by Lia Stoltzfus
“Rafa, come... I can read the book for you. Let mama rest...”
Demikian kata si sulung yang menawarkan diri untuk membantu ketika adiknya meminta mama membacakan buku. Anak berusia 6 tahun. Hati saya tersentuh oleh kepeduliannya. Ya, gantian saya yang sakit setelah dua minggu merawat keempat anak saya yang bergantian sakit. Saya pun demam dan sakit kepala karena kurang tidur berhari-hari mengurus anak-anak yang sakit. Tapi si sulung sudah lebih baik, dan malam itu dia menulis catatan ini.
“Thank you for being a kind mama.”
What a gratitude, what an appreciation, what a title I love to get. “A kind mama.”
Saya merenung. Showing kindness, loving my children, sacrificing for them… Those things did NOT come naturally for me. Waktu mereka masih bayi, sepertinya iya. Secara natural saya mau melakukan apa saja untuk mereka. Rela deh, mau bangun tengah malem berapa kali buat nenenin juga oke, mau ribet masak ini itu untuk MPASI anak juga ayo, mau bikin aktivitas ini itu untuk stimulasi anak juga diladenin. But as they grow, saya berhadapan dengan ketidaktaatan, kerewelan, bad attitude, dan juga serangkaian tingkah laku mereka yang tidak menyenangkan. Saya pun capek. Come on, that is realitanya kan… Babies are cute, so easy for us to forgive. They kick us tanpa sengaja, kepala nyundul kena bibir sampe jontor dan berdarah, gak mungkin kan kita pukul atau marahi dengan bilang, “Hati-hati dong kamu, gak bisa diem amat!” Tapi gimana kalo anak umur 4 tahun yang kayak gitu? Yang sudah beberapa kali kita peringatkan untuk gak salto atau menari-nari di ranjang deket mama yang lagi sibuk maen hp? (Ups?)
A kind mama
adalah seorang mama yang murah hati, penuh kasih, lembut, punya kehendak baik, memikirkan orang lain daripada dirinya sendiri.
A kind mama
adalah seorang yang generously forgive ketika si anak mengucapkan kata-kata yang bikin kesal atau sedih, tidak menghargai segala usaha yang kita lakukan untuk memberi yang terbaik.
A kind mama
adalah seorang yang menahan lidahnya, mengigit bibirnya untuk tidak mengucapkan kata-kata yang menyakitkan atau melukai, yang memilih diam dan tidak marah-marah, tidak mengecam, menghakimi dan melakukan manipulasi emosional.
Kindness:
benevolence, humanity, generosity, charity, sympathy, compassion, tenderness, goodwill.
(Kebaikan: kebajikan, rasa kemanusiaan, kemurahan hati, kasih, simpati, belas kasihan, kelembutan, niat baik.)
Sejujurnya, saya masih sangat jauh dari definisi itu semua. Tapi saya sedang terus belajar mengembangkan karakter tersebut. Kindness adalah karakter yang bisa kita latih kembangkan, serta merupakan buah Roh, hasil persekutuan kita dengan Tuhan.
Tetapi buah Roh adalah kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, dan penguasaan diri.
(Galatia 5:22-23)
Kebaikan juga adalah kebiasaan yang bisa kita latih tiap hari. Setiap hari kita punya kesempatan untuk memilih bersikap baik, bukannya cuek atau malah kasar.
Yang jadi pertanyaan besar adalah bagaimana kita bisa exercising God’s kindness to others?
1) Start with your home
Buat yang single, be kind to your parents and siblings, lakukan hal yang baik bagi orang-orang di sekitarmu. Contohnya:
- Inisiatif membantu mama mengerjakan pekerjaan rumah. “Ma, aku bantu cuci piring ya. Mama istirahat deh.”
- Membelikan ART makanan kesukaannya. “Mbak, saya beliin somay buat kamu nih... Saya liat tukang somay lagi nongkrong pas jalan pulang, inget kamu suka ini.”
- Merapikan kamar adik laki-lakimu yang super berantakan dan tulis note kecil, “Kamar rapi, bersih dan nyaman bikin suasana hati senang dan konsen belajar. Semangat yah dek belajar untuk ujiannya.”
- Bikinin papi teh hangat jahe ketika papi pulang kantor hujan-hujanan.
- Ajak oma jalan-jalan di taman, dorong kursi rodanya, sepanjang jalan ajakin oma ngobrol.
Buat yang sudah menikah, lakukan itu untuk suami dan anak-anakmu, juga ART atau mertua yang tinggal di rumahmu.
- Ketika terjadi konflik dengan suami, jaga nada suara agar tidak jadi kurang ajar, terutama ketika mengemukakan ketidaksetujuan atau perbedaan pendapat.
- Tahan lidah, gigit bibir untuk gak “nyaut”, untuk berhenti ngoceh-ngoceh atau ngedumel. Kalo emang anak salah, yah cukup ditegur tapi tidak perlu panjang-panjang dan berlarut-larut (emangnya seminar).
- Memaafkan mertua atau ipar yang tinggal serumah apabila ada kata-kata mereka yang cukup “nyelekit”.
- Be kind to the children saat mereka menolak makan dan bilang, “Gak enak! Aku gak suka ini. Kenapa kita gak makan di luar aja?” Jaga kata-kata agar tetap baik, tidak jadi tajam dan menyakitkan.
- Memuji anak untuk apa yang mereka buat. Bilang terima kasih kepada suami ketika suami membantu mengerjakan pekerjaan rumah.
2) Proaktif untuk melakukan hal yang baik bagi orang lain
Cari kesempatan untuk melakukan kebaikan pada orang lain. Jangan hanya bereaksi. 2 Sam 9:1 mencatat bahwa raja Daud berusaha mencari jalan untuk show kindness to others. Luar biasa ya; sekalipun sahabatnya, Yonatan, sudah meninggal, tapi Daud tetap mau berbuat kebaikan untuk keturunan Yonatan.
Biarlah kita juga menjadi Tabita-Tabita akhir zaman (Kisah Para Rasul 9:36) yang terkenal sebagai murid Tuhan yang murah hati dan suka menolong. Proaktif, “tanya Tuhan”, kepada siapa Dia mau menunjukkan kebaikan-Nya melalui kita. Tuhan bisa kasih kita kepekaan loh. Dan kalo kita belajar peka dan taat sama Roh Kudus, kita benar-benar bisa jadi perpanjangan tangan kasih Tuhan untuk menolong orang lain di saat yang tepat.
Saya gak pernah bisa lupa, 11 Juli 2011 dini hari suami saya telpon dan kasih tau bahwa papa saya meninggal. Suami sedang dalam perjalanan ke Bangkok ketika mama saya telpon dan memberi kabar. Saya menangis memeluk bayi saya yang masih berusia 8 minggu di kota asing sendirian. Sekitar jam 10 pagi, seorang teman datang ke rumah membawakan cupcakes buat saya. Sambil buka pintu saya tanya, “How do you know?” dan dia terlihat keheranan, tidak mengerti apa yang saya maksud. Ternyata dia memang tidak tahu kalo papa saya baru saja meninggal, tapi dia ada dorongan untuk visit saya dan membawakan cupcakes yang baru saja dibuatnya. She cried with me, hugged me, and prayed for me. What a blessing to have a friend around while my husband was away and I was processing sadness alone.
Ada banyak peristiwa yang saya anggap sebagai “a hug from heaven” ketika orang meneruskan kebaikan Tuhan kepada saya yang bisa saya ceritakan, tapi kesaksian tadi adalah salah satu yang paling berkesan untuk saya. Saya pun mau belajar taat dan peka terhadap pimpinan Tuhan ketika Dia menggerakkan saya untuk melakukan sesuatu untuk orang lain.
3) Renungkan dan hafalkan ayat-ayat tentang kindness
Kalau saya sedang mau bertumbuh dalam suatu area, biasanya saya suka kumpulkan ayat-ayat yang berkaitan dengan hal tersebut. Misalnya saya mau belajar tentang self-control, saya akan baca dan hafalkan ayat-ayat tentang pengendalian diri; karena dengan menyimpan kebenaran/Firman Tuhan dalam hati dan pikiran kita, Roh kudus akan dengan mudah memakai itu untuk mengingatkan kita atau menjadikan ayat-ayat tersebut sebagai sumber encouragement untuk kita.
Nah untuk kindness ada tujuh ayat yang saya pilih dari Amsal yang kita bisa baca, renungkan dan hafalkan.
- Perempuan yang baik hati beroleh hormat; sedangkan seorang penindas beroleh kekayaan. (11:16)
- Orang yang murah hati berbuat baik kepada diri sendiri, tetapi orang yang kejam menyiksa badannya sendiri. (11:17)
- Orang benar memperhatikan hidup hewannya, tetapi belas kasihan orang fasik itu kejam. (12:10)
- Kekuatiran dalam hati membungkukkan orang, tetapi perkataan yang baik menggembirakan dia. (12:25)
- Siapa menghina sesamanya, berbuat dosa; tetapi berbahagialah orang yang menaruh belas kasihan kepada orang yang menderita. (14:21)
- Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. (19:17)
- Orang yang memperbanyak hartanya dengan riba dan bunga uang, mengumpulkan harta itu untuk orang-orang yang mempunyai belas kasihan kepada orang-orang lemah. (28:8)
Yuk kita sama-sama belajar bertumbuh dalam karakter ini. Pikirkan jawaban dari pertanyaan ini: Hal praktis apa yang kita bisa lakukan untuk menunjukkan kebaikan kepada orang lain? How am I exercising God’s kindness toward my family members, and toward others, so I will have a testimony of goodness?
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^