by Alphaomega Pulcherima Rambang
Pernikahan benar-benar mengerikan,fiuh.Semua kebusukanku
keluar,dan aku sungguh menyadarinya.Dengan seseorang yang hidup
bersamaku,mau gak mau aku menjadi diriku sendiri.Tidak ada ruang untuk
kepura-puraan,gak pakai jaim,gak sempat mikir sebelum
berkata-kata,inilah diriku apa adanya...Sad but true,tapi beberapa bulan
bersama abangku,aku makin menyadari betapa parahnya
kekeraskepalaanku,kemalasanku,atau mulutku yang ternyata masih susah
dikendalikan.Haissss....
Abangku gak pernah mengatakannya sih,tapi aku sempat
bertanya-tanya dalam hati,abangku menyesal gak sih menikah
denganku,huhuhuhu...*sedih*.Secara,bidadari (oke,abaikan saja ini :p)
yang berjanji bersamanya di hadapan Tuhan pada saat pemberkatan nikah
berubah menjadi monster pemberontak yang malas bin berlidah
pedas.Hiks.Pernikahan mengubahku.Oke,kurang tepat.Pernikahan
mengeluarkan sisi terburukku dengan jelas.Tanpa sungkan-sungkan
terkadang aku menentang abangku,aku menunda-nunda melakukan sesuatu dan
aku berkomentar dengan sadis saat berbeda pendapat dengannya.Tuhan tahu
betapa aku berjuang untuk mengubah kelakuaanku,dan aku masih sering
gagal.
Dah sadar kalau salah?Minta maaf dong Meg?
Yup,aku dah minta maaf.Dan abangku berulang kali bermurah hati
memberikan maafnya.Tapi tetap aja aku berasa gagal menjadi istri yang
baik baginya.Boro-boro menjadi istri yang berkenan di hadapan
Tuhan,menyenangkan abangku pun aku sering gagal.
Baru-baru ini pun aku mencari alasan untuk tidak
mendengarkan perkataannya,aku berusaha membenarkan diriku,untuk menutupi
kemalasanku.Apakah abangku memarahiku?Tidak.
Tapi dengan jujur dia menegur kalau alasanku sebenarnya untuk menutupi kemalasanku,aku tertampar.Kemudian abangku tidak pernah berdebat masalah kemalasanku,yang dilakukannya kemudian 'menamparku' lebih keras,dia memberikan contoh melalui perbuatannya,bukan dengam kata-kata.Huhuhuhu,gimana aku gak menyesal.Tobat Meg...Tobat...Aku berusaha berubah.Susah sekali menjadi istri yang rajin.Jadi pengen melambaikan tangan kamera,apalagi kalau membandingkan diri dengan istri yang cakap di Amsal 31,aku juaaaauuuuhhhhhh...banget #sigh.
Tapi dengan jujur dia menegur kalau alasanku sebenarnya untuk menutupi kemalasanku,aku tertampar.Kemudian abangku tidak pernah berdebat masalah kemalasanku,yang dilakukannya kemudian 'menamparku' lebih keras,dia memberikan contoh melalui perbuatannya,bukan dengam kata-kata.Huhuhuhu,gimana aku gak menyesal.Tobat Meg...Tobat...Aku berusaha berubah.Susah sekali menjadi istri yang rajin.Jadi pengen melambaikan tangan kamera,apalagi kalau membandingkan diri dengan istri yang cakap di Amsal 31,aku juaaaauuuuhhhhhh...banget #sigh.
Lucunya,saat aku bertanya,setelah menikah,apa keburukanku yang nyata benar daripada sebelum menikah.Jawaban abangku adalah...
JRENG...JRENG...
Keras kepalaku makin parah katanya.Aku tidak mau kalah darinya.
WHATTT???
Dia gak komplain tentang kemalasanku,atau mulutku yang kadang pedes
(habis dicabein),ternyata eh ternyata kesulitanku menundukkan diri
padanya yang jadi perhatiannya.
Mudah untuk menuliskan tentang submit dan obey.Bahkan,saat
aku merasa sudah tunduk pun ternyata aku masih keras kepala.Jika di masa
pra nikah aku menyadari kekeraskepalaanku dan berjuang untuk
tunduk,menikah tidak secara otomatis membuat penundukan diri menjadi
lebih mudah.Aku masih perlu berlatih.Tahu kebenaran dan melakukan
kebenaran adalah 2 hal yang sangat berbeda.
Benarlah yang dituliskan Gary Thomas dalam bukunya Sacred Marriage:
Karena ada begitu banyak kejahatan di dalam diri kita-bukan hanya nafsu,tetapi juga keegoisan,amarah,hasrat untuk mengontrol orang lain,dan bahkan kebencian-kita harus masuk dalam hubungan yang intim dengan seseorang,sebagaimana yang ada dalam pernikahan.Melaluinya,berbagai sikap dan perilaku jahat kita akan disingkapkan,sehingga kita bisa melihat dengan jelas dan membereskan masalah-masalah dalam diri kita itu.
Karena ada begitu banyak kejahatan di dalam diri kita-bukan hanya nafsu,tetapi juga keegoisan,amarah,hasrat untuk mengontrol orang lain,dan bahkan kebencian-kita harus masuk dalam hubungan yang intim dengan seseorang,sebagaimana yang ada dalam pernikahan.Melaluinya,berbagai sikap dan perilaku jahat kita akan disingkapkan,sehingga kita bisa melihat dengan jelas dan membereskan masalah-masalah dalam diri kita itu.
Aku mengalaminya,masalah penundukan rupanya masih menjadi
pergumulan bagiku.Semakin jelas.Apakah aku akan memenangkan pergumulan
ini?I hope so.Betapa aku membutuhkan Tuhan mengubahku dalam sekejap
sehingga aku gak perlu menyakiti abangku dengan menentangnya.Tapi
sayangnya (atau syukurlah?;)),aku harus berproses. Belajar dan berlatih
dalam setiap kesempatan yang diberikan Tuhan dalam pernikahanku untuk
mengubahku.
Pernikahan sangat berbahaya.Pernikahan dapat mengubah kita menjadi lebih buruk.Atau lebih baik.Yang mana pilihanmu?
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete