Wednesday, August 30, 2017

Book Review: Run or Die


by Azaria Amelia Adam

Ini review dari bukunya kak Relon Star. Dari cover-nya, kita bisa menebak seperti apa kesaksian hidup kak Relon, seorang anak pendeta yang berjuang melepaskan diri dari narkoba dan pergaulan bebas.

Buku ini ditulis langsung oleh Kak Relon. Boleh dikatakan ini "kesaksian yang hidup". Aku juga suka gaya bahasanya kak Relon yang 'anak-muda' banget, bisa terbuka menulis apa yang dia rasakan. Termasuk saat dia menulis perasaan kesal karena menganggap Papanya yang pendeta lebih mementingkan pelayanan daripada keluarga. Dia juga memberikan motivasi lengkap dengan cara-cara sederhana untuk lepas dari narkoba. Kelihatan sekali kak Relon rindu agar anak-anak muda yang pernah jatuh seperti dia dulu, bisa merasakan pengalaman pribadi dengan Tuhan dan mendapatkan hidup baru. 

Hal yang aku suka dari buku ini, salah satunya, adalah waktu Kak Relon ditangkap Tuhan. Saat itu dia membaca buku 'Rasa Tertolak' yang ditulis Derek Prince. Bukunya tipis jadi bisa langsung habis dibaca. Karena buku kecil itu, hidupnya dipulihkan. Tuhan memakai buku kecil tipis itu untuk membuat seorang pemudi bertobat. Akhirnya aku jadi mengerti, kalau mau menjangkau jiwa melalui tulisan, salah satu cara sederhananya adlah dengan membuat tulisan yang singkat dan padat, tetapi dengan bahasa yang ringan. Kak Relon sadar itu, makanya tulisan dalam buku kecilnya ini dibuat seperti itu. 

Yang berikutnya, buku ini memang didedikasikan untuk orang-orang yang tersesat dalam pergaulan bebas dan narkoba. Buku ini diterbitkan dengan seruan 'You are Loved with The Unconditional Love', 'Hidupmu masih bisa dipulihkan', ‘Jangan Tengok ke Belakang’, 'Kalau saya bisa, kalian juga pasti Bisa'. Kak Relon menyampaikan itu semua di bab terakhir. 

Terakhir, Kak Relon menceritakan mujizat Tuhan dalam hidupnya. Kalian tahu kan, resiko orang yang menggunakan narkoba. Mereka rentan terinfeksi HIV dan Hepatitis B, karena kebiasaan menggunakan jarum suntik bersama-sama. Kak Relon cerita kalo dia pernah sakit kuning, BAK merah seperti teh, pokoknya gejala hepatitis. Apalagi kalau bukan Hepatitis B. Puji Tuhan, kak Relon bisa pulih. Penyakitnya tidak mengalami progresivitas menjadi kronik dan dia bisa bersaksi tentang kesembuhannya. 

Ada lagi, setelah dia memutuskan berhenti mengunakan narkoba, morfin atau shabu-shabu, dia tidak mengalami gejala withdrawal atau sakau. Tuhan memulihkan secara utuh. Mungkin saat itu, Tuhan mengizinkan morfin endogen dalam sistem tubuh kak Relon bekerja secara sempurna sampai tidak ada gejala 'butuh injeksi morfin'. Dan, kalau pun dia tidak mengalami masa withdrawal amfetamin atau shabu, sepertinya sukacita dari Sorga itu sudah cukup untuk menjadi neurostimulan, jadi Kak Relon bisa langsung beraktivitas seperti biasa. Mungkin karena saya latar belakang pekerjaan tenaga medis, jadi analisanya kayak gitu. Lord Jesus, I'm amazed.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^