Friday, March 13, 2015

Pleasing God through Wedding Preparation


By Stephanie Gunawan

Saya menikah Desember ini!! Wow, wow!! ;D Benar seperti yang orang-orang bilang, nyiapin wedding itu gak gampang, tapi seru! Banyak pengalaman yang saya alami bersama pasangan. Kami pun dibentuk bersama.

Dari awal, kami sangat ingin mempunyai sebuah pernikahan yang memuliakan Tuhan. Pernikahan di mana orang-orang bisa merasakan Tuhan hadir di tengah-tengahnya. Tentunya pernikahan tersebut bisa terwujud kalau selama masa persiapannya pun menyenangkan Tuhan. Ya gak? Kalau persiapannya udah acak-adut, penuh kemarahan, negative-thinking, nafsu dan rasa tidak puas, nanti pas hari-H pun yang ada pengantin bisa manyun, hehe… Kalau udah manyun, yang datang jadi ikut bete en gak merasakan sukacita. Gimana mau merasakan Tuhan hadir kalau sukacita aja udah ga ada? Nah, karena itulah saya dan pasangan pengen menyenangkan hati Tuhan Yesus gak cuman pas hari H, tapi juga sejak masa persiapannya. :)

Selama persiapan, ada tiga hal di mana saya dan pasangan sama-sama belajar.

Pertama, tentang kekudusan. Apa lagi sih kalo bukan hal yang satu ini? Guys, susah lho jalanin komitmen “GAK SENTUHAN FISIK, GAK PELUKAN, GAK CIUMAN” sampai kami menikah. Ada kiat-kiat yang diberikan di buku-buku. Seperti misalnya, menghindari gak berduaan di tempat sepi. Well, kenyataannya itu gak mungkin bisa dihindari 100%, bahkan 1000%! Gimana coba, saya dan pasangan harus siapin nama-nama undangan pernikahan kami, print label namanya, tapi komputernya ada di kamar kerja, sementara orang rumah juga pada sibuk. Apakah saya harus menyuruh salah satu dari mereka untuk nongkrongin kami print label nama sementara kerjaan mereka ditinggalkan? Rasanya gak mungkin. Kami pun sedang menyiapkan tempat tinggal dan semuanya ngomong tentang budget, budget dan budget. Apakah mungkin kami membicarakannya dengan diawasi orang lain? Susah bukan? Udah urusan uang, kami benar-benar mesti hitung berdua, berapa jumlah tabungan kami, bagaimana kami akan menggunakannya, pilih produk yang harga berapa, keuntungan/kerugiannya bagaimana, dll. It’s private and confidential bo! Pasti berduaan lagi di kamar kerja. Pergi ke vendor-vendor juga pasti berdua di mobil. Siapa lagi yang mau pergi ngurusin pernikahan kami kalau bukan kami berdua? Jadi, saya rasa kiat ‘menghindari gak berduaan di tempat sepi’ makin sulit kalau sedang mempersiapkan pernikahan.

Jujur, godaan pun makin besar. Apalagi di saat kami lelah fisik dan mental. Mengenai ciuman, ada kesempatan di mana kami jatuh. Tapi kami mau bangkit lagi dan mencegah hal itu terulang. Saya sendiri kecewa hal itu terjadi. Padahal, tadinya saya udah siap ‘pamer’ di blog bahwa saya berhasil melaksanakan my first kiss is my wedding kiss. Udah ngebayangin nanti setelah hari H, bakal nulis kaya gitu dan siap ayatnya seperti ci Lia (another great writer in this magazine), dari 1 Korintus 4: 16 Sebab itu aku menasihatkan kamu: turutilah teladanku! Hehehe.. Ternyata gagal! Haha.. So, jangan ikuti teladan saya yah, emang udah yang paling bener: IKUTI TELADAN TUHAN YESUS!! Dari pengalaman itu saya pun belajar mengampuni pasangan saya dan juga diri saya sendiri. Sejauh ini, Tuhan Yesus tetap menjaga kami. Ia yang membantu kami untuk menyenangkan hati-Nya. :) Glory for Jesus!

1Petrus 1:14-16
Hiduplah sebagai anak-anak yang taat dan jangan turuti hawa nafsu yang menguasai kamu pada waktu kebodohanmu, tetapi hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, sebab ada tertulis: Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.

Kedua, tentang uang. Belajar mengatur keuangan berdua itu agak tricky. Hehe. Memang dasar manusia, kalau pakai uang sendiri, rasanya susaaah banget keluarnya. Tapi kalau pakai uang orang, pengennya memanfaatkan semaksimal mungkin. Ckck. Ceritanya begini. Kami bikin budget untuk setiap vendor (FYI, biaya pernikahan dipersiapkan oleh pihak pasangan saya). Misalnya bridal segini, kue pengantin segitu, kartu undangan sekian, dst... Nah kalau kami udah siapkan 4 juta rupiah untuk kue pengantin, saya rasanya pengen menghabiskan 4 juta-4 jutanya untuk kue pengantin. Kalau ada dana segitu untuk kue, kenapa saya harus cari kue yang lebih murah? Toh barang yang lain juga sudah ada budgetnya. Kenapa budget kue harus dipotong?

Then, I came across for a discussion with one of my sisters in Christ. Dia bilang, "Fani, cici merasa, sorry yah sebelumnya, kamu ada roh serakah." JEDEERR!!! Dia melanjutkan, "Kalau kamu udah budgetin 4 juta buat kue, bukan berarti kamu mesti pake 4 juta-4 jutanya kan. Kalau memang bisa ketemu kue yang oke dan harganya 3,5 juta, itu kan lebih baik. Kamu bisa simpen 500-ribunya dan pakai buat kepentingan yang lain." Pembicaraan itu membuat saya berpikir dan saya teringat pada ayat di Amsal 31:12.

Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. 

Saya menyimpulkan bahwa menghabiskan uang pasangan saya untuk keinginan saya pribadi, apalagi memanfaatkannya sampai berlebihan, termasuk perbuatan jahat. Saya gak mau jadi isteri yang jahat seperti itu. Saya mau jadi wanita seperti di Amsal 31. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. :)

Sejak itu, saya benar-benar menghitung dengan teliti berapa biaya yang harus kami keluarkan untuk membiayai pernikahan. Bukan mentang-mentang biaya pernikahan ditanggung pasangan saya, saya pakai seenaknya. Jangan sampai demi memuaskan keinginan saya, kami sampai berhutang ke mana-mana. Saya mau setelah kami menikah, kami bisa punya kondisi keuangan yang cukup baik. Saya percaya, keputusan ini menyenangkan hati Yesusku. :) (Cerita lengkap tentang uang ini bisa dilihat di http://withintakapipisbrainandheart.blogspot.com/2012/08/save-his-money.html)

Yang terakhir, mengenai orang tua. Pernikahan bukan cuma penyatuan dua insan, tetapi juga merupakan penyatuan dua keluarga. Tentunya orang tua saya dan orang tua pasangan saya akan menjadi satu keluarga juga. Nah, yang bisa bikin rempong adalah pendapat mereka bisa berbeda.

So far, saya bingung dengan tema warna pernikahan saya. Yah begitulah, warna-warna bisa memusingkan dan menimbulkan percekcokan. :D Tadinya warna yang saya pilih adalah putih dan hijau. Tapi, baju penerima tamu, pengapit, dan baju mami yang tersedia hanya seputar warna emas, pink, putih, jingga, ungu. Daripada semuanya harus bikin baru dengan warna putih-hijau, saya memutuskan ganti warna deh. Toh baju yang sudah ada juga bagus-bagus. Bisa save budget (masih inget kan sharing saya di atas tadi tentang uang? Hehe). Saya pertimbangkan pilihan yang tersedia di bridal. Kemudian saya cocokkan dengan warna baju mami saya. Maklum, mami saya punya 3 anak yang sudah menikah, jadi stock gaun dia udah lumayan banyak. Akhirnya saya putuskan warna pink dan emas.

Setelah memutuskan hal tersebut, saya pikir semua akan baik-baik saja. Pikiran saya: wah mami saya bisa pakai baju yang sebelumnya, jadi tidak usah bikin yang baru. Save budget berhasil! Tapi, gak disangka, tiba-tiba mami beli kain emas. Katanya untuk dibuat jadi gaun yang dia pakai di hari pernikahan saya. Oalaahh... Kaget… Ternyata si mami mau juga punya baju baru, tapi mungkin gak enak ngomongnya. Saya sampaikan hal ini ke pasangan saya. Saya bingung. Mau kecewa karena gak bisa save budget, atau senang karena mami saya sudah menyelesaikan proses pilih kain. Toh memang pada akhirnya baju mama pasangan saya harus dibuat juga, sebab ia belum ada gaun. Tinggal pilihan terakhirnya mau kembaran atau beda saja. Jadi, memang harus pilih kain juga.

Hm.. hm.. mama pasangan saya memang tidak terlalu ribet, dia mudah saja setuju dengan kain pilihan mami saya. Jadi kain yang mami saya beli bisa dipakai dan pilihannya memang bagus. Setelah ngobrol, pasangan saya menegaskan, gak papa kok kalau kita bikin baru untuk keduanya. Gak ada salahnya. Save budget tapi kalau malah melukai perasaan mami saya malahan gak enak. Justru inilah saatnya kami menunjukkan kasih kami ke mereka, bikinin baju baru. It’s a kind of showing our respect to them, too. :)

Soal pilihan tanggal pernikahan. Saya dan pasangan sudah pilih beberapa pilihan tanggal. Tapi memang bingung antara tanggal A atau B. Saya merasa A lebih baik, pasangan saya merasa B lebih baik. Saya tanya mami saya. Puji Tuhan mami saya gak menyuruh saya harus pilih tanggal baik ke ‘orang pintar’ seperti tradisi keluarga keturunan Chinese pada umumnya. Saya yakin Tuhan Yesus bekerja dalam hal ini, terutama sejak mami terima Tuhan Yesus. :) Syukurlah saya bisa tetap memegang apa yang saya percayai bahwa semua hari adalah hari Tuhan, hari yang baik yang Ia ciptakan. Ia merasa pilihan A maupun B baik. Tinggal mama pasangan saya. Ternyata, mama pasangan saya memilih tanggal B. Nah, saya kan maunya tanggal A. Jadilah saya bergumul. Duh, gimana yah. Memang sih gak ada salahnya tanggal B, cuma beda satu minggu saja. Ini hanya ego saya nih. Padahal kelangsungannya gak akan jauh berbeda. Mau ngalah gak nih sama calon mama mertua? Hehe. Saya putuskan, iya deh ngalah aja. Saya juga gak punya alasan yang penting untuk dipertahankan. Ini pun cara saya menghormati keinginan mama pasangan saya, dengan gak memaksakan keinginan saya.

Dengan kata lain, saya berusaha mengasihi dan menghormati mama pasangan saya (yang udah gedein anaknya sedemikian rupa sehingga jadi pria yang ganteng dan bisa diandalkan ^^) dan pasangan saya juga ikut belajar mengasihi dan menghormati mami saya (too bad papa udah gak ada sejak 2002 :(, kena serangan jantung). Saya yakin menghormati kedua orang tua kami menyenangkan hati Tuhan. Kok yakin? Iya donk, kan Tuhan yang minta di Keluaran 20:12:

Hormatilah ayahmu dan ibumu, supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu.

Pengalaman nyiapin wedding kami merupakan pengalaman belajar menyenangkan hati Tuhan Yesus. Dari segi kekudusan, kami mau menyenangkan hati Tuhan Yesus.
Dari segi keuangan, kami mau menyenangkan hati Tuhan Yesus.
Dari segi hubungan dengan orang tua, kami juga mau menyenangkan hati Tuhan Yesus.
Kami mau persiapan ini akan membawa kami ke hari-H yang memuliakan Tuhan. Dan pastinya hari-hari kehidupan kami sebagai suami-isteri juga menyenangkan hati Tuhan. Doakan yah! ;)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^