Thursday, June 30, 2016

Dance Together in the Rain

by Septiyana

Sebelumnya saya adalah seorang wanita yang sangat mengerti tujuan hidup saya, saya tidak pernah kuatir akan apapun dalam hidup saya. Saya sangat suka berbagi dengan banyak orang. Mungkin karena itu adalah masa-masa kuliah, dan Allah belum begitu membentuk saya dalam kehidupan saya. Saya tidak pernah berhenti menolong orang dan hari-hari saya sangat menikmati kasihnya dimana-mana. Kamar kost saya yang kecil itupun tidak pernah seharipun tanpa seorangpun mengunjunginya. Kamar saya dan saya sendiri menjadi tempat sumber penghiburan bagi banyak orang.

Hingga akhirnya bertubi-tubi masalah datang dalam hidup saya. Saya ingat sekali saat-saat terburuk saya, terkadang saya menutup diri saya dan melakukannya seorang diri. Sepulang bekerja terkadang saya menangis di kamar dan meratapi kehidupan saya saat itu dan mengasihani diri. Terkadang saya tidak dapat berdoa di tengah ke stressan saya.

Saya merasa menanggung beban hidup saya sendiri saat itu. Saya marah atas diri saya sendiri, mengapa saya gagal dalam kehidupan saya seperti ini. Saya cenderung menutup diri saya, saya marah pada orang tua saya saat itu karena saya pikir mereka adalah penyebab kegagalan saya. Saya benar-benar tidak peduli akan apapun saat itu. Saya menjadi orang yang sangat kasar. Hingga di satu titik balik saya berdoa dan Allah mengubahkan cara pandang saya.

Saat itu saya merasa sangat diberkati dengan kakak saya yang lemah lembut, dan memiliki hati untuk mendengarkan saya kapanpun saya perlukan. Saya berpikir kembali, saya ingin seperti kakak saya yg lemah lembut. Saya mengingini hati yang siap untuk Allah pakai kapanpun Allah mau. Akan ada orang-orang yang perlu didengarkan setiap harinya setiap waktu. Namun saya merasa itu bukan diri saya, saya pikir saya adalah seorang yang simple, saya lebih suka hal yang santai dan mengatakan apapun dalam hati saya tanpa saya harus memikirkan bagaimana hati orang lain. Namun saat itu Allah berkata Galatia 5:22-23 Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Itu adalah buah yang harus saya miliki untuk dibaca setiap orang, untuk Allah nikmati. Jika itu bukan diriku, ya memang itu bukan diriku dan Allah yang menghendaki. Itu adalah satu buah yang harus saya miliki untuk saya bisa berbagi dengan orang banyak.

Saya belajar membagikan beban saya pada orang lain. Ketika saya mulai membagikan beban hidup saya, Allah mempertemukan saya dengan orang-orang yang memiliki banyak beban hidup yang terkadang lebih berat daripada hidup saya. Saya menjadi berhenti mengasihani diri dan memandang hidup saya berarti, dan betapa hidup saya masih berarti bagi banyak orang.

Awalnya saya malu untuk membagikan karena itu adalah seperti aib saya sendiri dalam salah pengambilan keputusan, namun akhirnya saya berpikir sebenarnya saya sudah jauh lebih bobrok, Yesus sudah menanggung dosa saya dan mati di kayu salib, dan penebusanNya menyelamatkan seseorang yang tak sempurna ini.

Ketika saya membagikan kebanyak orang dengan kesalahan saya. Saya menjadi terlihat tidak sempurna, saya menerima kenyataan itu, saya menyadari saya adalah manusia yang tidak sempurna dan saya memerlukan Dia yang sempurna untuk menolong saya. Ketika saya menerima kenyataan ketidak sempurnaan saya, Allah yang sempurna itu membawa banyak teman-teman saya yang tidak sempurna itu kepada saya, dan kami saling berbagi. Teman-teman saya yang dulu menganggap saya begitu suci seperti malaikat, sekarang memandang saya manusia dan wanita. Dalam ketidak sempurnaan saya, Dia yang sempurna semakin terlihat. Maka genaplah nats alkitab yang berbunyi "sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna" 2 Korintus 12:9b.

Belajar membagikan berarti belajar untuk tidak fokus pada diri kita sendiri. Begitu banyak orang-orang didunia ini yang mencari kebahagiaan bagi mereka, mereka berpikir mereka menikah dan mereka akan bahagia, dan ketika mereka tidak bahagia mereka bercerai, kemudian ada orang-orang yang berpikir jika mereka kaya mereka akan bahagia, namun ketika mereka kaya mereka tidak bahagia, hingga mereka membagikan kekayaan mereka pada orang-orang miskin dan mereka tidak menemukan kebahagiaan itu. Maka tidak salah jika kita memiliki Yesus yang berkata "Berbahagialah orang yang lemah lembut karena mereka akan memiliki bumi". Wow luar biasanya kita wanita didalam Dia.

Ketika saya belajar mengenal apa yang Allah inginkan saya lakukan, saat itulah saya menemukan diri saya sendiri. Saya menjadi diri saya sendiri ketika saya mengenal Dia. Perlahan-lahan diri saya kembali. Kericuhan dunia ini tidak begitu berarti kembali ketika saya menemukanNya, harta abadi yang dapat saya bagikan kapanpun, dimanapun. Berita sukacita bagi setiap orang.

Saya menikmati hari-hari saya bertemu dengan setiap orang dan belajar membagikan kebaikan-kebaikan kecil bagi sekeliling saya. Saya bersyukur kembali karena kamar saya sekarang sudah mulai banyak pengunjungnya. Saya tau Dia ada didalam saya, dan menjadi pemikat bagi jiwa yang haus akan Allah. Masalah saya belum selesai namun saya menikmati bagaimana menari di kala hujan, menari bersama teman-teman saya yang lain, tentunya :)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^