Monday, July 23, 2018

Bertumbuh di dalam Komunitas


by Alphaomega Pulcherima Rambang

Sejak awal tahun kemarin, aku berkomitmen untuk mengikuti Bible Reading Group (BRG) secara online. Semenjak punya anak, susah sekali rasanya untuk punya waktu baca Alkitab setiap hari. Tujuan awalku ikut grup ini hanya supaya disiplin lagi baca Alkitab. Sejauh ini, tujuan itu tercapai karena kami harus benar-benar komitmen, setiap hari wajib baca dua pasal yang sudah ditentukan lalu rhema yang didapat di-share di grup WA. Sebelum jam 12 malam harus sudah setor rhema, kalau terlambat bakal dapat reminder (R) keesokan harinya, lalu harus double posting, rhema kemarin dan hari ini. Kalau dapat reminder lebih dari 3x, sorry, the group has to say goodbye karena artinya orang itu belum siap berkomitmen. Lupa posting, ketiduran, sibuk, gak sempat, semua itu bukan alasan yang akan diterima. Alasan yang dapat diterima untuk tidak posting atau lewat jam cuma sakit parah, pergi ke luar daerah yang gak ada sinyal, atau force major seperti bencana alam.

Semenjak mengikuti BRG ini, aku juga mendapatkan saudara-saudara baru dalam Kristus, wanita-wanita luar biasa yang juga berkomitmen sama Tuhan. I feel so encouraged by them, terutama dalam menjalankan peranku sebagai seorang istri dan mama. Aku semakin termotivasi untuk menjadi istri yang cakap, teladan buat anak-anak, dan hidup dalam kekudusan. Hubungan dengan mereka semakin memperkaya hidupku. Aku merasa dapat komunitas baru karena hampir setiap hari kami berkomunikasi. Pada awalnya cuma posting rhema, lalu mulai komen postingan rhema teman lain dan lama kelamaan saling menghibur dan menguatkan satu sama lain. Apalagi saat tahu ada yang memiliki pergumulan yang sama denganku, benar-benar berasa ada teman sepenanggungan. 

Bersama teman-teman di BRG aku kembali merasakan ‘rasa yang dulu pernah ada’ waktu lagi aktif-aktifnya terlibat pelayanan mahasiswa. Aku merasa bertumbuh. Pertumbuhan yang bagaimana? Aku teringat beberapa pengajaran tentang pertumbuhan yang aku dapatkan di KAMBIUM, khususnya di Kelas Bertumbuh. Dan kali ini aku mau berbagi sedikit: 

Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pemberita-pemberita Injil maupun gembala-gembala dan pengajar-pengajar untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus, sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus, sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan, tetapi dengan teguh berpegang kepada kebenaran di dalam kasih kita bertumbuh di dalam segala hal ke arah Dia, Kristus, yang adalah kepala. Dari pada-Nya lah seluruh tubuh,-yang rapih tersusun dan diikat menjadi satu oleh pelayanan semua bagiannya, sesuai dengan kadar pekerjaan tiap-tiap anggota-menerima pertumbuhannya dan membangun dirinya dalam kasih.
(Efesus 4:11-16)

Arah pertumbuhan yang diinginkan Allah meliputi beberapa hal sebagai berikut:
1. Pekerjaan Pelayanan 
Untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.
(Efesus 4:12)

Saat kita menjadi anak Allah, kita dipenuhi kerinduan untuk melayani Kristus. Kita cenderung mengiyakan semua pelayanan yang kita jumpai. Itu tidak salah. Namun, kita perlu belajar untuk melayani secara efektif dalam tubuh Kristus. Tangan mungkin dapat ‘melihat’ seperti mata, dengan cara meraba-raba misalnya, tapi kita tahu, tugas melihat akan lebih baik dilakukan oleh mata dibandingkan oleh tangan, karena sesungguhnya Tuhan menciptakan setiap hal dengan fungsinya masing-masing.

Dalam pelayanan, kita perlu mengenali panggilan pelayanan kita yang sesungguhnya. Setelah mengenali, kita perlu mencoba dan menguji, bertekun di dalamnya kemudian mengembangkan pelayanan kita. Mungkin kita bisa melakukan banyak hal, tapi tentunya ada hal tertentu yang kita mampu lakukan dan sungguh kita mempunyai beban akan hal itu. Tidak perlu merasa bersalah untuk menolak sebuah tawaran pelayanan jika memang Tuhan tidak ingin kita melakukannya. Kita perlu belajar taat sama Tuhan. Aku belajar untuk gak merasa bersalah saat lebih memilih menghabiskan waktu bersama keluarga dibanding pelayanan. Keluargaku adalah pelayananku juga. Saat ini aku ada untuk melayani mereka. Mereka adalah prioritasku. Dalam BRG aku diingatkan dengan melihat teladan teman-teman yang lain. Boleh saja aku punya pelayanan ini itu, tapi hanya aku istri dari suamiku, hanya aku satu-satunya ibu dari anak-anakku, tidak ada yang bisa menggantikan aku. 

2. Pemahaman Pengajaran 
Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan benar tentang Anak Allah... sehingga kita bukan lagi anak-anak, yang diombang-ambingkan oleh rupa-rupa angin pengajaran, oleh permainan palsu manusia dalam kelicikan mereka yang menyesatkan.
(Efesus 4:13-14)

Pernah gak bingung kenapa istri harus tunduk sama suami? Banyak hal yang pernah membingungkanku. Pemahaman akan hal tersebut gak datang dengan tiba-tiba. Firman Tuhan yang mengajarkan dan memberikan pengertian akan banyak hal. Firman-Nya menolong kita mengenal Tuhan dengan benar. Kita perlu bertumbuh dalam pengenalan yang benar akan Tuhan kita. Dan kita tidak akan semakin dalam mengenal-Nya kalau kita gak mau berusaha membuka Alkitab kita. Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, demikian kata Firman Tuhan. Tapi pertanyaannya, seberapa banyak diantara kita yang berkomitmen bertumbuh dalam pemahaman akan pengajaran melalui Firman-Nya? Kita perlu bertumbuh dalam pengajaran supaya kita bener-bener gak diombang-ambingkan pengajaran yang menyesatkan. 

3. Kedewasaan Karakter 
Sampai kita semua telah mencapai kesatuan iman dan pengetahuan benar tentang Anak Allah, kedewasaan penuh, dan tingkat pertumbuhan yang sesuai dengan kepenuhan Kristus.
(Efesus 4:13)

Karakter Kristus adalah tanda kedewasaan seseorang yang mengaku anak Allah. Seseorang yang bertumbuh ke arah Kristus, sudah seharusnya memiliki karakter Kristus. Bagaimana seseorang berhubungan dan memperlakukan orang lain menunjukkan pula kedewasaan karakternya. Secara pribadi, aku merasa paling banyak diubahkan dalam hal hubungan dengan suami dan anak, melalui firman dan belajar dari teladan beberapa teman.

Aku menyadari, dalam komunitas, kita hanya dapat bertumbuh bersama apabila kita bersedia BERBAGI HIDUP. 

Demikianlah kami, dalam kasih sayang yang besar akan kamu, bukan saja rela membagi Injil Allah dengan kamu, tetapi juga hidup kami sendiri dengan kamu, karena kamu telah kami kasihi.
(1 Tesalonika 2:8)

Aku belajar banyak dan merasa diberkati dari sharing teman-teman BRG. Mereka bukan hanya sharing tentang firman Tuhan, tapi juga hidupnya: pengalaman, cerita kegagalan, cerita kesuksesan, kemenangan, kejatuhan, dan bagaimana Tuhan memproses hidupnya. Semuanya membuatku sadar kalau kami sama-sama bukan manusia yang sempurna. Kami masih sering gagal menaati firman-Nya, kami masih sering mengecewakan Tuhan, tapi kami sedang diubahkan dan dapat diubahkan menjadi semakin serupa dengan Kristus. 

Berbagi hidup bukan hal yang mudah, apalagi untuk orang yang introvert. Bagaimanapun dalam berkomunitas, kita hanya dapat bertumbuh bersama jika mau:
1. Membuka Diri 
Konon ada yang bilang kalau keterbukaan adalah awal pemulihan. Banyak pemulihan terjadi di dalam diri kita saat bersedia untuk jujur. Masalahnya aku takut. Bagaimana kalau aku ditolak saat terbuka? Bagaimana kalau saat aku terbuka membuat reputasiku hancur? Terkadang terlalu melindungi diri, membuat kita gak sadar kalau kita sedang merusak diri kita. Kita harus berani mengambil resiko maupun menerima berkat dari keterbukaan kita. 

Memang bukan hal yang mudah menceritakan apa yang terjadi di hidup kita, apalagi dosa yang kita perbuat, atau kejatuhan yang berulang kali terjadi, tapi firman Tuhan berkata:

Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh. Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.
(Yakobus 5:16)

Malu sih rasanya memberitahu orang lain kalau hari ini lagi-lagi aku gagal dan kembali mengulangi kesalahan yang sama, tapi firman Tuhan ini menguatkanku. Aku belajar percaya, saat aku mengakui kegagalanku, ada yang akan memayungiku dengan doanya, ada yang mau menegurku dan gak membiarkan aku terus jatuh, tapi juga tetap mengasihiku.

Memilih untuk terbuka memang beresiko, tapi hasilnya sepadan karena berkat yang diterima sangat banyak. Sejauh ini, saat aku bersedia membuka diri, hal-hal yang terjadi seperti ini:
  • Saat aku dalam pergumulan/masalah – Ada yang mendoakan dan menawarkan bantuan. Ada yang memberikan saran berdasarkan kebenaran firman Tuhan.
  • Saat aku sharing dosa yang kuperbuat – Ada yang menegur, menceritakan pergumulannya untuk menang dalam dosa yang sama, ada yang berdoa.
  • Saat aku bersukacita – Ada yang turut bersukacita, sukacitaku berlipat rasanya.
  • Saat bingung – Ada yang mendoakan, memberikan jalan keluar.

2. Menjaga Kepercayaan/Privasi Orang Lain. 
Siapa mengumpat, membuka rahasia, tetapi siapa yang setia, menutupi perkara.
(Amsal 11:13)

Setiap orang harus menjaga kepercayaan yang diberikan orang lain kepadanya. Ada cerita tentang hidup/pengalaman/pergumulan orang lain yang gak boleh diceritakan di luar grup. Hal-hal sensitif yang menyangkut pribadi seseorang gak boleh aku ceritakan ke orang lain sembarangan, sebelum aku meminta ijin dan mempertimbangkan motivasiku menceritakannya kepada orang lain. Hanya untuk bergosip atau untuk memberkati orang lain? Aku belajar untuk gak sembarangan menceritakan kembali cerita teman di grup, meskipun kadang ada rhema yang kelihatannya memberkati orang lain.

Saat kita menjaga kepercayaan orang lain, kita memberikan rasa aman bagi orang lain untuk berbagi. Orang lain gak perlu kuatir membagi perasaan, pergumulan dan pemikirannya karena tahu teman tempatnya berbagi bisa diandalkan. Tingkat kepercayaan menentukan tingkat keterbukaan, dan semakin kita terbuka maka kita akan dekat dengan orang lain. Memang gak mudah membangun kepercayaan orang lain.

3. Mengasihi dengan Tulus 
Hendaklah kasih itu jangan pura-pura! Jauhilah yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat.
(Roma 12: 9-10)

Awal mula jadi anggota BRG, aku merasa cukup dengan posting hasil saat teduhku saja. Selain itu, aku hanya berkomunikasi seperlunya, sesekali memberi komen saat ada anggota lain yang posting. Yang penting kelihatan aktif di grup, gak pasif-pasif amat. Lalu aku merasa diberkati dengan perhatian Cella, PIC kami. Dia selalu mendorong kami, gak pernah lalai mengucapkan selamat ulang tahun pada yang berulang tahun, meminta pokok doa dan mendoakan kami. Suatu hari, dia mengirimkan voice note mendoakanku yang saat itu sedang down karena kondisi kehamilanku. I was so blessed. Benar-benar pada saat yang tepat dikirimkannya, sewaktu aku membutuhkannya. Mungkin Cella gak tahu kalau yang dilakukannya sangat memberkatiku bahkan mengubah hatiku. Selama ini aku hanya menerima tanpa memberi. Aku mulai berubah dan berusaha melakukan yang Cella lakukan, berusaha mengikuti teladannya.

Puncaknya, saat Cella mengundurkan diri jadi PIC karena mau fokus pelayanan di gerejanya dan aku ditawari menggantikannya. Aku iyakan sambil sempat mikir, ”Wah, gawat nih. Aku harus lebih memperhatikan orang lain, lalu aku siapa yang perhatikan?” Tapi ayat ini menegurku:

Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri.
(Filipi 2: 3)

Aku perlu belajar menghargai orang lain lebih daripada diri sendiri, menganggap yang lain lebih utama daripada diri sendiri. Banyak masalah terjadi saat orang lebih mementingkan diri sendiri dibandingkan orang lain. Ketika orang lain gak menghargai kita, gak memperhatikan kita atau memuji kita, kita mulai kesal, tersinggung dan mundur iman kita. Belajar mengasihi dan sungguh memperhatikan dengan tulus merupakan tantangan saat berada dalam komunitas, bukan melakukan karena kewajiban atau merasa gak enak dengan yang lain. Ketulusan sangat penting, karena hanya apa yang berasal dari hati yang akan sampai ke hati. 

4. Membuka Hati 
Membuka hati untuk apa? BERUBAH. Hanya jika kita bersedia berubah maka kita akan bertumbuh. Dalam hidup berkomunitas kita akan menerima masukan dan teguran. Ada orang-orang tertentu yang gak segan menasehati, menegur, menguatkan bahkan gak jarang mendorong kita untuk hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Kalau kita gak bersedia buka hati dan menerima apa yang baik maka kita gak akan mengalami perubahan hidup.

Perhatikan komunitas kita berada dan dengan siapa kita bergaul. Mereka sedang membagi hidup kita dengannya, sadar atau tidak sadar.

Janganlah kamu sesat: Pergaulan yang buruk merusakkan kebiasaan yang baik.
(1 Korintus 15:33)

Dengan siapa kita bergaul akan mempengaruhi kehidupan kita. Salomo juga memperingatkan:

Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.
(Amsal 13:2)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^