampai hari ini dan menjadi sebuah kebiasaan untuk selalu mencatat hal-hal yang perlu, seperti notula rapat dan khotbah yang dibawakan oleh hamba Tuhan digereja. Karena setiap Firman yang saya dengar sangat berharga dan bukan untuk dilupakan namun dilakukan dalam hidup.
Jadi kalo sekarang ditanya, apakah hukuman itu perlu? Hmmm… perlu karena hukum dibuat untuk orang-orang yang tidak taat, kepada mereka yang melakukan kejahatan, tidak mengasihi dan menyakiti orang lain. Tapi ngga perlu untuk orang-orang yang sadar untuk berbuat benar dan tidak menyakiti orang lain. Namun kenyataannya dari awal penciptaan, manusia sudah memiliki kecendrungan untuk berbuat dosa dan semakin hari semakin jahat, buktinya tanpa diajari pun seorang anak kecil bisa untuk berbuat dosa seperti mencuri atau berbohong, untuk itulah kenapa hukum perlu dibuat.
Sebab
tidak ada seorangpun yang dapat dibenarkan di hadapan Allah oleh karena
melakukan hukum taurat, karena justru oleh hukum Taurat orang mengenal dosa
(Roma
3:20)
Hukum layaknya
seperti seorang guru, intruktur atau kepala sekolah, yang menunjukan kepada
kita kesalahan-kesalahan apa yang kita lakukan. Hukum dibuat untuk menyatakan
mana yang salah dan bukan untuk membenarkan seseorang bahkan menyelamatkannya
dari dosa. Untuk itu kita memerlukan Tuhan yang dapat memberikan kepada kita
kemurahan dan pengampunan-Nya untuk menunjukan kepada kita kesempurnaan-Nya
yang utuh dan kebenaran yang sempurna dimana hal itu sangat tidak mungkin kita hadirkan,
maka Tuhan Yesus yang sangat mengasihi manusia sebagai ciptaan yang seturut
dengan gambar-Nya menciptakan hukum bagi manusia pada zaman itu dan berlaku
sampai hari ini yaitu Kasih.
Hukum Tuhan
tentang Kasih sangat sederhana tidak seperti zaman hukum taurat dulu, baik untuk
diingat maupun diucapkan namun tidak sesederhana itu untuk dilakukan. Bahkan jauh
lebih mustahil! kenapa saya berkata demikian? perhatikan Firman Tuhan ini “Kasihilah
Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan
segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama dan hukum yang
kedua, yang sama dengan itu ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu
sendiri pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para
nabi”. Tetapi buah roh ialah kasih (verse 22) Tidak ada hukum yang menentang
hal itu (verse 23).
“Hmmm…mikirin diri
sendiri aja ga kelar-kelar, banyak sekali kebutuhan, bagaimana mungkin mikirin
orang lain bahkan mengutamakan mereka lebih dari kebutuhan saya sendiri?” but..
"If you see your brother has a need, and you
refuse to mercifully help him, how can the Love of God be in you?" (1John
3:17)
Kita tidak mungkin
dapat mentaati hukum kasih ini tanpa pertolongan kekuatan dari Yesus, kecuali
kita menerima-Nya dan memiliki-Nya didalam hati kita yang akan memberikan kekuatan kepada kita untuk dapat
lebih mengasihi orang lain daripada mengutamakan diri sendiri. Dengan mengasihi
Yesus didalam dirimu, akan membantumu
untuk dapat melakukan hal yang mustahil dalam benakmu untuk dilakukan.
Jadi saat kamu hidup untuk mentaati hukum ini, maka kamu pasti akan melakukan yang terbaik dalam hidupmu dengan kasih-Nya yang menguatkanmu, untuk membantu sesamamu, dan terus berusaha agar tidak menyakiti siapapun. Saat kamu menyadari bahwa apapun yang kamu lakukan untuk mengasihi-Nya, maka teruskanlah hal itu dengan iman atas apa yang Allah katakan dan sesungguhnya kamu tidak memerlukan hal lainnya untuk meyakinkanmu. Selama kamu melakukan sesuatu dengan motivasi hati untuk mengasihi-Nya maka kamu sudah memenuhi hukum kasih itu.
Jadi saat kamu hidup untuk mentaati hukum ini, maka kamu pasti akan melakukan yang terbaik dalam hidupmu dengan kasih-Nya yang menguatkanmu, untuk membantu sesamamu, dan terus berusaha agar tidak menyakiti siapapun. Saat kamu menyadari bahwa apapun yang kamu lakukan untuk mengasihi-Nya, maka teruskanlah hal itu dengan iman atas apa yang Allah katakan dan sesungguhnya kamu tidak memerlukan hal lainnya untuk meyakinkanmu. Selama kamu melakukan sesuatu dengan motivasi hati untuk mengasihi-Nya maka kamu sudah memenuhi hukum kasih itu.
Tetapi barang siapa yang bimbang, kalau ia makan, ia telah dihukum,
karena ia tidak melakukannya berdasarkan iman. Dan segala sesuatu yang tidak
berdasarkan iman, adalah dosa
(Roma 14: 23)
So..what’s next? let us to keep practicing, sebab beberapa
orang tidak memiliki iman untuk beberapa hal karena memang mereka tidak
menginginkannya untuk diimani, dan orang yang lemah dalam iman biasanya adalah
mereka yang memiliki pengetahuan yang sedikit tentang Firman Allah, malas
mencari kebanaran atau blocking mindset
karena hidupnya hanya berdasarkan pengertiannya sendiri.
Saya sudah
buktikan bahwa iman bertumbuh dari pendengaran akan Firman Tuhan, lakukan
dengat taat dan hidupi Firman itu terus menerus, ada kalanya kalau kamu jatuh
dan gagal mulai lah untuk bangkit dan mencoba lagi sampai kamu sungguh-sungguh memahaminya,
jadikan itu kebiasaan barumu dan teruskan dengan iman dan kekuatan dari-Nya,
sampai akhirnya membudaya dalam perilaku keseharianmu.
Alhasil hukum
Kasih dapat kamu penuhi, hukum yang membebaskanmu dan sederhana dari Allah
untuk semua orang terbaik yang dikasihi-Nya.
“K-A-S-I-H : Kasih itu Sabar, tidak murah marah, sayangi semua teman
seperti Tuhan Yesus”
(Kutipan lirik lagu anak sekolah minggu)
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^