Thursday, July 23, 2015

Bahaya Pernikahan

by Alphaomega Pulcherima Rambang

Pernikahan benar-benar mengerikan,fiuh.Semua kebusukanku keluar,dan aku sungguh menyadarinya.Dengan seseorang yang hidup bersamaku,mau gak mau aku menjadi diriku sendiri.Tidak ada ruang untuk kepura-puraan,gak pakai jaim,gak sempat mikir sebelum berkata-kata,inilah diriku apa adanya...Sad but true,tapi beberapa bulan bersama abangku,aku makin menyadari betapa parahnya kekeraskepalaanku,kemalasanku,atau mulutku yang ternyata masih susah dikendalikan.Haissss....

Abangku gak pernah mengatakannya sih,tapi aku sempat bertanya-tanya dalam hati,abangku menyesal gak sih menikah denganku,huhuhuhu...*sedih*.Secara,bidadari (oke,abaikan saja ini :p) yang berjanji bersamanya di hadapan Tuhan pada saat pemberkatan nikah berubah menjadi monster pemberontak yang malas bin berlidah pedas.Hiks.Pernikahan mengubahku.Oke,kurang tepat.Pernikahan mengeluarkan sisi terburukku dengan jelas.Tanpa sungkan-sungkan terkadang aku menentang abangku,aku menunda-nunda melakukan sesuatu dan aku berkomentar dengan sadis saat berbeda pendapat dengannya.Tuhan tahu betapa aku berjuang untuk mengubah kelakuaanku,dan aku masih sering gagal.

Dah sadar kalau salah?Minta maaf dong Meg?
Yup,aku dah minta maaf.Dan abangku berulang kali bermurah hati memberikan maafnya.Tapi tetap aja aku berasa gagal menjadi istri yang baik baginya.Boro-boro menjadi istri yang berkenan di hadapan Tuhan,menyenangkan abangku pun aku sering gagal.

Baru-baru ini pun aku mencari alasan untuk tidak mendengarkan perkataannya,aku berusaha membenarkan diriku,untuk menutupi kemalasanku.Apakah abangku memarahiku?Tidak.
Tapi dengan jujur dia menegur kalau alasanku sebenarnya untuk menutupi kemalasanku,aku tertampar.Kemudian abangku tidak pernah berdebat masalah kemalasanku,yang dilakukannya kemudian 'menamparku' lebih keras,dia memberikan contoh melalui perbuatannya,bukan dengam kata-kata.Huhuhuhu,gimana aku gak menyesal.Tobat Meg...Tobat...Aku berusaha berubah.Susah sekali menjadi istri yang rajin.Jadi pengen melambaikan tangan kamera,apalagi kalau membandingkan diri dengan istri yang cakap di Amsal 31,aku juaaaauuuuhhhhhh...banget #sigh.
Lucunya,saat aku bertanya,setelah menikah,apa keburukanku yang nyata benar daripada sebelum menikah.Jawaban abangku adalah...
JRENG...JRENG...
Keras kepalaku makin parah katanya.Aku tidak mau kalah darinya.

WHATTT???
Dia gak komplain tentang kemalasanku,atau mulutku yang kadang pedes (habis dicabein),ternyata eh ternyata kesulitanku menundukkan diri padanya yang jadi perhatiannya.

Mudah untuk menuliskan tentang submit dan obey.Bahkan,saat aku merasa sudah tunduk pun ternyata aku masih keras kepala.Jika di masa pra nikah aku menyadari kekeraskepalaanku dan berjuang untuk tunduk,menikah tidak secara otomatis membuat penundukan diri menjadi lebih mudah.Aku masih perlu berlatih.Tahu kebenaran dan melakukan kebenaran adalah 2 hal yang sangat berbeda.

Benarlah yang dituliskan Gary Thomas dalam bukunya Sacred Marriage:
Karena ada begitu banyak kejahatan di dalam diri kita-bukan hanya nafsu,tetapi juga keegoisan,amarah,hasrat untuk mengontrol orang lain,dan bahkan kebencian-kita harus masuk dalam hubungan yang intim dengan seseorang,sebagaimana yang ada dalam pernikahan.Melaluinya,berbagai sikap dan perilaku jahat kita akan disingkapkan,sehingga kita bisa melihat dengan jelas dan membereskan masalah-masalah dalam diri kita itu.

Aku mengalaminya,masalah penundukan rupanya masih menjadi pergumulan bagiku.Semakin jelas.Apakah aku akan memenangkan pergumulan ini?I hope so.Betapa aku membutuhkan Tuhan mengubahku dalam sekejap sehingga aku gak perlu menyakiti abangku dengan menentangnya.Tapi sayangnya (atau syukurlah?;)),aku harus berproses. Belajar dan berlatih dalam setiap kesempatan yang diberikan Tuhan dalam pernikahanku untuk mengubahku.


Pernikahan sangat berbahaya.Pernikahan dapat mengubah kita menjadi lebih buruk.Atau lebih baik.Yang mana pilihanmu?

1 comment:

  1. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Share Your Thoughts! ^^