Our circle of Friends
Kita bisa memilih dengan siapa kita berteman. Burung sejenis
biasanya berkumpul bersama. Kurang cocok dengan si Bolang, yah jaga jarak saja
dengannya. Jika cocok dengan si Kemal, yah kita lebih sering merapat dengannya.
Tentunya kita lebih nyaman berlama-lama gaul dengan teman yang cocok dengan
kita, yang ngobrolnya nyambung, yang bisa saling mengerti satu sama lain. So,
we make our friends and we make our enemies too.
Jodoh
Bicara pasangan hidup...hmm inipun pilihan pribadi kita
kok...
Kita memilih dengan
siapa kita menikah. “I do” itu suatu keputusan yang kita pikirkan masak-masak.
Dari sekian banyaknya lawan jenis yang kita kenal, ada satu yang menjadi teman
spesial. Saat menjalin hubungan pranikah pun “sebelum janur kuning melambai” ,
kita masih bisa memutuskan hubungan jika merasa kurang cocok setelah saling
menjajaki satu sama lain.
So, we choose our lifemate as well! Jodoh itu pilihan
kita sendiri!
But...how about our family?
God makes our family. Tuhan yang memilih keluarga
dimana kita dilahirkan.
Family is our first and God given circle of relations. We
never choose or decide where we'll be born, nor in what kind of family we are
going to be raised.
Kita tidak bisa memilih orang tua kita, yang secara biologis
menurunkan kita. Struktur anatomi yang kita miliki: bentuk tubuh, warna kulit,
tinggi badan, semuanya kita warisi dari orangtua kita. Kenapa kok saya
dilahirkan di keluarga yang berkulit sawo matang, padahal saya pinginnya tuh
kuning langsat? Kenapa kok saya diahirkan di keluarga yang bermata sipit,
padahal inginnya bermata 'belok'...?
Kenapa kok saya terlahir di Indonesia, bukan di Kutub? Kenapa
saya punya turunan penyakit alergi berat? Kenapa saya terlahir di keluarga yang
broken home? Mengapa begini...Mengapa begitu? Aku ingin begini ..aku
ingin begitu...demikian lirik lagu doraemon ya... Pantas saja banyak orang yang
doyan nonton tuh doraemon...ngarep kantong ajaib nya...bisa mewujudkan
keinginan kita ya? Kembali ke topik...jadi apakah kita sadari bahwa ada rencana
Tuhan dalam keluarga kita ini? Bukan kebetulan Tuhan ciptakan kita terlahir di
keluarga ini. Ada maksudNya yang penuh misteri.
Tapi..ayahku pecandu narkoba, ia suka menyiksaku...
Tapi..ibuku bukan wanita baik-baik, ia istri simpanan...
Tapi...aku ini anak pungut...
Begitu banyak pengalaman traumatis yang dialami sampai
membekas hingga kita seringkali sulit mengasihi keluarga kita.
Tapi apa yang Firman Tuhan katakan?
Imamat 19:18
Jangan membalas dendam dan jangan menyimpan dendam terhadap
sesamamu. Akan tetapi, kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Akulah TUHAN.
Ulangan 6:5
Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan
segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu.
Teringat kisah Yusuf yang dijual oleh saudara-saudaranya
sendiri. Saat di Mesir pun ia menjadi budak, lalu difitnah dan dipenjarakan,
berbagai ketidaknyamanan dialami Yusuf. Namun saat ia diijinkan berjumpa
kembali dengan mereka, Yusuf bisa mengampuni mereka. Bahkan ia bisa meyakini
bahwa semua hal tidak baik yang terjadi direka-rekakan Allah untuk kebaikan.
Wow! Sungguh Yusuf fokusnya Tuhan banget, tidak fokus kepada keadaan, tidak
fokus pada masalahnya, atau pada dirinya sendiri. Ia tetap melekat pada Tuhan
dalam keadaan di proses sekalipun. Justru proses mendewasakan imannya dan
pengenalannya akan Allahnya! Ucapan yang keluar dari bibir Yusuf saat membuka
jati dirinya ke saudar-saudaranya di Kejadian 45: 5 “Tetapi sekarang, janganlah
bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karen akamu menjual aku kesini ,
sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu.”
Yusuf memaafkan dan lebih memilih mengasihi mereka, karena
kasih akan Allah menutupi segala kesalahan manusia. Tidak ada kasih yang lebih
besar yang bisa mengisi hati kita selain kasih dari sang Sumber kasih itu
sendiri! Teori bahasa kasih berkata jika kita terlahir dan dibesarkan di
keluarga yang ayah dan ibunya berfungsi dengan baik, maka niscaya tangki kasih
kita akan penuh, saat kita dewasa akan menjadi pribadi yang bisa mengasihi
dengan sehat. Namun kasih Allah tak terbatas teori... saat kasih Allah mengisi hati kita yang kosong, yang
penuh luka, kasih Allah tersebut sanggup memenuhi tangki kasih kita, memulihkan
total hati kita! Yusuf yang sudah kehilangan Rahel ibunya sejak kecil, lalu
dibuang ke Mesir jadi budak...siapa yang mengisi tangki kasihnya? Bisa dibilang
tidak ada di masa-masa itu. Mungkin hanya kenangan akan figur ibu dan ayah yang
samar-samar, namun kasih akan Allah mampu membuatnya bertahan dan bahkan
memiliki hati yang memaafkan saudara-saudaranya!
Mari belajar dari Yusuf dan mengaplikasikannya dalam hidup
kita! Jika kita masih sulit mengasihi keluarga kita sendiri, ada ganjalan atau
peristiwa traumatis yang kita alami, mari ijinkan kasih Allah yang memulihkan
total kita! Jika peristiwa yang kita alami berat, mungkin bisa juga kita
memulihkan diri melalui konseling dengan konselor yang terpercaya!
Tidak ada hati yang terlalu keras untuk Yesus pulihkan! Kasih
Allah yang begitu besar hingga merelakan AnakNya sendiri dikorbankan di kayu
salib cukup , bahkan lebih dari cukup untuk saudara dan saya!
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^