by Leticia Seviraneta
When purpose is not known, abuse is inevitable – Myles Munroe
Belum lama ini, media publik tersita perhatiannya oleh pernikahan Pangeran Harry dengan Megan Markle. Salah satu hal yang menjadi sorotan adalah kata “taat” kepada suaminya yang dilewatkan oleh Megan ketika mengucapkan janji pernikahan—yang bersifat tradisional itu. Pangeran Harry dan Megan hanya masing-masing berjanji untuk mengasihi, menghibur, menghargai, melindungi, dan setia satu sama lain. Bagian “taat” yang dilewatkan Megan juga dilakukan oleh Lady Diana dan Kate Middleton. Di era modern saat ini, banyak yang berpendapat bahwa kata “taat” sudah tidak sesuai dengan perubahan status wanita di mata masyarakat. Terlebih lagi dengan latar belakang seorang feminis yang memperjuangkan persamaan hak pria dan wanita, tidaklah mengherankan bagi seorang Megan Markle untuk juga melewatkan bagian itu.
Seiring dengan banyaknya pendapat yang beredar mengenai status dan peranan wanita masa kini, telah terjadi kebingungan akan apa sesungguhnya tujuan wanita diciptakan. Apakah wanita diciptakan hanya untuk menghasilkan keturunan dan mengurus rumah tangga? Apakah status wanita sama dengan pria di dalam keluarga sehingga ia pun dapat mengambil keputusan penting? Apakah wanita dinilai inferior jika dibandingkan pria, sehingga kita harus taat kepada mereka? Apakah wanita dapat menjalankan karir dan mengurus rumah tangga dengan seimbang? Pertanyaan-pertanyaan ini banyak dilontarkan, namun sedikit jawaban yang benar-benar memberikan jalan keluar yang pasti. Rancangan Tuhan yang sesungguhnya—ketika Dia menciptakan wanita—menjadi kabur karena tidak ada yang mencari kepada Tuhan sebagai sumber jawaban atas pergumulan ini.
Tidak ada yang lebih mengetahui tujuan sesuatu diciptakan selain dari Pencipta-nya sendiri. Kita dapat mencari ke mana saja untuk menerka alternatif tujuan sesuatu diciptakan. Namun besar kemungkinannya bahwa jawaban yang kita temukan dari tempat lain tidaklah benar. Sama halnya dengan tujuan akan keberadaan wanita, maka yang terbaik adalah menanyakannya kepada Sang Pencipta: Tuhan.
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia."
– Kejadian 2:18 [TB]
Tujuan Tuhan menciptakan wanita tertulis dengan jelas di Kejadian 2:18. Allah menyatakan bahwa tidaklah baik untuk pria (dalam hal ini Adam) seorang diri saja. Disebutkan demikian karena manusia memang diciptakan Tuhan sebagai makhluk sosial. Sebagai solusi akan hal itu, wanita pertama (Hawa) diciptakan untuk menjadi penolong bagi Adam, yang sepadan dengannya.
Kata “penolong yang sepadan” dalam terjemahan Alkitab King James Version (KJV) menggunakan kata “help meet” dan terjemahan Inggris yang lebih modern menggunakan kata “helper suitable for him,” “companion.” Di dalam bahasa aslinya, bahasa Ibrani, kata yang digunakan untuk ini adalah “ezer” (baca: ay-zer) yang artinya adalah seseorang yang memberikan bantuan atau melayani seseorang. Kata “ezer” ini muncul sebanyak 21 kali di sepanjang Perjanjian Lama. Dua kali digunakan dalam konteks penciptaan wanita pertama, tiga kali dalam konteks seseorang meminta pertolongan di situasi yang mengancam, serta 16 kali digunakan dalam konteks yang mengacu kepada Tuhan sebagai penolong. Dari semua konteks penggunaan kata “ezer”, tidak diragukan lagi bahwa jenis bantuan yang seorang “ezer” berikan sangatlah vital dan signifikan untuk menolong.
Jadi, tujuan original Tuhan ketika menciptakan wanita adalah untuk menjadi penolong yang sepadan bagi pria. Penolong dalam hal apakah itu? Penolong untuk mewujudkan visi yang telah dipercayakan Tuhan kepada pria.
Sebelum Hawa diciptakan, Tuhan telah memberikan visi dan pekerjaan kepada Adam untuk mengelola taman Eden dan memberikan nama kepada setiap hewan yang telah Ia ciptakan (yang juga menunjukkan otoritas Adam atas mereka dan mewujudkan visi Tuhan untuk manusia berkuasa atas segala ciptaan-Nya.)
TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu.
– Kejadian 2:15 [TB]
Lalu TUHAN Allah membentuk dari tanah segala binatang hutan dan segala burung di udara. Dibawa-Nyalah semuanya kepada manusia itu untuk melihat, bagaimana ia menamainya; dan seperti nama yang diberikan manusia itu kepada tiap-tiap makhluk yang hidup, demikianlah nanti nama makhluk itu
– Kejadian 2:19 [TB]
Banyak orang yang menolak konsep wanita sebagai penolong pria karena kesalahpahaman akan arti dari penolong itu sendiri. Tidak sedikit pula yang menganggap status penolong seolah-olah lebih rendah (inferior) dari yang ditolong. Hal ini jelas tidak benar karena Tuhan jelas menyatakan bahwa penolong itu sepadan dengan Adam. Kata sepadan juga diterjemahkan “suitable, complementary” yang berarti saling melengkapi. Jadi jelas tujuan wanita sebagai penolong tidak menempatkan wanita lebih rendah dari pria. Pria dan wanita diciptakan setara di mata Tuhan karena sama-sama merefleksikan gambar dan rupa Allah.
Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka.
– Kejadian 1:27 [TB]
Pria dan wanita diciptakan sama serupa dengan gambar Allah, namun dengan peranan yang berbeda. Secara sederhana, penolong melakukan yang tidak dapat dilakukan oleh yang ditolong. Misalnya, seorang wanita mengandung dan melahirkan. Hal ini tidak dapat dilakukan oleh pria, sehingga wanita menolong pria untuk menghasilkan keturunan. Seorang pria yang bekerja penuh waktu di luar rumah, tidak dapat mengasuh dan mendidik anak secara penuh waktu. Sehingga bila wanita menjalankan peranan dalam mengasuh dan mendidik anak ketika pria sedang bekerja di luar rumah, itu berarti wanita menolong sang pria. Itulah mengapa peranan penolong yang sepadan ini berarti saling melengkapi. Sebagai individu yang sudah dewasa, mungkin saja pria atau wanita ini dapat melakukan itu semua sendiri. Namun, bila ada teamwork atau kolaborasi yang baik antar keduanya, hasil yang dihasilkan akan jauh lebih hebat daripada dilakukan sendiri. Sang pria dapat fokus di pekerjaannya karena mengetahui bahwa istrinya di rumah menjalankan peranannya sebagai istri dan ibu dengan baik. Karena dapat fokus, sang pria dapat berhasil dalam karirnya dengan lebih baik lagi. Bila semua peranan itu dijalankannya sendiri, ia akan menjadi individu yang kelelahan dan semua pekerjaannya hasilnya akan tidak maksimal atau bahkan di bawah standar yang seharusnya.
Namun, tujuan wanita sebagai penolong yang sepadan bagi pria sesungguhnya jauh lebih besar dari sekedar melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga bagi pria. Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, Hawa diciptakan untuk menjadi co-partner dari Adam dalam mewujudkan visi yang Tuhan telah berikan kepada Adam. Ini berarti Tuhan menghendaki wanita untuk menjadi penyemangat, penolong, dan supporter sang pria dalam mimpi-mimpi hidupnya. Oleh karenanya, sangatlah penting sebelum kita menjadikan seorang pria suami kita, kita perlu menanyakan apa visi dan mimpi hidupnya. Karena kita sebagai wanita memiliki peranan untuk menolongnya mewujudkan visinya tersebut. Jangan menikah dengan pria yang visinya tidak dapat kita dukung dan jangan menjadi wanita yang hendak menyetir suami kita ke arah yang kita mau pergi karena itu bukanlah rancangan Tuhan untuk kita.
Dengan diputarbalikkannya pemahaman akan urutan rancangan awal Tuhan mengenai pria dan wanita ini, banyak wanita di zaman sekarang yang enggan untuk mendukung dan mengikuti visi pria ketika mereka merasa tidak nyaman. Misalnya, seorang istri yang enggan untuk pindah dari kota ke desa, ke luar negeri, atau ke tempat lain di mana sang pria ingin pergi untuk mewujudkan mimpinya. Banyak wanita suka mengambil alih kepemimpinan pria dalam menentukan arah rumah tangga mereka. Namun sebagai wanita yang telah ditebus oleh darah Yesus dan menjadikan kita anak-anak Allah, kita tahu bahwa rancangan Allah sejak semula adalah yang terbaik. Sang Pencipta benar-benar mengetahui bahwa rancangan yang dibuat-Nya akan bekerja untuk kebaikan dan keharmonisan; sementara bila kita menentang rancangan-Nya, kita akan mengalami kekacauan dan ketidakharmonisan.
Lalu, apakah itu berarti tujuan Tuhan bagi wanita adalah untuk menikah dan menjadi istri sehingga dapat menjadi penolong yang sepadan bagi pria? Bagaimana dengan wanita yang masih single? Apakah hanya bila ia menikah ia dapat mewujudkan tujuan Tuhan atas hidupnya? Tentu tidak. Ketika wanita belum menikah, dia pun menjalankan hidupnya sebagaimana anak Tuhan yang diberikan visi dan mimpi yang besar. Bila seorang wanita sudah memiliki mimpi sebelum menikah, maka yang dapat dilakukannya adalah menentukan pasangan yang sejalan dengan mimpinya tersebut.
Tuhan banyak berkarya di dalam hidup orang-orang yang single. Paulus, rasul yang luar biasa, tidak menikah demi melayani Tuhan (1 Korintus 7:7-9). Ketika masih single, wanita pun dapat memenuhi tujuan Tuhan atas hidupnya dengan melayani-Nya di area yang Tuhan taruh di hatinya. Wanita dapat mempersiapkan dirinya untuk menjadi penolong yang baik dengan bertumbuh di dalam Tuhan, taat kepada perintah-perintah-Nya, taat kepada otoritas yang ditempatkan dalam hidupnya (misalnya orang tua dan pemimpin gereja), dsb. Karena untuk menjadi penolong ketika sudah menikah kelak tentu tidak mudah bila kita tidak terbiasa untuk taat dan berada di bawah naungan perlindungan otoritas di atas kita saat ini.
“Siapa mendapat isteri, mendapat sesuatu yang baik, dan ia dikenan TUHAN.”
– Amsal 18:22 [TB]
Jika teman-teman adalah seorang istri, ingatlah bahwa kita diciptakan untuk memenuhi suatu kebutuhan dan ketika kita memenuhi kebutuhan tersebut kita adalah “sesuatu yang baik,” seorang penolong yang sepadan untuk memenuhi kebutuhan laki-laki. Ini adalah rancangan Tuhan atas hidup kita. Secara alami, kita akan diperlengkapi dalam segala aspek untuk menjadi penolong suami :)
Ketika kita taat atas rancangan Tuhan mengenai hidup kita dan didorong dengan motivasi tulus untuk membantu hidup suami agar lebih efektif dan mudah, suami pun akan mengetahui bahwa dia memiliki seorang wanita bijak dan penolong yang sejati. Dia akan menerima penghargaan dari pria-pria lain karena memiliki istri yang luar biasa.
Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya.
– Amsal 12:4 [TB]
Sedikit wanita menyadari bahwa dia juga menolong untuk merealisasikan pekerjaan Tuhan ketika dia menjadi penolong suaminya. Ya, karena melayani suami sama dengan melayani Tuhan juga. Bila suami menjengkelkan, tidak layak dihormati, dsb, lakukan peran kita sebagai penolong berdasarkan ketaatan kepada Kristus. Hal ini akan memudahkan kita untuk menyingkirkan perasaan tidak suka, perasaan kesal, dan melayani gambaran yang lebih besar daripada yang kelihatan, tujuan Allah itu sendiri. Let us fulfill our calling and God’s purpose for us so that many will be blessed through our harmonious marriage.
“When you are a help meet to your husband, you are a helper to Christ.” – Debi Pearl
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^