by Grace Suryani Halim
Sebagai istri,
Kita merindukan suami yang mau menjadi imam dalam keluarga.
Namun ketika suami kita menegur kesalahan kita dan mengingatkan kita, kita marah dan berkata, “Kamu pikir kamu Tuhan? Kamu juga masih blablabla” (dan kita membeberkan semua kesalahan dan dosa-dosanya).
Kita mengharapkan suami kita menjadi pemimpin,
Namun ketika ada masalah dan suami kita menetapkan suatu keputusan, kita berpikir bahwa keputusannya kurang pas/kurang baik/kurang tepat/kurang efisien/kurang memikirkan orang laen dan kita mengatakan bahwa keputusan kita lebih baik daripada keputusannya.
Ketika di lain waktu ia memimpin suatu kelompok, kita mengkritik gaya kepemimpinannya.
Kita mengharapkan suami yang peduli,
Namun ketika ia menunjukkan concern-nya atas banyaknya aktifitas kita, kita marah dan berkata bahwa ia tidak punya hak membatasi pergaulan kita.
Kita mengharapkan suami kita berinisiatif,
Namun ketika dia mengusulkan sesuatu, kita menganggap usulannya tidak sebaik solusi kita.
Ketika ia mencoba usulan yang lain, kita bilang bahwa kita tidak harus menuruti semua perintahnya.
Kita mengharapkan suami kita banyak bercerita kepada kita,
Namun ketika ia bercerita tentang masalah di kantornya, kita langsung mengomentari dan berkata, “Yah gitu aja kok jadi masalah sih...”, dan sibuk membeberkan solusi terbaik di dunia menurut kita.
Kita mengharapkan suami kita membantu pekerjaan rumah,
Namun ketika ia membantu kita mencuci pirang, kita berkata bahwa piring yang dicucinya tidak bersih, cara mencucinya boros air dan ia tidak menaruh piring dan mangkok pada posisi yang seharusnya.
Ketika di laen waktu ia berinisiatif membantu kita membereskan rumah, kita ngomel-ngomel karena ia tidak menaruh remote control di tempat kita biasa menaruhnya.
Kita mengharapkan suami kita punya selera humor yang baik,
Namun ketika dia bercanda, kita bilang bahwa jokenya tidak lucu dan jayus.
Kita mengharapkan suami kita lebih aktif dan membantu kita mengasuh anak-anak,
Namun ketika bayi kita menangis di dalam gendongan suami, kita buru-buru mengambil bayi kita dan menenangkannya tanpa memberi kesempatan kepada suami kita untuk belajar memenangkan si bayi.
Ketika di lain waktu, ia mencoba untuk mengganti popok, kita menertawakannya dan bilang bahwa popoknya tidak rapi.
Ketika di lain waktu, ia mencoba menyuapi si bayi, kita bilang dia nyuapinnya lama dan berantakan.
Kita mengharapkan suami kita mengambil peran dalam mendidik anak-anak,
Namun ketika ia menegor anak-anak, kita berkata bahwa dia menegor anak-anak dengan terlalu keras dan membuat mereka terluka.
Ketika ia melarang anak-anak melakukan sesuatu, kita bilang bahwa ia tidak mengerti keinginan anak-anak.
Kita mengharapkan suami kita mendapat promosi dan kenaikkan gaji,
Namun ketika ada acara di kantor atau dia bekerja lembur, kita ngomel dan berkata, “Kamu kok kerja terus sih?!?! Jangan jadi workalholic donk. Inget sekarang dah punya anak istri.” (padahal salah satu alasan dia bekerja keras karena dia INGAT dia punya anak istri).
Kita berharap suami kita membawa kita masuk ke dalam kehidupannya,
Namun ketika ia mengajak kita pergi ke acara kantor, kita menolak dengan alasan teman-teman kantornya sinis dan ngga asik.
Kita mengharapkan suami kita lebih mengasihi kita,
Namun ketika suami kita mengajak kita berduaan, kita bilang, “Aduh aku cape...”
Dan setelah semuanya terjadi,
Kita mengeluh dan merasa kenapa suami kita tidak pernah menjadi memimpin keluarga di dalam Tuhan, pasif, pendiam, jarang bercerita, sibuk sendiri nonton bola, cuek dengan pekerjaan rumah tangga, tidak pernah memeluk anak kita dan jarang menghabiskan waktu dengan anak-anak.
Kita mengeluh dan berkata, “Yah suamiku payah...” dan mulai membanding-bandingkan dia dengan suami teman kita/saudara kita/tetangga kita, “Tuh coba kamu liat si X, dia blablablabla...”
Di dalam hati kita bertanya-tanya, kemana pria gagah yang selalu mengambil inisiatif, pemimpin yang dihormati, punya segudang ide, selalu bercerita tentang banyak hal, singkatnya pria mengagumkan yang kita lihat di dalam diri suami kita sebelum kita menikahinya.
Lalu kita pun mengeluh kepada teman-teman wanita kita, “Ah cowok kalo udeh married beda.”
Tanpa kita sadar bahwa kita pun berbeda. Tak lagi mengaguminya, tak lagi mendukung idenya, tak lagi menghormatinya, tak lagi menganggapnya pintar.
Lalu kita melakukan berbagai cara untuk membuat suami kita berubah.
Tanpa kita sadar bahwa kita pun perlu berubah.
Dan setelah mencoba berbagai cara dari sindiran yang halus, omelan yang pendek, mengeluh tiada henti, sampai maki-maki yang kasar akhirnya kita menyerah dan berkata, “Yah, cowok mah emank begitu...”
***
Tuhan tau bahwa sebagai istri, kita merindukan suami yang menjadi pemimpin, berinisiatif, pelindung bagi keluarga, mengasihi istri dan anak-anak. Dan Tuhan pun menanamkan kerinduan yang sama di dalam hati suami kita untuk menjadi seperti itu.
Namun seringkali, kita yang menggagalkannya menjadi pria yang kita inginkan, hanya karena ia tidak melakukannya seperti yang kita mau.
Tuhan tau bahwa kita rindu punya suami yang akan memimpin keluarga, karena itu Ia memberikan perintah supaya kita tunduk kepada suami kita.
Namun kita berkata bahwa perintah-Nya itu tidak up-to-date dan maksud perintah itu ditulis hanya cocok untuk zaman itu atau bahwa makna kata itu di dalam bahasa aslinya tidak seperti itu.
***
"Isteri yang cakap adalah mahkota suaminya, tetapi yang membuat malu adalah seperti penyakit yang membusukkan tulang suaminya."
(Amsal 12:4)
"Isteri yang cakap siapakah akan mendapatkannya? Ia lebih berharga dari pada permata. Hati suaminya percaya kepadanya, suaminya tidak akan kekurangan keuntungan. Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya."
(Amsal 31 : 10-12)
Ci Grace, ya ampun pas banget ini sangat amat memberkati for my newly marriage.
ReplyDeleteBener banget... thanks bgt sis.. sangat memberkati dan menegur saya sebagai seorang istri.. :)
ReplyDeleteKasus semacam ini banyak terjadi didalam rt khususnya rt muda, namun dg berjalannya waktu maka keduanya akan saling menyadari kesalahan yg terjadi diantara mereka krn rt adalah tempat tumbuh kembang & tempat saling belajar bagi seluruh anggotanya, good artikel, Jbu
ReplyDelete