Friday, February 20, 2015

Fairytale in Parenting

by Fatima Chandra

Dulu, jauh sebelum menikah saya tidak pernah saya berpikir saya bisa mencintai anak , merawat serta mendidik anak dengan penuh sukacita. Saya merasa memiliki anak adalah sesuatu yang merepotkan. Visi hidup saya bukan membesarkan anak dan menjadi “full time mommy”. Cita-cita saya adalah setelah menjadi sarjana adalah menjadi wanita karir yang sukses, memiliki finansial yang cukup baik dan saya tidak mau punya anak lebih dari 1 orang. Kenapa? Karena bagi saya ya itu, memiliki anak itu merepotkan, menyusahkan, menghabiskan waktu, tidak berguna menjadi ibu rumah tangga. Itu semua yang ada dalam pikiran saya. Kenapa saya berpikir demikian? Ya karena saya jarang melihat sesuatu yang indah dari memiliki anak, mengasuh dan mendidik anak. Saya melihat keluarga beberapa saudara saya yang sudah terlebih dahulu memiliki anak, waaaah pusiiiiing!!! Susah diatur! Makannya lama! Nakal! Saya juga paling tidak suka diganggu dengan anak-anak, tidak suka mengajak anak bermain, paling cuma suka melihat bayi-bayi mungil yang baru saja lahir. Saya sangat terganggu kalau ada bayi-bayi menangis di ruang ibadah atau di tempat umum. 

 
Ketika menikah, perlahan demi perlahan saya banyak dibukakan oleh Tuhan mengenai dunia parenting. Saya mulai mengerti bahwa Tuhan sangat mengasihi anak-anak, bahwa ketika Tuhan mempercayai kita untuk memiliki anak itu berarti Tuhan memberikan ‘sebuah kelas’ baru pembentukan karakter untuk kita dan itu adalah tanggung jawab kita sebagai orangtua untuk mendidik dan membesarkan anak-anak sesuai dengan jalan-Nya dan anak- anak dapat mencapai “destiny” mereka dalam Tuhan. Ketika saya dibukakan hal seperti itu, timbullah kerinduan untuk memiliki anak, mendidik dan merawat anak saya seperti yang Tuhan kehendaki. Sebelumnya kami menunda kehamilan selama 1,5 tahun. Setelah kami memiliki kerinduan, kami menanti sekitar hampir 1 tahun sehingga pada akhirnya kehamilan yang kami nantikan tiba  Betapa gembiranya kami ... 

Namun memasuki kehamilan bukanlah hal yang menyenangkan. Semua ibu-ibu tentu saja mengerti apa yang saya katakan. Perubahan tubuh membuat emosi saya juga mengalami naik turun. Sempat saya berkeluh kesah dan mengeluh kepada suami, puji Tuhan suami juga banyak mendukung dan mengerti saya. Tuhan juga sering mengingatkan saya untuk saya lebih memilih bersyukur daripada berkeluh kesah. Toh kehamilan ini adalah kehamilan yang sudah saya nantikan dan ini adalah pemberian yang indah dari Tuhan? Tuhan mengingatkan untuk saya menikmati setiap langkah kehamilan saya. Saya belajar taat dan saya sering saling menguatkan bersama dengan suami. Penting bagi kita sebagai orangtua terutama ibu untuk menerima kehamilan kita dengan baik karena itu adalah awal perjalanan kita sebagai orangtua, sebagai ibu. 

Singkat kata, pada bulan Februari 2008 lahirlah putra kami yang pertama. Wah tidak dapat tergambarkan betapa bahagianya hati kami ... Segala kesakitan akibat persalinan rasanya tidak terasa lagi, yang ada hanya sukacita. Yah betapa ajaibnya, bayi yang tadinya ada dalam perut saya selama 9 bulan lebih sekarang sudah ada dalam gendongan Tuhan kita memang ajaib.


Dari situlah perjalanan hidup saya mengalami banyak perubahan. Bukanlah mudah memilih mengasuh anak sendiri (tentunya bersama suami). Ada kalanya saya menangis ketika harus menyusui bayi saya tengah malam, sempat saya juga mengalami beberapa masa sakit. Waaaah sulit dituliskan perjuangannya dan pengorbanannya. 

Kita mungkin seringkali membayangkan semua akan lancar ketika kita menjadi orangtua. Kita mengganggap bahwa kita akan memiliki anak yang manis, lucu, taat, dan sebagainya. Tapi ternyata kenyataannya tentu saja akan berbeda. Pada perjalanannya dari seorang bayi, anak akan tumbuh menjadi anak yang mulai besar, mulai memiliki keinginan dan kehendak. Benih dosa juga ada dalam anak kita mulai lebih nampak. Begitu juga yang saya alami, saya mulai merasakan susahnya menjadi orangtua. Tidak seindah yang saya bayangkan. Bahkan ketika bayi, anak sudah memiliki keinginan. Contohnya seperti ketika mereka merengek-rengek hanya untuk digendong dan diayun-ayun oleh orangtua. 

Ketika anak beranjak besar, mulai makan, mulai berjalan, mulai berbicara, tentu saja masalah-masalah baru mulai bermunculan. Ada waktunya ketika saya sangat bergumul mengenai masalah makan anak saya. Saya sempet mengalami depresi, setiap kali harus memberi makan anak, saya merasakan kecemasan yang tinggi, marah-marah dan begitu frustasi. Saya sempat ingin lari dan menghindar dari semua tanggung jawab saya sebagai ibu. Kesabaran saya sangat dicobai. Saya mengalami pergumulan masalah dengan pemberian makan anak sampai sekarang, padahal anak saya sudah 3,5 tahun. Tapi Tuhan banyak memberikan kemajuan dalam hal ini, misalnya dari yang dulu tidak mau makan makanan keras sekarang ia sudah mulai mau makan seperti nasi, dll. 

Masalah lainnya, anak mulai mengerti kata “tidak” dan mulai mencobai kita sebagai orangtua. Secara emosi saya dicobai, harus belajar bagaimana mengendalikan emosi dan tidak mendisiplin anak ketika saya emosi. Saya seringkali merasa gagal menjadi orangtua. Gagal mendidik anak saya. Saya mulai merasakan menjadi orangtua itu tidak seindah yang saya bayangkan. Saya sering mengalami stres dan berkata kepada suami bahwa saya rasanya ingin pergi dan menghindar dari tanggung jawab saya sebagai ibu. Tapi itu tidak mungkin terjadi kan? Menjadi ibu tidak pernah ada hari libur. Saya sering merasa iri kepada teman-teman saya yang bisa bekerja di kantor tanpa harus tiap hari berjuang dengan anak.

Namun Tuhan itu sangat baik kepada saya. Ia membukakan kepada saya bahwa hal itu akan terus terjadi jika saya tidak menjadikan parenting adalah prioritas saya (setelah Tuhan dan pasangan). Saya harus memiliki prioritas yang benar terlebih dahulu. Saya harus menerima tanggung jawab ini sebagai FULL TIME JOB. Jika saya memprioritaskan hal ini, maka saya akan menerimanya dan akan menikmatinya. Memang saya akui, bahwa ketika saya menjalani peran sebagai ibu, saya lebih merasa saya tidak berharga dan tidak berguna. Saya merasa saya tidak produktif ketika saya tidak lagi bekerja. Itu adalah pemikiran saya yang salah. Tuhan ubahkan pola pikir saya, bahwa menjadi seorang ibu adalah sebuah tugas dan tanggung jawab yang sangat besar, ini adalah suatu panggilan, suatu visi dalam hidup saya. Pola pikir saya mulai diubahkan oleh Tuhan. Tuhan mengingatkan bahwa mengajar anak adalah suatu tugas dan adalah tanggung jawab kita sebagai orangtua dan ini adalah perintah Tuhan sendiri.



 
Mazmur 127:3 berkata: “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada Tuhan, dan buah kandungan adalah suatu upah” 
 
Saya diingatkan oleh Tuhan bahwa anak lelaki atau perempuan adalah PUSAKANYA TUHAN yang diberikan kepada kita sebagai upah. Saya harus datang kepada Tuhan untuk belajar menjadi orangtua. Saya harus banyak mencari Firman-Nya ketika saya mendidik anak saya. Puji Tuhan! Saya mengalami suatu perubahan dalam hati dan pola pikir saya tentang mengasuh anak saya. 

Ulangan 6:6-7 berkata: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”. 

Salah satu hal yang terpenting Tuhan ajarkan dalam parenting, lewat sebuah buku adalah, otoritas. Kadang kita tidak menyadari bahwa Tuhan telah memberikan otoritas kepada kita terhadap anak-anak kita. Kita harus percaya dan menerima hal itu. Konsep otoritas adalah hal yang paling mendasar dalam parenting. Cerita Alkitab mengenai otoritas salah satunya ada di Matius 8:5-13, tentang perwira Roma yang datang ke Yesus meminta Dia menyembuhkan hambanya yang sedang sakit. Ketika Yesus menawarkan untuk datang ke rumahnya, perwira itu menolak. Dia menjelaskan kepada Yesus bahwa itu tidak perlu. Dia mengerti Yesus mempunyai otoritas terhadap sakit penyakit, dan karena dia sungguh mengerti konsep otoritas, dia tahu bahwa Yesus hanya perlu menyebut satu kata, dan hambanya akan sembuh. Yesus heran akan iman orang ini. Karena perwira ini mengerti konsep otoritas, hambanya disembuhkan secara instant, dan dia pun dipuji sebagai contoh iman yang besar untuk semua orang Kristen. Bukankah iman seperti itu yang satu hari kita ingin lihat di anak-anak kita? 

Di seluruh Perjanjian Lama dan Baru ada banyak cerita iman beserta ketaatan, kedua hal ini ini sangatlah berkaitan, yang merupakan hasil otoritas yang kita terima dari Allah bagi anak-anak kita. Ini semua adalah suatu contoh yang jelas untuk kita semua tentang bagaimana kita harus mengasihi dan memimpin anak-anak kita. Dengan mengikuti teladan Tuhan kita tidak hanya melukiskan gambaran kepada anak-anak kita, tentang sebagaimana hubungan mereka dengan Tuhan nantinya, kita juga menaruh di dalam hati mereka jenis iman yang Tuhan Yesus puji di perwira Romawi ini. 

Kunci keberhasilan dan sukacita dalam parenting adalah menerima otoritas yang TUHAN sudah berikan kepada kita atas anak-anak, gabungkan itu dengan kasih dan ketekunan, dan pakailah itu untuk kebaikan mereka, untuk melatih mereka di dalam jalan Tuhan dan memimpin mereka ke hubungan yang kekal dengan Dia.
Nah dari situlah saya banyak mengalami perubahan. Saya mulai banyak menikmati setiap kegiatan yang saya lakukan bersama Kenzie, anak saya. Saya mulai banyak belajar
mengendalikan emosi saya. Saya dapat mengajarkan konsep “taat” kepada Kenzie. Saya bersepakat dengan suami dalam mendidik Kenzie. Karena butuh peran kedua orangtua dalam mendidik anak, maka sangat perlu kata sepakat. 

Amsal 3:1-3 Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu memelihara perintahku, karena panjang umur dan lanjut usia serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu. Janganlah kiranya kasih dan setia meninggalkan engkau! Kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu. 

Ajarkanlah Firman Tuhan ketika kita melakukan segala hal dalam kehidupan kita, sambil kita menikmati waktu kita bersama. Apa saja yang bisa kita sebagai orangtua lakukan untuk menikmati waktu-waktu kita bersama dengan anak-anak kita? Ada beberapa tips yang biasa kami lakukan bersama dengan anak kami Kenzie:
  • Setiap pagi kami selalu berusaha untuk ada di tempat tidurnya ketika jam dia bangun tidur. Kami berikan senyuman dan ucapan selamat pagi. Kami juga tidak lupa menanyakan apakah dia tidur dengan nyenyak dan bermimpi indah? Kami berikan ciuman dan pelukan. Thankfull
  • Ketika papa pulang dari kantor, biasanya kami juga saling bertukar cerita. Apa saja yang terjadi hari ini. Apa yang masing-masing alami sepanjang hari itu. Meskipun anak masih kecil, kami sudah terbiasa melakukan hal itu. Caring for others
  • Memiliki waktu untuk bermain bersama. Lewat bermain, kita bisa banyak mengajarkan anak nilai-nilai kerajaan Surga. Mengajarkan tentang Tuhan. Have fun
  • Sebelum tidur, kami biasakan untuk membaca dan membahas kisah-kisah yang diambil dari Firman Tuhan. Lalu berdoa bersama. Fellowship
  • Kami membiasakan anak juga mencintai buku. Jadi kami juga mengisi kebersamaan kami dengan membacakan buku kepada Kenzie. Learning
  • Ada kalanya papa mengajak Kenzie mencuci mobil bersama, itu sangat menyenangkan dan Kenzie juga sangat suka. Kenzie belajar yang namanya tanggung jawab. Helping others
  • Saya mengajak Kenzie untuk membantu saya ketika membereskan tempat tidur, mengganti sprei kasurnya. Responsible

Ada banyak hal yang orangtua dapat ajarkan dengan terapkan dalam menikmati waktu bersama dengan anak. Jangan menjadikan itu sebagai beban, namun harus kita jadikan sarana untuk mengajar anak-anak kita. Lewat hal-hal yang kecil, ada begitu banyak kesempatan yang dapat kita gunakan untuk mengisi hati dan pikiran mereka dengan nilai- nilai kebenaran.

Menjadi orangtua adalah sebuah anugerah sekaligus sebuah tantangan. Menjadi orangtua tidaklah selalu mudah, seringkali banyak sulitnya. Namun apabila jika menjalaninya bersama Tuhan, Dia yang akan memberikan hikmat, kekuatan, kesabaran sehingga pada prosesnya kita dapat menikmati anugerah tersebut. Dan pada saatnya kita dapat melihat bahwa apa yang pernah kita tabur dalam hidup anak-anak kita tidaklah akan pernah sia-sia. Ketika saya sebutkan nama Thomas Alva Edison, Albert Einstein dan Helen Keller. Bayangkan dampak kehidupan mereka bagi dunia ini. Ini terbanyak ditentukan oleh orangtua mereka. Siapa anak kita nantinya akan banyak ditentukan kita sebagai orang tuanya. Ingat, mereka adalah PUSAKA ALLAH. Dunia ini butuh mereka dalam potensi maksimalnya, kitalah rekan sekerja Allah untuk itu terpenuhi. 
 
Saya sengaja membuat tulisan ini dalam bentuk cerita karena kehidupan ini adalah cerita indah yang Tuhan berikan buat saya. Banyak cerita indah ketika pada akhir ceritanya saja, namun pada prosesnya tidak. Saya percaya Tuhan memberikan keindahan itu pada akhirnya dan juga pada prosesnya. Buatlah cerita indah mengenai kehidupan sebagai orang tua dengan anak. Ingat Alkitab berkata buah kandungan adalah upah, upah pastilah sesuatu hal yang baik dan untuk dinikmati.

It’s not a fairy tale, it’s a GODLY TALE writen by me, you, our family and the most important, it is written by God Himself. 

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^