“Ah gue ga cocok ikut Tuhan,
liat aja kehidupan gue begini”
“Gue ga bisa masuk Kristen,
terlalu banyak peraturannya”
“Ya gue kan ga sereligius elo…”
“Susah ya jadi orang Kristen”
At
some point in our lives,
aku yakin kita semua pernah mengucapkan atau mendengar
kalimat-kalimat seperti itu. Mungkin itu pernah kita ucapkan dulu
sebelum kita bertobat, atau mungkin kalimat-kalimat seperti itu kita
dengar dari teman-teman yang kita ajak untuk bertobat. Kekristenan
memang seringkali diidentikkan dengan list
peraturan-peraturan
hal-hal yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Tetapi apakah
benar, bahwa the
Christian life hanya
sedangkal itu?
Tentu
tidak. Kita perlu mengingat, bahwa agama hanyalah upaya manusia untuk
mendekatkan diri kepada Tuhan. Namun Tuhan Yesus, Ia turun ke Bumi
dan mati bagi kita. Ia merelakan dirinya mati, agar kita dapat hidup.
Ia datang dan mendekatkan diri-Nya kepada kita. Ia
menawarkan not
a religion, but a relationship.
Ia menyelamatkan kita dan melayakkan kita untuk bersatu dengan Bapa.
Yang Ia inginkan hanyalah agar kita mengasihi-Nya dan menghanyutkan
diri kita dalam keintiman dengan-Nya.
Kalau
begitu…kita bisa melakukan apa saja yang kita mau dong, asalkan
kita mengasihi Dia? Nah, disinilah banyak orang Kristen seringkali
meyalahgunakan keselamatan yang telah diberikan oleh Tuhan. Kita
merasa bahwa karena Tuhan sangat menyayangi kita walaupun kita
berdosa, kita merasa bahwa sah-sah saja bila kita berbuat dosa lagi.
Karena Tuhan selalu mengampuni dosa kita, kita terus mengulangi dosa
yang sama, karena kita merasa toh Tuhan akan mengampuni. Namun that’s
not the way it works.
Sebab di Alkitab juga dikatakan bahwa:
“Jikalau
kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku”
Yohanes
14:15
Memasuki tahun yang baru ini,
sudah saatnya kita menanggalkan manusia kita yang lama. Dan
menanggalkan manusia lama juga berarti meninggalkan semua dosa-dosa
kita yang lama. Namun bagaimana caranya? Bagaimana caranya kita
menjauhkan diri dari dosa? Bukankah manusia memang tidak terlepas
dari dosa?
Kita tidak diciptakan untuk
mengupayakan keselamatan sendiri. Kita tidak pernah dan tidak akan
mampu menyelamatkan diri sendiri dengan usaha kita yang bahkan
mendekati standar kebenaran dan kekudusan Tuhan saja tidak. Karena
apabila keselamatan tergantung dari usaha kita sendiri dan bagaimana
kita memenuhi hukum-hukum, maka bisa dipastikan tidak ada dari kita
yang akan selamat, karena kita semua manusia berdosa.
Namun Ia tidak mengasihi kita
hanya apabila kita menuruti perintah-perintahNya terlebih dahulu,
karena kasih-Nya adalah kasih agape, kasih yang tidak bersyarat. Ia
mengasihi kita karena Ia adalah kasih. Ia mengasihi kita, sehingga
kita pun dapat mengasihi (1 Yoh 4:19). Dan karena kasih-Nya yang kita
rasakanlah, maka kita dapat hidup benar di hadapan-Nya. Dan apabila
kita mengasihi-Nya, maka kita pun akan menjauhi hal-hal yang tidak
berkenan di hadapan-Nya.
So, what
if, instead of obeying His commands more, we should start by loving
Him more?
Bagaimana jika hal
yang lebih penting bagi kita adalah untuk mencintai-Nya lebih lagi
dibandingkan berusaha menaati perintah-perintahnya dengan upaya kita
sendiri? Sebab Tuhan berkata “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan
menaati segala perintah-Ku.” Secara struktur, kalimat tersebut
menunjukkan sebuah sebab-akibat. Artinya, hidup yang benar, hidup
yang menaati segala perintah Tuhan, datang dari hati yang
mengasihi-Nya.
Ketaatan terhadap
perintah-perintah Allah berasal dari suatu hati yang haus akan Dia,
hati yang bersyukur kepada sang Juruselamat, yang telah terlebih
dahulu menyelamatkan kita ketika kita berdosa. To
put it simply, ketika
kita mencintai seseorang, tentu saja kita akan mengupayakan segala
sesuatu untuk membuat orang tersebut bahagia. Tentu saja kita akan
berusaha sekuat yang kita mampu untuk tidak melakukan hal-hal yang
menyakiti perasaan mereka. Sama halnya dengan mencintai Tuhan.
Bagaimana mungkin kita berkata bahwa kita mencintai Tuhan, sedangkan
cara kita hidup setiap harinya mendukakan hati-Nya?
Jadi, sebelum kita menyibukkan
diri untuk hidup benar dan menaati semua perintah Tuhan dengan usaha
kita sendiri, ingatlah terlebih dahulu pada hal yang lebih penting:
mengasihi-Nya. Hidup
yang benar adalah buah dari hati yang mengasihi Tuhan, hati
yang ingin menyukakan hati sang Bapa yang telah begitu mengasihi
kita. Kedua hal tersebut adalah sebuah sebab-akibat yang tidak dapat
dipisahkan.
So my dear sisters in Christ,
mari kita miliki hati
yang lebih membara lagi untuk Tuhan. Melekatlah pada-Nya. Karena
ketika kita mengasihi-Nya, hidup yang benar akan menjadi buahnya!
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^