by Krisan Wijaya
“Orang miskin? Itu kan tanggung jawab pemerintah?”
“Alaah, pasti banyak kok orang lain yang udah nyumbang
untuk korban bencana.”
“Boro-boro mikirin hidup orang lain, hidup gue sendiri
aja udah banyak susahnya.”
“Wajar aja dong kalau Bill Gates jadi filantropis, secara
duitnya aja udah nggak keitung banyaknya. Nah, gue? Mau beli sepatu baru aja
mikirnya seribu kali.”
Coba jujur dengan diri sendiri, pernahkah kita
mengutarakan – baik terang-terangan maupun dalam hati – salah satu dari kalimat
di atas? Kita tahu, Alkitab jelas-jelas mengatakan ‘memberi lebih baik daripada
menerima’, namun seberapa dalam kita mengiyakan ayat itu?
Coba ingat-ingat lagi, berapa banyak yang kamu sudah
berikan pada mereka yang nasibnya kurang beruntung dibandingkan kamu?
We all love the
security of having stuff, especially money. It’s part of our broken nature. Namun sebagai orang percaya,
kita tidak lagi serupa dengan dunia ini. Kita seharusnya tidak lagi berpikir
bahwa memberi = memiskinkan/merugikan diri sendiri. Bagi orang percaya, memberi
berarti...
1. Mencerminkan kasih Kristus
One can give
without loving, but one cannot love without giving. Pribadi Tuhan Yesus sendiri adalah
kasih yang sempurna. And because of His
love, He gave so much to the world around him during his ministry on earth. Makanan
yang cukup untuk beribu-ribu orang. Anggur terbaik untuk sebuah pesta
pernikahan di Kana. Kesembuhan tak terhitung untuk mereka yang membutuhkan:
orang buta, orang lumpuh yang diturunkan dari atap, wanita yang sudah belasan
tahun sakit pendarahan, sepuluh orang kusta, dan masih banyak lagi. Harapan
baru untuk Zakheus dan wanita Samaria di tepi sumur. Kehidupan untuk Lazarus
yang sudah terbaring di dalam kubur. Dan yang terpenting: keselamatan yang
digenapkannya di atas kayu salib.
Oke, sebagian besar dari kita sama sekali tidak bisa
melakukan mujizat seperti itu. But the
point is, Jesus Christ gives. And as a Christian, we are to follow His steps. Dengan
memberi, kasih Kristus tercermin dalam diri dan hidup kita – begitu pula
sebaliknya, seperti kata 1 Yohanes 3:17, “Barangsiapa mempunyai harta duniawi
dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya
terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?”
2. Menaati perintah Tuhan
Dalam Kisah Para Rasul 20:35, Paulus mengutip perkataan
Tuhan Yesus, “ Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Selain itu,
ia juga menekankan pentingnya memberi dalam suratnya untuk Timotius,
“Peringatkanlah agar mereka itu berbuat baik, menjadi kaya dalam kebajikan,
suka memberi dan membagi dan dengan demikian mengumpulkan suatu harta sebagai
dasar yang baik bagi dirinya di waktu yang akan datang untuk mencapai hidup
yang sebenarnya.” (1 Timotius 6:18-19)
Orang yang mengasihi Tuhan akan menaati perintah-Nya. And giving is obviously one of His commands.
Selain dua ayat di atas, sebenarnya masih banyak sekali ayat yang
terang-terangan menekankan pentingnya memberi – dan peringatan bagi mereka yang
pelit. Salah satunya Amsal 28:27, “Siapa memberi kepada orang miskin tak akan
berkekurangan, tetapi orang yang menutup matanya akan sangat dikutuki.”
Sebagai orang Kristen, kita tidak lagi punya excuse untuk tidak memberi. Giving should not be merely an obligation,
but a lifestyle. Sekalipun kita merasa diri kita miskin secara materi,
namun pasti ada orang-orang yang lebih berkekurangan dibandingkan kita.
Lagipula, pemberian yang tulus tidak harus selalu berupa uang, kan?
Coba buka mata lebar-lebar. Dunia tidak pernah kekurangan
orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Tidak usah jauh-jauh melihat
anak-anak yang kelaparan di Afrika, di dekat kita pun pasti ada banyak keluarga
yang hidup pas-pasan hanya untuk bisa makan.
Kita tahu persis bahwa apa yang kita lakukan untuk mereka
yang paling hina, berarti kita melakukannya untuk Tuhan (Matius 25:40) –
demikian pula sebaliknya.
So, shall we
give?
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^