By Henny Rompas-Köykkä
Sewaktu belum menikah, sama halnya dengan sebagian besar orang, impian saya
setelah kuliah adalah bekerja, menikah dan punya anak. Hubby and I were planning to have a
baby two years after we got married. Setelah dua tahun
menikah, kami mulai berusaha untuk punya anak.
Saat kami
mulai berusaha untuk punya anak, tantangan itu datang. Mulai dari keadaan fisik
dan psikis yang kurang mendukung karena saya mulai mengalami depresi berat
sejak tinggal di sini. Waktu ngalami masa-masa down begini, pikiran negatif dan kesedihan
itu terasa begitu kuat. Apalagi jika saya mendengar atau mengetahui bahwa teman
saya sedang hamil atau baru melahirkan. Hati
ini serasa tercabik-cabik! (Gak lebay, euy! :p) My first reaction after hearing the
news was always: ”Good for her! But why not me?” or “When is it going to happen
to me?”
Gak cukup
sampai di situ, orang-orang yang seharusnya ngasih support justru malah menambah beban pikiranku
dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: “Loe sih Hen, gak punya anak. Makanya gak
ngerti”, “Kapan donk mama dikasih cucu?”, “Lho, koq belom hamil juga?” Rasanya
gak ada yang lebih menyakitkan dari perkataan-perkataan yang dilontarkan oleh
orang-orang terdekat. I wish
they could understand my pain, too. Meskipun
demikian, setidaknya saya juga dikelilingi oleh teman-teman, adik dan tentu
saja hubby yang sangat pengertian dengan keadaan
ini dan gak pernah reseh.
Selama ini,
saya tidak hanya bergumul dengan infertility
issue, tetapi juga dengan
berbagai persoalan hidup lainnya, seperti karir, dll. Tapi justru dengan
persoalan-persoalan itu, saya justru lebih merasakan penyertaan Tuhan yang kuat
atas hidup ini dan bahwa Allah itu hanya sejauh doa. Saya menemukan kekuatan
dan penghiburan sejati lewat Firman Allah dan waktu luang yang dipakai untuk
berada di dalam hadirat Tuhan lewat doa dan penyembahan. Di saat itulah, beban
berat itu terangkat. Allah mengganti segala kuatir dan kesedihanku dengan
harapan dan damai sejahtera akan masa depan. There’s
nothing better than knowing that God holds our future and we have hope in Him.
Saat saya
menghabiskan waktu luang dengan membaca Firman Allah dan menyembah Tuhan, gak
cuma hati dan pikiran ini jadi tenang, tetapi juga ada sukacita. Lho, koq bisa?
Ya bisa donk! Gimana gak jadi sukacita, kalau tiap kali baca Alkitab, yang
nongol malah janji-janji Allah yang luar biasa kayak begini nih:
“Don’t worry about anything; instead, pray about everything.
Tell God what you need and thank Him for all He has done. Then you will
experience God’s peace, which exceeds anything we can understand. His peace
will guard your hearts and minds as you live in Christ Jesus.” –Philippians 4:6-7, NLT.
“For the word of the LORD holds true, and we can trust
everything He does.” –Psalms
33:4, NLT
Wueh! Ruaarr
biasa!!! Itu hanya sebagian kecil dari Firman Allah that have inspired me and have
given me strength in the tough times. Siapa
coba yang bisa jamin that we
can trust everything one does kalau
bukan Tuhan Yesus sendiri??
Jujur,
meskipun kami sering overwhelmed dengan persoalan hidup, kami sangat
bersyukur lewat proses kehidupan yang Tuhan izinkan untuk terjadi dalam
kehidupan kami. Kami berdua jadi lebih mendekat kepada-Nya. Buat saya dan hubby, hidup ini gak akan bisa
dan gak akan pernah lengkap tanpa Yesus Kristus dan terutama bila Tuhan Yesus
bukanlah segala-galanya di dalam hidup kami. Anak, karir yang bagus,
harta/uang, status sosial/jabatan, dll. gak akan pernah bisa melengkapi hidup
ini tanpa Yesus Kristus. Lho koq bisa begitu? Bisa donk, secara it is human nature kalo manusia itu gak pernah puas. Cuma
Tuhan Yesus yang bisa bikin orang yang gak pernah puas jadi puas dan hanya Dia
yang bisa mengisi kekosongan di dalam hati/hidup kita.
Kami percaya
bahwa jika Allah mengizinkan semua ini terjadi dalam kehidupan kami, Dia tidak
melakukannya tanpa ada rencana yang indah. Waktu
Tuhan itu gak sama dengan waktu kita. Kita maunya apa yang kita inginkan
terjadi/terkabul seketika, tetapi tidak demikian dengan Tuhan. Sebelum kita
menerima berkat Allah, Dia akan memastikan kalau kita sudah memiliki sikap hati
yang benar saat kita menerimanya. Contohnya nih: bayangkan saja jika kita
kepengen jadi direktur, tapi kita masih bergumul dengan kesombongan, kemalasan,
tidak jujur, etc. Saya
rasa Tuhan gak akan mengabulkan doa kita itu seketika. Dia justru akan
memproses hidup kita sedemikan rupa hingga kita memiliki sikap hati yang layak
untuk menjadi seorang direktur. Seorang direktur perusahan yang takut akan
Tuhan pastinya memiliki hati hamba (yaitu hati yang melayani bukan dilayani,
kerendahan hati), rajin bekerja, pantang mengeluh, jujur dan penuh integritas.
So, buat teman-teman
pembaca yang sedang bergumul dengan persoalan hidup, apapun itu (entah soal
anak, karir, pasangan hidup, dll.), jangan putus asa. Tuhan Yesus pastinya tahu
apa yang kita butuhkan dan Dia juga yang akan menyediakan tepat pada waktunya.
Bagi kami, soal anak, kami berkeyakinan kalau Tuhan akan menyediakan tepat pada
waktunya. Kalaupun tidak demikian, kami tetap percaya bahwa rencana Allah itu
sempurna bagi kami dan Dia yang lebih tahu yang terbaik bagi kami. In the end, we both know that when
we have Jesus and abide in Him, we have all and we shall lack nothing.
”God is not a man, that He should lie; neither the son of man,
that He should repent: hath He
said, and shall He not do it? Or hath He spoken, and shall He not make it
good?” –Numbers 23:19, KJV.
“And we know that all things work together for good to them
that love God, to them who are called according to His purpose.” –Romans 8:28, KJV.
“My thoughts are nothing like your thoughts,” says the LORD. “And my ways are
far beyond anything you could imagine. For just as the heavens are higher than
the earth, so my ways are higher than your ways and my thoughts higher than
your thoughts. –Isaiah 55: 8-9, NLT.
“For I know the plans I have for you,” says the LORD. “They are plans
for good and not for disaster, to give you a future and a hope.” –Jeremiah 29:11, NLT
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^