by Grace Suryani
Kemaren ini, seorang sahabat saya cerita soal kelas bina pranikah
yang diikuti. Dia bilang salah satu hal yang bisa menjadi masalah besar
di dalam hubungan suami istri itu soal keuangan. Gue setuju banget.
Kalo denger kalimat, suami istri ribut gara-gara uang itu kesannya kok
‘duniawi’ sekali, atau bayangan kita itu suami istri bangkrut, ga punya
duit, selama ini ga nabung atau karena sesuatu dan lain hal, tabungan
ludes, so jadi masalah deh. Seolah-olah masalah dengan uang itu pasti
SELALU masalah besar. Ya dan tidak. Ya, ada pasangan suami istri yang
karena mengalami krisis keuangan besar-besaran trus jadi berantem mulu.
Tapi, ga selalu pasangan suami istri berantem karena uang itu artinya
PASTI mereka lagi ngalamin krisis keuangan. Kalo menurut gue yang bikin
masalah itu bukan uangnya, tapi cara pandang kita terhadap uang dan cara
kita memakai uang yang berbeda dengan pasangan kita yang menyebabkan terjadinya masalah.
Yang menarik,dari hasil pengamatan gue terhadap pasangan suami istri di
sekitar gue, dari tiap pasang suami istri, pasti ada salah satu yang
kecenderungannya lebih ‘boros’ daripada yang laen. Jadi kalo misalnya di
pasangan suami istri A dan B, suaminya A lebih boros. Tapi di pasangan
suami istri C dan D, istrinya D yang lebih boros. Tapi jangan salah,
definisi boros di sini tuh bukan selalu berarti menghambur-hamburkan
uang, beli barang-barang mahal melulu. Ga selalu.
Contohnya deh, kalo kalian kenal suami gue, Tepen, pasti kata ‘boros’
itu ga termasuk untuk mendeskripsikan suami gue. :p Suami gue tuh
penampilannya sederhana banget, kaos gratisan, tas juga gratisan.
Pokoknya ga keliatan typical boros deh. Dulu sebelon married, gue pikir
gue bakal lebih boros, eh ternyata oh ternyata, gue justru lebih pelit!
Kita
itu sebenernya dah termasuk pasangan yang pandangan tentang keuangan
tuh ga beda2 jauh. Biasa, typical Chinese family, menabung nomor 1. Tapi
sekalipun kita banyak samanya, tetep ada bedanya. Salah satu ketika
kita lakukan budgeting. Misalnya, XX SGD buat entertainment (makan di
luar, nonton bioskop, dll). Kalo dah mendekati akhir bulan en cuman baru
kepake kurang dari itu, pikiran gue langsung, “Ah, we can save more.”
Sedangkan pikiran Tepen, “Ah, we can spend more. Ayok makan di luar.” :p
Kalo buat beli barang juga gitu. Tepen ternyata suka yang mahal, gue
selalu pilih bukan yang paling mahal. Prinsip ibu-ibu kalo bisa lebih
murah 1 dollar,kenapa harus bayar 1 dollar extra?!?! Definisi Tepen
soal Best Buy adalah membeli barang baru yang paling bagus dan paling
mahal (teknologi terbaru dan tercanggih), sedangkan definisi gue ttg
Best Buy adalah dapet barang yg gue mau dengan harga yang paling miring
sekalipun harus nunggu lama (gue dulu biasa beli pakaian musim dingin DI
AKHIR musim dingin :p soalnya itu harga paling miring. En gue rela
nunggu setaon buat bisa pake lagi hehehe).
Awal-awal
tuh bĂȘte banget. Kok kamu beda banget sih?!?! Tapi lama-lama, gue jadi
sadar, BEDA ITU BAGUS! Kalo gue dapet suami yang sama-sama pelitnya sama
gue, sengsaralah gue. Nimbun duit kagak pernah dipake. Kalo Tepen dapet
istri yang sama-sama maunya yang paling mahal, bangkrut lah dia. :p Loe
beli laptop paling mahal, gue beli sepatu paling mahal. Justru pola
keuangan kita yang beda ini lah yang membuat bisa terjadinya
keseimbangan. Ada saatnya memang harus menahan diri, ada saatnya emank
harus keluarin duit.
Kata orang, money
talks. Menurut gue, so can we. Uang bisa ‘ngomong’, kita juga bisa
ngomong. Jadi jangan biarkan perbedaan cara mengelola keuangan jadi
boomerang buat pernikahan. Justru itu bisa jadi salah satu kekuatan kita
untuk membangun pernikahan yang lebih tahan uji. Beberapa hal yang gue
pelajari selama bergumul soal perbedaan kita :
1. Always believe in ur spouse’s good intention
Biasanya
yang paling bikin ribut bukan pandangan kita beda. Tapi karena kita GA
PERCAYA kalo pasangan kita itu memikirkan ‘kesejahteraan’ keluarga kita.
Sering kita pikir, yang paling bener itu cara gue. So ketika pasangan
kita bilang, “We must spend this amount of money.”, kadang yang langsung
muncul adalah, “LOE MAU KITA JADI MISKIN HAH?!!?” Atau mungkin ketika
pasangan kita mengingatkan “Kayaknya bulan ini dah kebanyakkan
belanja.”, yang ada di pikiran kita adalah, “LOE GA MAU GUE HAPPY
YAH?!?! Masak gue kerja cape-cape beli ini aja ga boleh.”
Pikiran-pikiran
negative itu muncul karena kita pikir pasangan kita itu tidak peduli
dgn our family’s welfare. Padahal belon tentu!! Di dalam banyak
‘perdebatan’, akhirnya gue menemukan bahwa sekalipun solusi kita berdua
tuh kadang2 bisa bertolak belakang tapi yang mendasari kita memikirkan
solusi itu adalah karena kita memikirkan pasangan kita!!
Jadi
pertama, ketika denger pandangan super aneh dari pasangan kita, CALM
DOWN! Take time to pray and say to urself, “He loves me … he loves me …
he loves our family.”
2. Listen first!
Kita baru
bisa mendengarkan dengan efektif kalo kita sudah lakukan point no 1.
Selama kita belon bener-bener yakin kalo pasangan kita itu mikirin kita,
apapun yang dia ngomong pasti jadi angin lalu dah. Angin mamiri, masuk
ke kanan keluar ke kiri.
Setelah kita believe in our
spouses. Let them explain. “Kamu kok mikir kayak gitu, apa alasannya?”
“Kenapa menurutmu kita harus beli sekarang?”, “Kenapa kau bilang JANGAN
beli sekarang?”
Sambil mereka menjelaskan, try to be an
active listener. Caranya adalah dengan memastikan persepsi yang kita
tangkap itu sama dengan yang pasangan kita maksud. Kita bisa bilang, “Oh
jadi, menurutmu jangan beli sekarang karena blablabalabla. Bener ga?”
3. Explain ur way of thinking
Sebagian
besar pertengkaran biasanya bisa selesai kalo kita melakukan dua step
di atas. :p coz yah sebenernya banyak pertengkaran itu terjadi karena
kita punya persepsi yang salah dengan pasangan kita. begitu kita
mengerti cara berpikirnya dia, begitu kita ngeh oohh ternyata dia
bener-bener mikirin kesejahteraan keluarga, biasanya udah tenang deh.
Tapi kadang sekalipun pasangan kita sudah menjelaskan, persepsinya
sudah sama, kita tetep ga setuju. And that’s fine. Setelah dia jelasin,
baru kita juga jelasin kenapa kita berpikir hal yang beda. Apa
alasannya. Apa pertimbangannya.
4. Pray
Dan ga
jarang guys, pembicaraan tidak bisa selesai dalam 1 sesi. Mungkin karena
udah harus buru-buru ke kantor, atau hal lainnya. En itu juga wajar. So
ladies, don’t push ur hubby to solve all conflict NOW! :p kadang cara
terbaik untuk menyelesaikan perbedaan pendapat adalah dengan break.
Masing-masing pihak2 sama cooling down dan ambil waktu buat berdoa.
Minta Tuhan entah ubah hati kita dan bekerja menyatakan maksud-Nya.
Kita tuh hidup ga lepas dari uang. Apakah masalah keuangan bisa
menghancurkan pernikahan atau justru memperkokoh itu tergantung kita.
Apa kita mau belajar menerima pandangan pasangan yang berbeda, dan ga
hanya menerima tapi juga MENSYUKURI bahwa Tuhan kasih kita pasangan yang
BEDA BANGET.
Money talks, so can we : )
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^