Friday, March 17, 2017

Sukacita oleh Kasih Karunia



by Glory Ekasari


Saya sedang tidur-tiduran di kasur sambil memikirkan bahan untuk blog post ini. Sukacita, pikir saya. Apa yang akan saya bahas tentang sukacita? Saya browsing folder dalam ingatan saya, mencari sesuatu untuk ditelaah. Sukacita, bahasa Yunaninya chara. Saya kok merasa ada kata lain yang terkenal yang mirip dengan kata itu. Lalu saya ingat! Kata yang bertetangga dengan chara itu adalah charis, yang artinya... Kasih karunia.

Charis bisa juga berarti syukur, namun makna mendasarnya adalah kasih karunia. Pikirkan hal-hal itu: kasih karunia, ucapan syukur, sukacita... Saya tiba-tiba melihat benang merah di antara mereka. Pemakaian awal kata chara dalam Perjanjian Baru adalah dalam kisah kelahiran Yesus. Ketika para gembala sedang menjaga domba di padang, seorang malaikat menjumpai mereka dan berkata:
“Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud.

Jauh sebelum peristiwa itu, nabi Yesaya telah bernubuat kepada bangsa Israel:
Bangsa yang berjalan di dalam kegelapan telah melihat terang yang besar; mereka yang diam di negeri kekelaman, atasnya terang telah bersinar. Engkau telah menimbulkan banyak sorak-sorak, dan sukacita yang besar; mereka telah bersukacita di hadapan-Mu, seperti sukacita di waktu panen, seperti orang bersorak-sorak di waktu membagi-bagi jarahan. —Yes. 9:2-3

Dari mana kesukaan besar itu berasal? Bukan dari banyak harta, bukan juga dari berbagai kesenangan yang ditawarkan dunia. Kesukaan itu berasal dari Sang Juruselamat yang dijanjikan Allah: Kristus Yesus, Tuhan. Mengapa kehadiran-Nya memberikan sukacita? Karena di dalam Yesus, kasih karunia Allah dinyatakan bagi kita.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. —Yohanes 1:14

Saya ini termasuk tidak begitu ekspresif untuk ukuran cewek. Saya jarang sekali tertawa terbahak-bahak dan tidak pernah menangis histeris. Jangankan histeris, nangis aja jarang. Tapi ada satu hal yang, setelah saya perhatikan, tidak bisa saya bicarakan tanpa memunculkan haru dalam hati saya, bahkan kadang sampai harus menahan nangis. Itu adalah ketika saya menceritakan kasih Tuhan yang saya terima dalam Yesus. Saya tidak bisa berkata, Saya orang berdosa, tapi Yesus mengasihi saya dan mati buat saya, tanpa merasakan getaran dalam hati saya. Bicara saya jadi terbata-bata dan air mata siap meluncur. Sukacita terdalam yang saya rasakan mengalir keluar bersama dengan air mata, karena hati saya dipenuhi ucapan syukur, karena saya telah menerima kasih karunia yang begitu besar.

Sebagai orang Kristen sekalipun, saya tidak lantas senang terus. Hidup kita tentu ada senangnya, ada sedihnya, ada manis, dan ada pahitnya. Bersukacita bukan berarti nyengir terus. Sukacita yang sejati adalah keadaan dimana duka tidak dapat menguasai kita, dan kekecewaan tidak mengalahkan kita, karena kasih karunia Allah memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus. Dalam sukacita ini, kita dapat mengucap syukur, karena mata kita tidak tertuju pada masalah, melainkan kepada Dia, the Author and Finisher of our faith.

Di gereja tempat saya beribadah, ada satu lagu yang dikenal baik oleh jemaat. Liriknya berkata:
Bersuka! Bersuka dalam Tuhan
Mari bersuka! Bersukacitalah!

Bersukacita dalam Tuhan. Kesukaan besar datang ketika Juruselamat, yang penuh kasih karunia dan kebenaran, tinggal dalam hati kita. Di luar Yesus, kita bisa mendapatkan kesenangan dan kepuasan yang sifatnya sementara. Di dalam Yesus, sukacita yang kita miliki tidak terbatas, karena seperti Paulus, kita dapat berkata,
..aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, ...tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^