Saya
adalah seorang SAHM S(tay-at-Home-Mother),
mama dari seorang anak cowo berumur 4 tahun, dokter umum, merangkap
pekerja rumah tangga, sopir, babysitter, sekaligus pekerja paruh
waktu di rumah.
Ini
kisahku… :)
Dengan
idealisme setinggi bintang waktu persiapan merit, saya en (calon)
suami mereka-reka rencana:
Saya:
Nanti kalo udah nikah & punya anak, saya mau kerja sedikit aja
ah Yank, kan mau konsen ngurus anak & rumah tangga …
(Calon)
Suami: Iya, setuju, kan jadi provider itu tugasnya cowo, tugas
kamu jadi home maker. Kamu boleh kerja kalo kamu mau, tapi
kalo mau jadi SAHM juga aku mendukung.
***
Fast forward 5 tahun***
Dari
niat semula yang mau kerja/praktik part-time sambil ngurus anak dan
RT, saya malah kecemplung jadi SAHM alias a Stay-At-Home Mom.
Dan ternyata jadi SAHM itu sungguh tidak mudah. Buat saya, jadi SAHM
adalah sebuah perjalanan penyangkalan dan perendahan diri, sebuah
proses pembentukan dan pembelajaran, dengan jatuh bangun yang tidak
terhitung lagi. Selain membesarkan anak, jadi SAHM juga mengecilkan
ego pribadi saya.
Awalnya
dengan alasan anak saya masih minum ASI, dengan dukungan suami saya
memutuskan untuk tidak bekerja sampai anak saya berumur 1 tahun. Lalu
mundur jadi 2 tahun (meskipun sudah stop ASI). Lalu mundur lagi, dan
lagi, terus… sampai sekarang. Waktu pindah ke kota tempat tinggal
saya sekarang, sebenernya saya mulai kepepet untuk kerja lagi. Kerja
praktik beneran, bukan kerja dari rumah seperti yang selama ini saya
lakoni, sebagai penerjemah buku-buku rohani dan kedokteran. Karena
suami saya back to school, saya harus cari penghasilan supaya
dapur bisa tetap ngepul. Tapi rupanya Tuhan punya rencana lain,
somehow sampe sekarang saya masih di tempat yang sama, jadi
SAHM. Masih kerja part time ala kadarnya. Tapi dengan beberapa
pergumulan tambahan dan pola pikir yang sudah berevolusi.
Di
tahun-tahun pertama, saya masih susah menerima kenyataan dan
menjalani panggilan saya sebagai SAHM. Banyak peperangan batin mulai
dari beban finansial, rasa jenuh, tidak adanya aktualisasi diri,
sampe self worth yang berkurang drastis. Rupanya tanpa saya
sadari dulu saya diam-diam menyombongkan kemampuan dan pencapaian
saya walopun ga ada yang istimewa. Makanya kerasa banget waktu Tuhan
rontokin satu persatu segala hal yang bisa saya banggakan. Bahkan
seiring berjalannya waktu, beberapa hal yang bisa saya banggakan
sebagai seorang ibu juga dirontokin oleh Tuhan. Setelah dilepaskan
dari segala hal yang berpotensi bikin saya jadi besar kepala, saya
baru menyadari nilai diri saya yang mendasar. Saya BERHARGA, bukan
karena apa yang saya lakukan atau yang saya punya, tapi saya berharga
karena Tuhanlah yang membuat saya dengan jari tangan-Nya sendiri.
Dia bergirang karena saya, tanpa saya perlu melakukan apa-apa. Saya
ga perlu jungkir balik membuktikan bahwa saya wanita karir yang
sukses dan pintar atau ibu yang hebat, saya SUDAH BERHARGA! Sebuah
pelajaran yang mahal, yang mungkin tidak bisa saya petik kalau saya
tidak bergumul jadi SAHM.
“Ia bergirang karena engkau dengan sukacita, Ia membaharui
engkau dalam kasih-Nya, Ia bersorak-sorak karena engkau dengan sorak
sorai.” (Zefanya 3:17b)
Dengan
menjadi SAHM saya belajar mengesampingkan kepentingan dan ambisi
pribadi saya, dan mulai mengambil peran sebagai my dear husband’s
helpmeet alias PENOLONG bagi suami saya. Dan sebagai MAMA PURNA
WAKTU buat putra kecil saya yang istimewa. Tuhan sendiri yang
memperbaharui visi dan misi saya, dan Dia bahkan mengadakan
kebangunan dalam rumah tangga kami.
Di
momen-momen terindahnya, bisa jadi MAMA yang tinggal di rumah adalah
anugerah yang LUAR BIASA bagi saya. GA ADA kesenangan duniawi lain
yang bisa menandingi kenikmatan jadi seorang mama. Bisa menghabiskan
waktu bareng anak saya sepanjang hari, dengerin celotehnya sampe
kuping rasanya udah keriting, bisa peluk dia sesukanya, liat dia
tumbuh dan berkembang jadi bisa ini dan itu, semakin kenal
kepribadian dan kesukaannya yang unik, merawat dan menghibur kalo dia
sakit, menyimak kelucuan dan keanehannya, ketawa guling-guling
dengerin komentar-komentarnya, marah-marah liat kebengalannya, dan
terutama jadi tempat curahan ekspresi rasa sayangnya yang sederhana.
Hati saya lumeerrrrr denger kata-kata “I love you, Mama”
atau dikasih ciuman basah atau dinyanyiin lagu “Kasih Ibu”. Duh…
Gak cukup kata-kata buat menggambarkan KEPUASAN BATIN dan rasa syukur
yang mengalir deras. Rasanya seperti dapet tiupan angin surga kalau
anak saya bilang sama teman atau gurunya di sekolah, “Itu mamaku!”
dengan bangga dan mata berbinar-binar. Dan setiap dia datang kepada
saya untuk minta dicium setelah jatuh, it feels MAGICAL! A simple
mommy kiss bisa ngilangin rasa sakit, seperti morfin, betapa luar
biasanya potensi yang Tuhan anugerahkan buat para mama…
Dengan
jadi SAHM, saya juga ga perlu kuatir anak saya dibawa kabur suster
atau diapa-apain sama pembantu. Ga merasa bersalah karena kurang
memberi perhatian atau waktu buat anak saya, karena saya tau saya
udah POL memberi diri buat anak saya, sampe mengorbankan semua yang
lain (asal jangan mengorbankan papanya ya, karena suami kudu harus
jadi prioritas nomer satu setelah Tuhan).
Meskipun
begitu, pahit getirnya jadi SAHM banyak juga. Saya ngga tau bagaimana
dengan Anda, karena situasi dan pengalaman setiap orang berbeda-beda.
Tapi dari sharing dengan beberapa teman sesama SAHM, rata-rata
curhatnya senada seirama deh.
Para
SAHM tentu tahu betul betapa pedesnya komentar orang-orang tentang
profesi SAHM. “Sayang ih, udah sekolah tinggi-tinggi kok CUMA jadi
ibu rumah tangga dan balik lagi masuk dapur?” atau “Jangan-jangan
dulu kuliah buat nyari jodoh doang ya?” -.-‘
Banyak
juga yang sotoy (sok tau) nyuruh-nyuruh saya, “Kenapa gak cari
kerja aja, atau buka praktik di rumah kan gampang bisa sambil ngurus
anak?” Asal tau aja, dokter umum yang kerja di RS tuh WAJIB jaga
malem beberapa kali dalam seminggu. Memangnya anak saya itu anak
cicak yang bisa sendirian di rumah sepanjang malem tanpa nyari
mamanya? Dan buat saya sore-malem di rumah adalah satu-satunya
kesempatan buat spend quality time bareng suami yang
super-duper-sibuk-banget sampe kadang-kadang berhari-hari gak pulang,
bahkan nanti ada waktunya dia harus berbulan-bulan tugas di
kota/pulau lain. Bagi saya quality time sangat krusial buat
kestabilan keluarga, jadi harus diusahakan ada dan dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
Ada
juga yang beranggapan kalo SAHM itu pemalas yang gak mau kerja,
maunya duduk-duduk santai aja di rumah. (Wah, saya bisa denger koor
ibu-ibu RT tanpa PRT: “Santai? Santai dari Hongkong??”) Atau SAHM
itu orang-orang yang gak berotak atau gak berpendidikan atau gak
keterima kerja di mana-mana.
Setelah
5 tahun jadi SAHM, Puji Syukur sekarang saya sudah cukup mahir
berimprovisasi dengan keterampilan baru saya, yaitu MENEBALKAN KUPING
dan MENEBALKAN MUKA. Tiap ada yang komentar begini begono, langsung
saya keluarin jurus itu. Sayangnya saya belum berhasil melatih
keterampilan MENEBALKAN DOMPET. Ntar kalo udah berhasil saya akan
share lewat rubrik ‘kesaksian’, saya janji… ;)
Dengan
nyaris tidak bekerja (apalagi suami back to school ya otomatis
ga bisa kerja juga), kami pun sukses ngalamin pergumulan finansial.
Setiap hari saya bersyukur buat saluran-saluran berkat yang Tuhan
terus bukakan buat kami. Ada dukungan dari keluarga, dan setiap kali
dibutuhkan, ada aja yang ngasih kerjaan. Puji Tuhan sampe sekarang
walopun mepet dan harus pinter-pinter ngatur bujet, ditambah sedikit
deg-deg-pyar kalo lagi ada pengeluaran-pengeluaran mendadak yang tak
terduga, semua berjalan dengan baik.
“Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah
belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. Aku tahu apa itu
kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. … Allahku akan
memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaan-Nya dalam
Kristus Yesus.” (Filipi 4:11, 12a, 19)
Selain
pergumulan finansial dan makan hati karena komentar-komentar miring,
ada juga saat-saat saya rinduuuu banget pengen menjangkau
pasien-pasien yang membutuhkan pelayanan saya. Ada saatnya saya
meratapi mimpi-mimpi yang hilang. Ada saatnya saya iri melihat
teman-teman saya yang udah bisa begini dan begitu. Ada saatnya saya
merasa sayang banget karena bertahun-tahun sekolah susah payah tapi
ilmunya dibiarin menguap begitu aja. Ada juga saatnya iblis menyerang
saya dengan rasa bersalah dengan mengingatkan segala usaha, biaya dan
harapan yang udah diinvestasikan oleh orangtua saya. Dan baaanyakkk
lagi … Kalo harus disebutin semua, bisa jadi novel deh, dan saya
bisa dijitak ibu editor :P Biasanya serangan iblis ini terjadi di
masa-masa PMS, hahaha… sounds familiar?
Meskipun jadi SAHM adalah perjalanan yang bittersweet, jauh di lubuk hati saya tahu dan yakin 1000% bahwa memang inilah panggilan Tuhan buat hidup saya, setidak-tidaknya untuk sekarang. Kalau ke depannya ternyata Tuhan panggil saya untuk bekerja atau melayani di luar rumah, ya dengan segenap jiwa raga saya akan nurut. Tapi untuk sekarang, saya bisa bilang bahwa saya berada persis di tempat yang Tuhan inginkan buat saya. Memang sih, terkadang saya masih suka mengeluh dan bersungut-sungut, masih jatuh bangun. But you know what, dengan amat sangat baiknya, Tuhan memahami perjuangan saya. I don’t deserve it, tapi Tuhan bahkan kasih janji-janji yang SANGAT menguatkan:
“Orang-orang yang menabur dengan mencucurkan air mata, akan
menuai dengan bersorak-sorai. Orang yang berjalan maju dengan
menangis sambil menabur benih, pasti pulang dengan sorak-sorai sambil
membawa berkas-berkasnya.” (Mazmur 126:5-6)
“Aku akan memulihkan kepadamu tahun-tahun yang hasilnya dimakan
habis oleh belalang pindahan, belalang pelompat, belalang pengerip,
tentara-Ku yang besar yang Kukirim ke antara kamu.” (Yoel 2:25)
WOW.
Saya amini janji-janji itu!
Sekedar
info, di Indonesia ada batasan umur untuk dokter umum yang mau
lanjutin sekolah spesialis. Makanya semakin lama waktu yang saya
habiskan jadi SAHM, makin kecillah kemungkinan saya bisa lanjutin
sekolah lagi seperti impian masa lalu saya. So dalam hal karir,
tahun-tahun yang saya isi dengan menjalani panggilan sebagai SAHM ini
praktis adalah tahun-tahun saya yang paling berharga. Tapi bahkan ini
pun tidak luput dari perhatian Tuhan. Dia JANJI AKAN MEMULIHKAN
tahun-tahun itu. W.O.W. !!
Di
zaman akhir ini Iblis lagi giat-giatnya berusaha mengacaukan
rancangan ilahi Tuhan dalam lembaga pernikahan dan keluarga. Liat
aja, sekarang banyak perempuan yang malu kalo jadi SAHM, banyak anak
yang telantar karena orangtuanya sibuk sendiri, bahkan semakin banyak
keluarga yang orangtuanya terdiri dari dua bapak doang atau dua ibu
doang, semakin banyak anak yang punya bapak dan ibu lebih dari satu
atau bahkan lebih dari dua alias sudah kawin-mawin kiri kanan ga
jelas lagi. Kacaaauuu…
Saya nggak bilang bahwa semua istri harus jadi SAHM loh ya… Saya mau bilang supaya semua istri dan ibu PEKA dan TAAT dengan panggilan Tuhan buat dirinya, karena setiap panggilan itu unik. Ada yang dipanggil untuk jadi SAHM. Ada juga yang diberi kekuatan, hikmat dan karunia khusus buat kerja atau pelayanan full time di luar rumah sekaligus jadi ibu rumah tangga. Musim kehidupan terus berganti, ada dinamikanya. Mungkin di musim sekarang kita dipanggil jadi SAHM, musim berikutnya karena satu dan lain hal Tuhan arahkan kita untuk jadi ibu bekerja. Atau sebaliknya. Jangan biarkan iblis bikin Anda merasa bersalah karena Anda kerja di luar rumah kalo memang itu panggilan Tuhan buat Anda saat ini! Tapi kalo memang Tuhan memberi beban dan kerinduan di hati Anda, dan memanggil Anda untuk jadi SAHM, kapan pun waktunya, PEKA-lah, GUMULI, dan LAKUKAN itu. HE WILL BE THERE, EVERY STEP OF THE WAY. Dan kami rekan-rekan seperjuangan sudah siap sedia buat jadi komunitas dan support group Anda :)
“Perempuan yang bijak mendirikan rumahnya, tetapi yang bodoh
meruntuhkannya dengan tangannya sendiri.” (Amsal 14:1)
Mari
kita semua, dalam panggilan unik kita masing-masing, jadi
perempuan-perempuan bijaknya Tuhan. All glory be unto HIM!
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Tentang penulis
Natalia Setiadi.
Istri
dari seorang dokter bernama Ivan. Mama dari seorang anak istimewa
berumur 5
tahun.
Tinggal di Rantau, kerja freelance sambil menjadi ibu rumah tangga.
Nge-blog di
http://nataliasetiadi.blogspot.com,
isinya postingan tentang motherhood, pernikahan, anak
berkebutuhan
khusus (ADD/ADHD), dll. Silahkan mampir, terutama buat para ortu dari
ABK,
ada
juga link ke blog-blog ABK. Saya juga rindu untuk bisa sharing dan
berkomunitas dengan para
ortu ABK yang cinta Tuhan..
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^