by Glory Ekasari
Siapa
yang masih single
dan punya "checklist"
kualitas-kualitas yang kalian harapkan dari calon suami kalian kelak?
Atau, siapa yang sudah menikah dengan seorang pria yang, sekalipun
ganteng, pandai, rajin, lucu, dan sebagainya, tetap tidak sanggup
memenuhi semua kriteria dalam checklist
kalian dulu? Hayo
ngakuu...
Kita,
kaum wanita, pada umumnya punya sejumlah kriteria yang kita inginkan
dari calon suami. Tapi, seberapapun rempongnya kita membuat checklist
seperti itu, kita justru akan menemukan bahwa dalam Alkitab tidak ada
daftar sistematis dalam 1 pasal khusus untuk pria. Yang ada justru
checklist
bagi kaum wanita, yaitu dalam Amsal 31:10-31, dan list-nya
super high
profile pula!
Mari
kita perhatikan hal-hal penting yang sering luput dari perhatian
pembaca teks ini. Jangan buru-buru ngeri karena tingginya tuntutan
yang dipaparkan di dalamnya. Bila perintah tertentu ditulis dalam
firman Tuhan, itu berarti Dia sanggup memberi kita kemampuan untuk
melakukannya.
Pertama,
kriteria untuk
seorang istri yang cakap ini diberikan oleh seorang wanita.
Memang Lemuel yang mengucapkan Amsal ini, tapi ibunyalah yang
mengajar dia (31:1). Wanita tersebut telah mendidik dan membesarkan
seorang raja; tapi di balik suksesnya itu dia tetaplah wanita, yang
mengetahui kesulitan dan tantangan seorang wanita. Yang ia sampaikan
adalah hikmat yang berasal dari pengalaman dan perenungan selama
bertahun-tahun. Dia juga tahu bahwa perlu bertahun-tahun bagi seorang
wanita untuk akhirnya disebut "cakap". Kualitas karakter
tidak didapatkan dalam 1-2 tahun, atau "dari sono-nya",
melainkan selama bertahun-tahun pembentukan diri. Pendek kata, don't
be discouraged; all things are possible.
Selanjutnya,
tersirat dari teks ini, adalah tentang kodrat seorang wanita. Dia
tidak memiliki natur maupun tugas untuk mencari dan memilih pria
idaman; sebaliknya, seorang
wanita dicari dan dipilih oleh pria yang tertarik oleh kualitas
kepribadiannya.
Banyak wanita tidak memahami hal ini. Mereka mencari pria yang
memenuhi kriteria mereka, lalu mempersiapkan resepsi pernikahan, gaun
pengantin, rumah tinggal, dan sebagainya. Tapi, setelah itu mereka
kecewa karena suami mereka tidak sesuai harapan. Mereka kecewa,
karena mereka mempersiapkan segalanya untuk pernikahan; segalanya,
kecuali diri
mereka sendiri.
Mereka tidak sadar bahwa firman Tuhan dengan jelas menyatakan bahwa
pria memang jauh dari sempurna, maka ia perlu ditolong. Sang istrilah
yang seharusnya menolong dia dan bukannya menuntut. Tugas kita, para
wanita, adalah mempersiapkan diri agar memiliki kualitas yang layak
untuk melayani Allah dan suami kita kelak, sementara para pangeran
Allah di luar sana mencari seorang istri yang cakap.
Jadi,
seperti apa gerangan wanita yang cakap dalam Amsal 31:10-31 ini? Ada
tiga kualitas mencolok yang harus kita perhatikan.
1.
Wanita yang cakap itu rajin
Suatu
kali, seorang teman saya memasang display
picture di
messenger-nya.
Gambarnya adalah seorang pria yang pening, memegang kepalanya, dan
terdapat tulisan: "Bangun pagi aja susah - gimana bangun rumah
tangga?" Saya tertawa, sekaligus merasa miris memikirkan
kenyataan ini. Bagaimana bisa jadi istri yang cakap, kalau selama
masih lajang saja hidup dalam kemalasan?
Rajin
adalah sifat yang mencolok sepanjang Amsal 31:10-31. "Ia bangun
kalau masih malam," demikian ayat 15, "lalu menyediakan
makanan bagi seisi rumahnya." "Ia senang bekerja dengan
tangannya," kata ayat 13. "Tangannya ditaruhnya pada
jentera, jari-jarinya memegang pemintal." Ini bukan berarti sang
istri yang cakap itu hobi memasak atau menjahit, tapi ia
memperhatikan kebutuhan rumah tangganya. Pada masa di mana pakaian
dan makanan dalam keluarga harus disediakan sendiri oleh sang ibu, ia
tidak membiarkan keluarganya tidak terurus; ia memastikan mereka
makan dan berpakaian dengan baik.
"Wanita"
dan "malas" adalah dua kata yang tidak cocok disandingkan
bersama. Seorang wanita diciptakan Tuhan untuk menjadi orang yang
rajin, suka bekerja, dan memperhatikan kebutuhan orang lain, terutama
keluarganya. Kita bisa - dan harus - melatih diri menjadi wanita yang
rajin dan produktif mulai dari sekarang.
2.
Wanita yang cakap itu cerdas
Dalam
keluarga Kristen hanya ada satu istri, yaitu satu ibu dari anak-anak.
Kita mungkin tidak pintar-pintar amat dalam hal akademis, tapi kita
bisa jadi yang terbaik dalam peran kita dalam keluarga.
Dalam
keluarga, suami berperan sebagai breadwinner
atau pencari nafkah. Tapi, bila pendapatan tersebut tidak dikelola
dengan baik, keluarga itu bisa bangkrut! Siapa yang berperan besar
dalam mengatur ekonomi rumah tangga? Tentu saja sang istri. Sebuah
penghargaan besar disampaikan bagi istri yang cakap dalam ayat 11:
"Hati suaminya percaya kepadanya; suaminya tidak akan kekurangan
keuntungan." Berapa banyak suami yang pergi bekerja dengan hati
tenang karena ia percaya istrinya sanggup mengatur rumah tangga dan
mengurus anak-anak mereka? Semoga suami kita kelak salah satunya.
Menarik
sekali bahwa dalam teks ini juga disebutkan tentang usaha rumah
tangga dan investasi properti yang dilakukan sang istri untuk
keuntungan rumah tangganya. Bagaimana dia punya waktu dan dana lebih
untuk usaha dan investasi?? Jawabannya jelas: ia cerdas dalam
mengatur sumber daya dan kebutuhan rumah tangganya.
3.
Wanita yang cakap itu takut akan Tuhan
Kita
tentu hafal ayat 30: "Kemolekan adalah bohong dan kecantikan
adalah sia-sia, tetapi istri yang takut akan Tuhan dipuji-puji."
Siapa yang mengucapkan kalimat ini? Sang suami, demikian kita ketahui
dari ayat 28. Laki-laki cenderung mementingkan karakteristik fisik;
namun setelah bertahun-tahun pernikahan, sang suami menyadari bahwa
istrinya istimewa - karena sang istri takut akan Tuhan.
Salomo
tanpa ragu berkata, "Takut akan Tuhan adalah permulaan
pengetahuan" (Ams 1:7). Apakah tujuan hidup kita adalah untuk
menyenangkan Tuhan dan melakukan kehendak-Nya? Jika ya, pelan tapi
pasti, karakter kita akan diperbaharui, makin serupa dengan Yesus.
Dan suatu hari kelak, sang suami akan memuji: "Banyak wanita
telah berbuat baik, tetapi engkau melebihi mereka semua."
Masih
banyak yang bisa dibahas tentang Amsal 31:10-31. Saya berharap kita
mau membaca dan merenungkan ayat-ayat dalam teks ini, berdoa meminta
Tuhan mengubah karakter kita, dan mulai mendisiplin diri kita untuk
menjadi wanita yang rajin, cerdas, dan takut akan Tuhan. Bagi yang
single,
jangan lupa bahwa hidup kita ini adalah untuk Tuhan, bukan untuk
menikah atau untuk suami. Hiduplah untuk Tuhan. Biarlah kualitas
karakter kita mengkilap begitu rupa, lebih cemerlang dari permata,
sehingga baik orang-orang di sekitar kita maupun suami kita kelak
diberkati dengan kehadiran kita dalam kehidupan mereka.
Suka pake bangettt sama artikel ini
ReplyDelete