Tuesday, June 21, 2016

Memberi Lebih Baik Daripada Menerima (?)

by Krisan Wijaya

“Orang miskin? Itu kan tanggung jawab pemerintah?”

“Alaah, pasti banyak kok orang lain yang udah nyumbang untuk korban bencana.”

“Boro-boro mikirin hidup orang lain, hidup gue sendiri aja udah banyak susahnya.”

“Wajar aja dong kalau Bill Gates jadi filantropis, secara duitnya aja udah nggak keitung banyaknya. Nah, gue? Mau beli sepatu baru aja mikirnya seribu kali.”

Coba jujur dengan diri sendiri, pernahkah kita mengutarakan – baik terang-terangan maupun dalam hati – salah satu dari kalimat di atas? Kita tahu, Alkitab jelas-jelas mengatakan ‘memberi lebih baik daripada menerima’, namun seberapa dalam kita mengiyakan ayat itu?

Coba ingat-ingat lagi, berapa banyak yang kamu sudah berikan pada mereka yang nasibnya kurang beruntung dibandingkan kamu?

We all love the security of having stuff, especially money. It’s part of our broken nature. Namun sebagai orang percaya, kita tidak lagi serupa dengan dunia ini. Kita seharusnya tidak lagi berpikir bahwa memberi = memiskinkan/merugikan diri sendiri. Bagi orang percaya, memberi berarti...

1. Mencerminkan kasih Kristus
One can give without loving, but one cannot love without giving. Pribadi Tuhan Yesus sendiri adalah kasih yang sempurna. And because of His love, He gave so much to the world around him during his ministry on earth. Makanan yang cukup untuk beribu-ribu orang. Anggur terbaik untuk sebuah pesta pernikahan di Kana. Kesembuhan tak terhitung untuk mereka yang membutuhkan: orang buta, orang lumpuh yang diturunkan dari atap, wanita yang sudah belasan tahun sakit pendarahan, sepuluh orang kusta, dan masih banyak lagi. Harapan baru untuk Zakheus dan wanita Samaria di tepi sumur. Kehidupan untuk Lazarus yang sudah terbaring di dalam kubur. Dan yang terpenting: keselamatan yang digenapkannya di atas kayu salib.

Oke, sebagian besar dari kita sama sekali tidak bisa melakukan mujizat seperti itu. But the point is, Jesus Christ gives. And as a Christian, we are to follow His steps. Dengan memberi, kasih Kristus tercermin dalam diri dan hidup kita – begitu pula sebaliknya, seperti kata 1 Yohanes 3:17, “Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”

2. Menaati perintah Tuhan
Dalam Kisah Para Rasul 20:35, Paulus mengutip perkataan Tuhan Yesus, “ Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Selain itu, ia juga menekankan pentingnya memberi dalam suratnya untuk Timotius, “Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan, suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup yang sebenarnya.” (1 Timotius 6:18-19)

Orang yang mengasihi Tuhan akan menaati perintah-Nya. And giving is obviously one of His commands. Selain dua ayat di atas, sebenarnya masih banyak sekali ayat yang terang-terangan menekankan pentingnya memberi – dan peringatan bagi mereka yang pelit. Salah satunya Amsal 28:27, “Siapa memberi kepada orang miskin tak akan berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.”

Sebagai orang Kristen, kita tidak lagi punya excuse untuk tidak memberi. Giving should not be merely an obligation, but a lifestyle. Sekalipun kita merasa diri kita miskin secara materi, namun pasti ada orang-orang yang lebih berkekurangan dibandingkan kita. Lagipula, pemberian yang tulus tidak harus selalu berupa uang, kan?

Coba buka mata lebar-lebar. Dunia tidak pernah kekurangan orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Tidak usah jauh-jauh melihat anak-anak yang kelaparan di Afrika, di dekat kita pun pasti ada banyak keluarga yang hidup pas-pasan hanya untuk bisa makan.
Kita tahu persis bahwa apa yang kita lakukan untuk mereka yang paling hina, berarti kita melakukannya untuk Tuhan (Matius 25:40) – demikian pula sebaliknya.

So, shall we give?

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^