Wednesday, April 15, 2015

Menghadap Tuhan

by Glory Ekasari
Bacaan: Ibrani 10:19-22; 12:28-29

Salah satu teori yang populer di kalangan orang Kristen (dan mungkin juga non-Kristen yang tau tentang Alkitab sedikit-sedikit) adalah bahwa Tuhan itu punya sifat yang berbeda dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru: dalam Perjanjian Lama Dia keras dan cukup galak, sementara dalam Perjanjian Baru Dia lembut dan baik hati. Kalau kita termasuk orang-orang yang punya pola pikir seperti ini, jangan-jangan kita terancam bahaya menganggap enteng Tuhan dengan anggapan bahwa ini “zaman kasih karunia”.

Omong-omong soal zaman kasih karunia, benarkah dengan dimulainya zaman Perjanjian Baru Tuhan ga akan menghukum manusia seperti di zaman Perjanjian Lama lagi? ‘Kan Yesus sudah mati buat menebus dosa kita, Tuhan mau berkorban buat kita, berarti Tuhan sangat menyayangi kita dong? Tuhan ga mungkin bersikap keras terhadap kita dong? Tentang semua kebingungan ini, penulis kitab Ibrani memberikan jawaban yang penting untuk kita perhatikan.
Perhatikan bagaimana kitab Ibrani dibuka.

Setelah pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, maka pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya, yang telah Ia tetapkan sebagai yang berhak menerima segala yang ada. Oleh Dia Allah telah menjadikan alam semesta. (Ibrani 1:1-2)

Dulu, Tuhan bicara pada umat-Nya melalui nabi-nabi, dan umat Tuhan datang kepada-Nya melalui para imam. Tapi itu dulu, dalam Perjanjian Lama. Kedatangan Yesus ke dunia mengubah segala sesuatu. Allah Anak, Pribadi kedua dalam Tritunggal, Tuhan sendiri, datang ke dunia, menebus kita dari dosa-dosa kita, dan mendamaikan manusia dengan Bapa. Apa yang terjadi setelah Yesus mengerjakan itu semua bagi kepentingan kita? Komunikasi kita dengan Tuhan jadi lancar selancar-lancarnya. Kita tidak perlu takut diusir dari hadapan Tuhan karena kita tidak layak menghadap Dia; kita tidak perlu potong kurban untuk memohon pengampunan dosa; kita bisa menyatakan apapun yang jadi isi hati kita di hadapan Tuhan; dan, yang istimewa, Tuhan bebas berbicara langsung pada kita lewat firman-Nya maupun pengalaman rohani antara kita dengan Tuhan.

Penulis kitab Ibrani sangat menghargai keistimewaan yang diberikan Tuhan pada masa Perjanjian Baru ini. Kita bisa merasakan betapa dia mengucap syukur atas kemurahan hati Tuhan:

Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu diri-Nya sendiri, dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (Ibrani 10:19-22)

Tidak perlu takut menghadap Allah! Dia mengasihi kita dan sudah menyediakan semua yang kita perlukan untuk menghadap Dia tanpa halangan. Kita tidak lagi ditolak karena dosa-dosa kita, karena semuanya telah diampuni oleh Tuhan di dalam Kristus. Satu kata yang perlu kita garis-bawahi: keberanian. Tuhan mau kita bebas menghadap Dia dengan keyakinan penuh bahwa Dia menerima kita. Senang? Sedih? Terluka? Bahagia? Butuh sesuatu? Ingin mengucap syukur? Dia hanya sejauh doa, kita bisa bicara kepada Bapa kita kapan saja. Inilah yang dinubuatkan oleh nabi Yesaya: “Sebab itu TUHAN menanti-nantikan saatnya hendak menunjukkan kasih-Nya kepada kamu; sebab itu Ia bangkit hendak menyayangi kamu” (Yesaya 30:18), dan ini terjadi dalam hidup kita sekarang!

Di sisi lain, penulis kitab Ibrani sadar sepenuhnya bahwa Allah yang ia sembah adalah Allah yang tidak berubah. Kalau dulu Allah tegas dan keras terhadap dosa, Allah masih tetap keras dan tegas terhadap dosa hingga sekarang. Dalam Perjanjian Lama, Allah adalah Allah yang adil dan benar; dalam Perjanjian Baru Allah tetap Allah yang adil dan benar. Dalam Perjanjian Lama, Allah adalah Allah yang panjang sabar, memberi bangsa Israel ratusan tahun kesempatan untuk bertobat sebelum akhirnya benar-benar menghukum mereka; dalam Perjanjian Baru Allah tetap panjang sabar dan memberi orang berdosa kesempatan untuk bertobat, sebelum akhirnya menghukum orang itu bila ia tetap tinggal dalam dosanya.
Kita perlu memperhatikan, seperti yang diperhatikan oleh penulis kitab Ibrani:

Jagalah supaya kamu jangan menolak Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia yang berbicara dari sorga? (Ibrani 12:25)

Apa yang terjadi kepada orang-orang yang meremehkan nasehat dan peringatan dari para nabi utusan Allah dalam Perjanjian Lama? Mereka menanggung hukuman yang mengerikan. Lebih lagi, demikian argumen penulis surat Ibrani, orang-orang yang menolak Anak Allah! Datangnya Yesus ke dunia adalah seperti banjir kasih karunia Allah—Dia sedemikian mengasihi kita hingga Dia memberi Anak-Nya sendiri. Tapi anugerah dan hukuman adalah pilihan; bila kita menolak anugerah itu, maka kita memilih hukuman. Dan bila nabi-nabi—yang adalah orang biasa yang menyampaikan firman Tuhan—harus kita hormati, apalagi Anak Allah yang adalah Firman Hidup itu sendiri! Karena itu penulis surat Ibrani melanjutkan:

Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak tergoncangkan, marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya, dengan hormat dan takut. Sebab Allah kita adalah api yang menghanguskan. (Ibrani 12:28-29)

Orang yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan akan menghadap Dia dengan penuh hormat. Dia tidak akan menggambarkan hadirat Tuhan sebagai suasana yang menakutkan, melainkan indah, manis, dan mulia. Dia datang kepada Tuhan seperti seseorang datang menghadap raja yang sangat dikasihinya. Tuhan kita adalah Raja segala raja, Allah yang Mahakuasa, Juruselamat dunia, Pencipta segalanya; dan Dia memberi kita anugerah yang besar untuk meghadap Dia secara pribadi.

Banyak lagu telah digubah sebagai kesaksian bahwa hadirat Tuhan itu indah dan manis, namun juga kudus dan mulia. Berkat kasih Tuhan yang luar biasa di dalam Yesus, kita bisa menikmati hadirat Tuhan di mana saja, dalam keadaan apapun. Dan berkat pertolongan Roh Kudus, kita bisa hidup dalam kekudusan, seperti yang Tuhan inginkan dari kita. Jadi jangan takut, datang ke hadapan Tuhan dan nikmati kehadiran-Nya—hari ini dan saat ini.

Times of refreshing
Here in Your presence
No greater blessing
Than being with You
My soul is restored
My heart is renewed
There’s no greater joy, Lord
Than being with You
(Martin Nystrom & Don Harris)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^