by Felisia Devi
Sangat seru belajar dan mengetahui banyak hal, dan salah satunya mengubahkan paradigma gue tentang pernikahan. Dulu gue menganggap pernikahan, ya udah biasa aja, karena sebagian orang menikah. Karena melihat pernikahan seperti pada umumnya, gue juga ada ketakutan hal-hal yang pada umumnya terjadi (misal perceraian) bisa juga terjadi sama gue. Jadi satu sisi mau menikah, satu sisi juga takut menikah. Sekalipun gue yakin sama doi, karena dapat jawaban yang rada supranatural, denger Tuhan ngomong langsung klo 'he is the one' disertai dengan konfirmasi2 lain, jujur pas menjalani ada keraguan yang timbul. Apakah gue bisa menjalani pernikahan; klo lagi konflik apalagi, apa gue sanggup hidup sama orang kaya gini dan sifat gue bisa adjust, apalagi melihat tidak sedikit mereka-mereka yang mengalami hal gak enak dalam rumah tangga, tidak terkecuali anak Tuhan.
Tapi semakin mempelajari dan mengetahui kebenaran-kebenaran tentang pernikahan, membuat gue semakin antusias dan tidak lagi terombang-ambil ragu atau bingung. Membuat gue semakin kagum, menghargai pernikahan yang Tuhan ciptakan dengan maksud abadi dan mengandung panggilan buat gue pribadi. Menurut Tuhan ternyata bukan sekedar menikah, menikah adalah hal serius dan pernikahan itu sendiri adalah ciptaan Allah yang mulia. Panggilan menikah itu juga mengandung atau bertujuan untuk kemuliaan Allah
Gue berdoa minta Tuhan bukain dan kasih gue pengertian lebih lagi untuk bisa mengaitkan hal-hal yang selama ini gue pelajarin, dan gue dapetin analogi dibawah ini ttg menikah kudu panggilan dari Tuhan. Menikah ibarat berlayar ditengah laut.
Ketika gue tau akan mengarungi samudra dengan perjalanan panjang jauh (seumur hidup kita boo), gue gak mau sekedar memilih kapal kecil (getek) sebagai alatnya?Gue butuh kapal besar dan segala fasilitasnya peralatannya, gue bakal prepare well sangat dan mempersiapkan bekal sebanyak2nya, karena ini perjalanan panjang. Menikah adalah hal serius, bahkan sangat serius dan bukan hal sepele. Menikah bukan sekedar menikmati romantisme sepanjang sisa hidup, tapi 'pekerjaan' yang harus kita lakukan, ada tujuannya. Butuh training khusus untuk bisa 'mejalankan' kapal, begitu juga untuk menjalankan pernikahan. Kita be2 memastikan harus tau apa itu menikah, untuk apa menikah, kebenaran ttg menikah yang sebenarnya dari yang membuatnya, yaitu Allah. Dia yang membuat itu, Dia yang tau bagaimana hal itu akan berjalan sebagaimana mestinya, yaitu keindahan dan kebaikan.
Klo dibayangin berlayar, gue ga akan tau tiba2 ditengah laut terjadi kecelakaan dan salah satu harus dibawa ke darat, yang paling bisa kita minta tolong adalah yang memanggil kita untuk melakukan perlayaran, karena punya semua alat2 untuk segala resiko tugasnya. Mungkin kita kehabisan makan,kapal rusak, ya yang memanggil kita yang bertanggung jawab, karena kita dipanggil untuk memenuhi tujuan si pemanggil
Gak akan ada yang tau apa yang akan terjadi saat proses kita mengarungi pernikahan itu akan terjadi apa, permasalahan gimana. Pihak mana yang bisa gue andalkan? Orang tua, belum tentu panjang umur. Saudara, belum tentu karena mereka juga punya urusan sendiri. Teman, apalagi... Hanya Dia yang bisa kita andalkan, karena Dia yang memanggil kita menikah.
Sebelumnya, gue punya pemikiran, jika menikah dengan anak Tuhan itu 'beda', gak sesulit pernikahan bukan dalam Tuhan. Ya, mungkin sih, tapi dengan analogi berlayar ini, gue makin ngeh klo ternyata pernikahan yang akan kita lewati punya 'medan' yang sama, sama2 berlayar ditengah samudra yang ada ombak, angin, hujan dsb.. Pernikahan yang akan kita jalanin juga 'medan'nya sama, yaitu sama2 hidup di dunia ini yang penuh tantangan cobaan, godaan. Bedanya pernikahan dalam Tuhan, bagaimana kita menyikapi dan sigap menghadapi itu semua, kepada siapa kita menaruh pengharapan, sebagaimana kita bisa bertahan dan bekerjasama dengan pasangan yang adalah partner kita dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Untuk itulah kita sangat2 perlu prepare yang kudu perlu disiapin, bukan terhanyut atau terlena dengan romantisme yang bisa membuat kita lupa daratan, sampai lupa pada realita ttg perbedaan yang harus kita sikapi dan bangun. Menyiapkan 'bahtera' kita, perlengkapan, mental, team work, karena perjalanan panjang & tidak mudah.
Dalam perjalanan, butuh kerjasama team work antara yang bersangkutan, yang diutus dan mengutus. Begitu pernikahan, butuh hubungan komunikasi dan kerjasama, antara suami, istri dan tidak ketinggalan menyertakan Tuhan yang memanggil dan membuat pernikahan itu sendiri, supaya kita bisa menjalani pernikahan sebagaimana mestinya. Punya panutan yang sama, Tuhan Yesus dan kebenarannya sebagai regulasi standard.
Ketika semua orang sepertinya melakukan pelayaran, bukan berarti gue juga harus berlayar. Mau kemana? Siapa yang manggil atau minta gue berlayar? Karena siapa yang 'meminta' gue berlayar itulah yang akan mensupport, bertanggung jawab atas segala hal yang terjadi selama gue melakukan pelayaran itu.
Begitu juga dengan menikah, ketika semua orang menikah, bukan berarti kita harus menikah. Siapa yang memanggil anda untuk menikah? Diri sendiri, kondisi, sekitar atau Tuhan? Karena segala sesuatu harus dipertanggung jawabkan dihapadan Tuhan nanti. Dan siapa yang memanggil, dialah yang 'bertanggung jawab' selama berlangsungnya pernikahan itu.
Gue memutuskan menikah dengan dia bukan karena sudah umurnya gue menikah, bukan karena dia yang kebetulan menjadi pasangan gue pada umur waktunya gue menikah, bukan karena tuntutan hidup atau orang tua, tapi karena Tuhan yang 'memanggil'.
Post ini bukan bermaksud menggurui atau menyindir, ini murni prose pembelajaran gue sendiri. Gue buat post ini, bukan berarti gue sempurna banget menjalani kebenaran2 ttg persiapan menikah, gue dan calon juga masih proses belajar.
Buat kalian yang 'ingin' menikah, atau sedang mempersiapkan pernikahan, gue cuma mau kasih pesan lewat post ini, make sure your marriage is because God's calling. Karena apapun yang kita lakukan, memang harusnya karena kehendak Tuhan. Dia yang memanggil, Dia juga yang bukan hanya akan mendampingi tapi juga menyelesaikannya ( 1 Tes 5:24)
*pict from this link
Gue memutuskan menikah dengan dia bukan karena sudah umurnya gue menikah, bukan karena dia yang kebetulan menjadi pasangan gue pada umur waktunya gue menikah, bukan karena tuntutan hidup atau orang tua, tapi karena Tuhan yang 'memanggil'.
Post ini bukan bermaksud menggurui atau menyindir, ini murni prose pembelajaran gue sendiri. Gue buat post ini, bukan berarti gue sempurna banget menjalani kebenaran2 ttg persiapan menikah, gue dan calon juga masih proses belajar.
Buat kalian yang 'ingin' menikah, atau sedang mempersiapkan pernikahan, gue cuma mau kasih pesan lewat post ini, make sure your marriage is because God's calling. Karena apapun yang kita lakukan, memang harusnya karena kehendak Tuhan. Dia yang memanggil, Dia juga yang bukan hanya akan mendampingi tapi juga menyelesaikannya ( 1 Tes 5:24)
*pict from this link
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^