Monday, January 20, 2020

Yesus dan Hukum Taurat


by Yunie Sutanto

"Janganlah kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk meniadakan hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya, melainkan untuk menggenapinya. Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.”
(Matius 5:17-18)

Ayat di atas menjelaskan salah satu tujuan Yesus datang ke dunia: menggenapi hukum Taurat dan kitab para nabi. Apa maksud menggenapi Hukum Taurat ini? Apakah hukum Taurat itu ganjil sehingga perlu digenapi? Memangnya apa yang kurang dengan Hukum Taurat dan kitab para nabi?

Hukum Taurat atau Torah merujuk pada 5 (lima) kitab pertama Perjanjian Lama. Torah berasal dari bahasa Ibrani yarah yang berarti memberi pengajaran, mengajarkan, menunjukkan. Secara umum, Torah juga bisa diartikan sebagai instruksi. Memang, jika kita membaca Perjanjian Lama, maka kita akan banyak sekali menemukan perintah dan larangan, what we should do and what we should not do. Dari sekian banyak peraturan dalam hukum Taurat, St. Thomas Aquinas mengkategorikannya dalam tiga jenis: hukum moral, seremonial dan yudisial. Hukum moral misalnya adalah apa yang tertulis dalam 10 perintah Allah: jangan membunuh, jangan mencuri, jangan bersaksi duta. Hukum seremonial misalnya aturan-aturan memberikan persembahan di bait suci. Sedangkan hukum yudisial misalnya aturan-aturan dalam hidup bermasyarakat. 

Mari kita lihat bagaimana Yesus menggenapi hukum Taurat.
1. Yesus memprioritaskan KASIH lebih dari HUKUM
Jika kita membaca Perjanjian Baru, maka ada banyak sekali contoh Yesus mengutip hukum Taurat, tapi kemudian memberikan perintah baru. 

”Kalian pernah mendengar kata-kata, ’Mata ganti mata, dan gigi ganti gigi.’ Tapi aku berkata kepada kalian: Jangan melawan orang jahat. Sebaliknya, kalau ada yang menampar pipi kananmu, berikan juga pipi kirimu.”
(Matius 5:38-39)

“Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
(Matius 5:43-44)

Apakah itu berarti hukum Taurat adalah sebuah kesalahan. Tentu saja tidak. Yesus hanya ingin menegaskan, bahwa kedatangannya sebagai Juru Selamat telah membawa manusia ke dalam era yang baru yaitu era KASIH KARUNIA. Paulus menjelaskan prinsip ini dalam Kitab Roma: Allah memberikan hukum Taurat supaya manusia mengenal dosa (Roma 3:20) dan mengerti bahwa semua orang telah berbuat dosa dan telah kehilangan kemuliaan Allah (Roma 3:22). Namun, hukum Taurat tidak menyelamatkan, hanya kasih karunia Allah melalui iman kepada Kristus lah yang menyelamatkan manusia (Roma 3:24).

Yesus menggenapi hukum Taurat dengan memberikan hukum baru, yaitu hukum kasih karunia.

2. Yesus memprioritaskan HATI dibanding SEREMONI
Salah satu bagian yang menarik di Perjanjian Baru adalah ‘perseteruan’ antara Yesus dan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi. Menarik karena Yesus yang begitu lembut dan penuh kasih, bisa menjadi begitu tegas dan tajam saat ia bicara tentang ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.

Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan. Hai orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran. Demikian jugalah kamu, di sebelah luar kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh kemunafikan dan kedurjanaan.
(Matius 23:25-28)

Ahli-ahli Taurat, seperti sudah dijelaskan oleh namanya, adalah pemuka agama yang sangat menguasai hukum Taurat dan bahkan menjadi pengajar. Ahli-ahli Taurat ini memiliki posisi yang sangat tinggi di masyarakat Yahudi, bahkan menjadi anggota Sanhedrin atau mahkamah agama.

Tapi kenapa Yesus jelas-jelas menunjukkan ketidaksukaan kepada mereka? Alasannya satu, karena mereka munafik. Di luar mereka tampak baik, namun hatinya buruk. Sayangnya, orang-orang Farisi dan Ahli-Ahli Taurat ini sudah merasa dirinya baik, karena mereka melakukan hukum Taurat dengan sempurna, sehingga merasa tidak perlu Kristus. Melakukan hukum Taurat tanpa perubahan hati bisa menjebak kita pada kesombongan rohani dan membuat kita mudah menghakimi.

3. YESUS memprioritaskan PENGERTIAN dibandingkan KETAATAN BUTA
Kadang ketika kita menerima sebuah peraturan, kita bisa menjadi begitu saklek dalam melakukannya. Itulah yang dilakukan oleh orang Farisi. Tapi Yesus berbeda, Ia melakukan hal-hal yang dianggap melanggar hukum Taurat karena ia mengerti hati Allah. Yesus menyembuhkan seorang wanita pada hari Sabat karena Ia mengerti menyelamatkan satu jiwa lebih penting dari segala sesuatu (Markus 13:14-16). Yesus juga pernah membiarkan murid-muridnya memetik gandum di ladang, karena ia mengerti Hari Sabat diadakan untuk manusia, bukan manusia untuk hari Sabat.“ (Markus 2:27)

Ketaatan buta, tanpa pengertian akan hati Allah, akan membawa kita pada kehidupan rohani yang kosong. Tuhan memang ingin kita taat, tapi terlebih dari itu, Ia ingin kita mengenal-Nya. Sehingga pengenalan akan dia lah yang kemudian menjadi alasan ketaatan kita.

***

Jika kita perhatikan, hukum-hukum Taurat yang diperbaharui oleh Yesus adalah hukum yang bersifat seremoni dan yudisial. Namun, Yesus tidak mengubah hukum moral. Mengapa? Karena di dalam hukum moral itu, ada hukum yang terutama, yaitu "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.” (Matius 22:38-39).

Hukum Taurat bukanlah alat untuk menghakimi dosa orang lain. Yesus menghendaki, agar semakin mengenal dan melakukan hukum Taurat, manusia justru semakin disadarkan akan ketidakberdayaannya untuk menjaga hati yang penuh keinginan berdosa. Hukum Taurat memberi petunjuk arah kepada Kristus dan menyadarkan kebutuhan kita akan Juru Selamat. Dengan hukum Taurat, kita disadarkan bahwa sekalipun kita bisa memoles penampilan luar begitu rohani, tetapi hati kita tanpa Kristus tetaplah kotor. 

Kita butuh Yesus untuk tinggal di hati kita dan menebus dosa kita. Kita butuh Roh Kudus-Nya untuk menginsafkan kita akan dosa dan senantiasa mengingatkan kita untuk hidup benar. Kita tidak bisa mengandalkan kekuatan sendiri untuk hidup benar. Hidup benar dimulai dari hati, yang lalu menghasilkan buah roh sebagai hasil persekutuan indah dengan Kristus. 

Kristus tidak membatalkan hukum Taurat, Ia menggenapinya.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^