Friday, August 18, 2017

Hepatitis Rohani: Jemu Berbuat Baik


by Yunie Sutanto

Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kita akan menuai , jika kita tidak menjadi lemah. -- Galatia 6:9

Pernah merasa jemu berbuat baik? Ingin cuti rasanya, dari jadi-orang-baik. Jangan kita terus yang jadi orang baik lah! Seolah-olah kita ingin mengucapkan dialognya Cinta di sekuel film Ada Apa dengan Cinta: “Yang kamu lakukan pada saya itu… jahat.” Kita mulai membalas kejahatan dengan kejahatan juga. Kita mulai bosan menjadi orang baik yang bodoh karena mengalah terus dan mulai memilih menjadi orang jahat yang adil dan pintar. Kita mulai “malas” berbuat baik. Kalau artikel ini diberi judul, rasanya lebih cocok menggunakan ini: Ada Apa dengan Hatiku? Ya, ada apa dengan hati seorang pengikut Kristus yang jemu berbuat baik?

Jika gejala “jemu” berbuat baik mulai muncul di hati kita, mari kita mendiagnosis hati masing-masing dan lakukan check up dengan Dokter Yesus, Sang spesialis hati. Ia sanggup menganalisis dengan tajam sumber kejemuan hati kita! Saat kita mulai bosan, mulai tak bergairah melakukan kebaikan bagi Dia, mungkin kita sedang terjangkit hepatitis rohani. Kalau penyakit hepatitis adalah kerusakan fungsi organ hati yang membuat tubuh kehilangan fungsi menetralisir racun, hal yang sama terjadi pada hepatitis rohani. Kita jadi tidak dapat lagi menangkal racun dari lingkungan sekitar, kita tidak kebal terhadap kotoran. Akibatnya, hati kita mulai jadi rusak. Hati mulai cemar dan menganggap kejahatan yang terlintas di pikiran kita dengan biasa saja. Lama-lama kita jadi mengalami apatis rohani. Kita cuek dan tidak lagi punya gairah apapun untuk berbuat baik bagi Kristus.

Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.
-- Amsal 4:23

Dari ayat di atas, kita dapat mulai merenungkan masalah apa yang sedang menghampiri hati kita:

Kurang waspada menjaga hatikah? Tertusuk panah api si iblis kah?

Kalau menilik lagi, pasti posisi hati kita sedang lemah. Seperti baterai HP yang sudah low battery dan sebentar lagi off; demikian pula kita perlu me-recharge baterai hati kira dengan Sang Sumber energi, seperti ranting yang mati jika tidak melekat ke Pokok Anggur.

Kita perlu terus mengingat kebaikan Kristus bagi kita. Sering-seringlah berlutut di kaki salib-Nya, agar kita tidak terserang penyakit “lupa” kebaikan Tuhan! Mungkin kualitas dan kuantitas waktu teduh kita perlu diperbaiki? Hm, bisa jadi, sih…

Sebagai pengikut Yesus, berbuat baik itu adalah gaya hidup. Sang Sumber Kebaikan telah hadir di hati kita, dan dari Kristuslah sumber kekuatan kita untuk terus berbuat baik! Saat kita mulai tidak melekat ke Sang Sumber, tidak heran kalau rasa jemu menguasai batin kita! Sebab sumber kekuatan kita berbuat baik hanyalah Kristus sendiri, bukan dari diri kita sendiri. Coba kalau memakai kekuatan manusiawi kita? Nggak akan sanggup bertahan lama, deh. Makanya jadi jemu.. -.-“

Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan. --   Korintus 9:8

So, lagi jemu berbuat baik? Lagi galau tinggi dan rasanya ingin menunda berbuat baik? Lagi kurang hikmat untuk memulai berbuat baik lagi? Mintalah pada Tuhan yang empunya hikmat! Kasih karunia-Nya cukup buat kita untuk keep doing the good fight until the end.

Aplikasi praktisnya bagaimana, ya?

Kembali lagi lakukan apa yang dahulu kita lakukan saat kasih mula-mula. Nasehat kepada jemaat Efesus cocok untuk kita yang terjangkit hepatitis rohani: 

Namun demikian Aku mencela engkau, karena engkau telah meninggalkan kasihmu yang semula. Sebab itu ingatlah betapa dalamnya engkau telah jatuh! Bertobatlah dan lakukanlah lagi apa yang semula engkau lakukan. Jika tidak demikian, Aku akan datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau tidak bertobat. -- Wahyu 2:4-5
  • Miliki waktu yang diprioritaskan untuk bersekutu secara intin bersama-Nya. Mulai bangun kebiasaan bersaat teduh karena kehausan dan kerinduan, bukan karena keharusan dan taurat. Mulai kembali mencurahkan isi hati apa adanya pada Yesus, mengakui dosa-dosa dan lakukan pertobatan yang sungguh-sungguh. Dan teruslah melekat pada Pokok Anggur :) Karena saat relasi kita dengan Tuhan Yesus kuat dan kokoh, kita memiliki dasar yang teguh untuk mulai berbuat kebaikan kepada sesama. 
  • Banyak memberi sedekah, menyumbang ke panti asuhan, mengunjungi panti jompo, menjadi relawan bencana, dan sebagainya mungkin aplikasi nyata dari berbagai kebajikan yang bisa kita lakukan kepada masyarakat kita. Jangan jemu mengambil kesempatan untuk memberikan kebaikan jika memungkinkan. 
Lebih praktis lagi, bagaimana brebuat baik kepada orang terdekat kita?

Konon katanya berbuat baik pada orang yang jarang dijumpai, yang tidak kita kenal dekat, jauh lebih mudah. Tetapi jika urusan berbuat baiknya pada orang yang kita kenal betul sifatnya, sudah hafal deh prilaku baik buruknya, kadang membuat agak bergumul untuk berbuat baik. Kerabat yang suka berhutang misalnya, atau teman yang sering minjam buku tapi selalu lupa mengembalikan. Hati jadi mikir-mikir ulang gitu loh, untuk berbuat baik; tapi bagian kita sebisanya jangan menunda kebaikan yang sebetulnya sanggup kita lakukan (lihat Amsal 3:27).

Hati yang gembira adalah obat bagi setiap gejala penyakit hati! Apapun yang terjadi, biarlah sukacita kelahiran baru senantiasa mewarnai hari-hari kita, dan seperti seorang istri kita bisa berbuat baik kepada suaminya sepanjang umur hidupnya dan tidak berbuat jahat kepadanya. (Amsal 31:12). Amin :)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^