Monday, October 21, 2019

Ingatlah Akan Isteri Lot


by Glory Ekasari

Demikianlah halnya kelak pada hari di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya. Barangsiapa pada hari itu sedang di peranginan di atas rumah dan barang-barangnya di dalam rumah, janganlah ia turun untuk mengambilnya; dan demikian juga orang yang sedang di ladang, janganlah ia kembali. Ingatlah akan isteri Lot! Barangsiapa berusaha memelihara nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; dan barangsiapa kehilangan nyawanya, ia akan menyelamatkannya.
(Lukas 17:30-33)

Kisah penghancuran Sodom dan Gomora adalah kisah yang terkenal. Kedua kota itu, bersama kota-kota lain yang lebih kecil di lembah Yordan (Adma dan Zeboim), terkenal sebagai kota-kota yang sangat jahat; begitu jahat, sampai orang Kanaan pada masa Abraham pun mengeluhkan kejahatan mereka (Kejadian 18:20). Sebagai informasi, bangsa-bangsa Kanaan adalah bangsa-bangsa yang brutal, yang hidup dalam kecemaran. Bila mereka saja sampai mengeluhkan kejahatan Sodom dan Gomora, berarti betapa jahatnya kedua kota itu! Di Sodom, kota metropolitan itu, Lot memang berkembang dalam bisnisnya, tetapi jiwanya sangat menderita karena kejahatan penduduknya (2 Petrus 2:7).

Ketika Tuhan mengutus dua orang malaikat-Nya untuk membawa Lot keluar dari Sodom, terjadilah hal yang mengerikan: semua lelaki di kota Sodom mengepung rumah Lot dan memintanya mengeluarkan kedua tamunya, karena penduduk kota itu (laki-laki) hendak memperkosa mereka (Kejadian 19:4-5)! Bila itu belum cukup buruk, Lot bahkan menawarkan dua anak gadisnya kepada penduduk kota itu sebagai pengganti tamunya (!!), tetapi penduduk Sodom menolak dan tetap berkeras meminta laki-laki (!!!). Kedua malaikat itu harus membutakan mata seluruh penduduk agar mereka tidak menganiaya Lot, dan akhirnya mereka membawa keluarga Lot keluar dari kota itu dengan paksa. 

Lalu bagaimana dengan isteri Lot? Kita tidak tahu namanya, apalagi kisah hidupnya, tapi dia sangat terkenal karena apa yang dialaminya di akhir hidupnya: ia mati sebagai tiang garam. Apa yang terjadi?

Kisah penghancuran Sodom dapat kita baca dalam Kejadian 19.

Ketika fajar telah menyingsing, kedua malaikat itu mendesak Lot, supaya bersegera, katanya: “Bangunlah, bawalah isterimu dan kedua anakmu yang ada di sini, supaya engkau jangan mati lenyap karena kedurjanaan kota ini.” Ketika ia berlambat-lambat, maka tangannya, tangan isteri dan tangan kedua anaknya dipegang oleh kedua orang itu, sebab TUHAN hendak mengasihani dia; lalu kedua orang itu menuntunnya ke luar kota dan melepaskannya di sana. Sesudah kedua orang itu menuntun mereka sampai ke luar, berkatalah seorang: “Larilah, selamatkanlah nyawamu; janganlah menoleh ke belakang, dan janganlah berhenti di manapun juga di Lembah Yordan. Larilah ke pegunungan, supaya engkau jangan mati lenyap. . . Kemudian TUHAN menurunkan hujan belerang dan api atas Sodom dan Gomora, berasal dari TUHAN, dari langit; dan ditunggangbalikkan-Nyalah kota-kota itu dan Lembah Yordan dan semua penduduk kota-kota serta tumbuh-tumbuhan di tanah. Tetapi isteri Lot, yang berjalan mengikutinya, menoleh ke belakang, lalu menjadi tiang garam.
(Kejadian 19:15-17, 24-26)

Peristiwa penghancuran Sodom dan Gomora adalah kejadian yang sangat mengerikan. Kita tidak tahu apa yang menghancurkan kedua kota itu (ada yang bilang meteor, ada yang bilang gunung berapi, dsb), tetapi yang kita tahu, terjadi “hujan belerang dan api” yang dahsyat. Untuk api agar bisa membakar dua kota besar sampai habis, tentu suhunya sangat amat tinggi. Dan bayangkan bau busuk yang luar biasa karena belerang yang begitu banyak. Seandainya kita tiba-tiba dihujani api dan belerang dari langit, saya yakin kita akan lari tunggang-langgang tanpa pikir panjang! Yang penting selamatkan nyawa dulu, yang lainnya bukan prioritas.

Karena itulah apa yang dilakukan isteri Lot sangat mengherankan: dia menoleh ke belakang; dia berlama-lama, entah dia penasaran atau merasa kehilangan semua kekayaannya. Dia lebih peduli pada apapun yang tidak sempat dibawanya dari Sodom, daripada nyawanya sendiri! Betapa bodohnya tindakan ini. Api yang menghanguskan Sodom dan Gomora, dan belerang yang merusak tanahnya, pasti cukup panas dan beracun untuk menjangkau isteri Lot dalam sekejap dan membunuhnya. Ketika nyala api sudah reda dan kedua kota itu tidak tersisa lagi, yang tersisa dari isteri Lot hanya sebuah “tiang”, gumpalan mineral. Kehancuran itu begitu dahsyat hingga yang ada di tempat kota-kota itu sekarang adalah Laut Mati, yang kaya akan garam mineral, sisa-sisa seluruh penduduk Sodom, termasuk isteri Lot.

Tindakan isteri Lot sangat bodoh, tapi Tuhan Yesus harus mengingatkan kita agar tidak berbuat hal yang sama. Ketika Ia menjelaskan tentang kedatangan-Nya dan akhir zaman kepada para murid, Ia memperingatkan mereka agar ketika datang penghukuman atas tempat di mana kita ada, jangan sampai kita lebih memikirkan harta daripada nyawa kita sendiri. Ini merupakan peringatan tentang prioritas, yang mana yang lebih penting. Prinsip ini harus kita ingat:
Ketika kita ada di tempat di mana dosa merajalela,
hukuman akan datang sewaktu-waktu. 
Sebelum hukuman itu datang dengan tiba-tiba,
kita harus segera meninggalkan semuanya dan lari.

Di mana tempat dosa merajalela? Apakah saat ini kita ada di tempat itu?

Apakah kita sekarang sedang dalam hubungan yang diwarnai kecemaran seksual? Apakah kita bekerja dalam ketidakjujuran? Apakah kita terlibat ikatan yang tidak mau kita lepaskan? Apakah kita menyimpan kepahitan dan iri hati kepada orang lain? Apakah kita masih terlibat penyembahan berhala? Apakah kita tinggal di “Sodom dan Gomora”, tempat di mana kita merasa kita berkembang secara finansial, atau secara romantis, atau secara prestis, tetapi jiwa kita menderita karena kita sadar kita hidup dalam dosa?

Saya ingat seorang hamba Tuhan berkata, “Isteri Lot keluar dari Sodom, tetapi Sodom tidak keluar dari hatinya.” Bagi banyak orang, meninggalkan dosa yang mereka cintai, yang mereka “butuhkan”, adalah hal yang sangat berat. Namun kita harus ingat, apabila kita mencintai dosa, maka kita membenci diri kita sendiri, dan memusuhi Allah.

R. C. Sproul menulis bahwa sebenarnya yang mengherankan bukanlah bahwa Tuhan menghukum kita atas dosa kita, namun bahwa Dia mengasihani kita dan memberi kesempatan kita untuk bertobat. Banyak orang meremehkan anugerah Tuhan karena mereka berpikir Tuhan itu baik, panjang sabar, tidak akan marah, bahwa Tuhan itu “jinak”. Sungguh keliru anggapan yang demikian! Yohanes Pembaptis memperingatkan orang Israel: “Kapak sudah tersedia pada akar pohon, dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api” (Matius 3:10). Lebih lanjut, ia mengingatkan bahwa Yesus “akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (ayat 11). Dalam kitab Wahyu, Yesus Kristuslah yang berkuasa membuka tujuh materai dan menjatuhkan hukuman atas seluruh bumi, atas orang-orang berdosa. Apabila kita hidup dalam dosa, kita bisa yakin akan satu hal: sewaktu-waktu, Tuhan akan menjatuhkan hukuman atas kita.

Apa yang harus kita lakukan? Lari! Larilah dari dosa. Tinggalkan dosa itu, tinggalkan sekarang juga, dan jangan menoleh ke belakang! Sekalipun semua yang kita cintai ada dalam dosa itu, sekalipun kita akan kehilangan banyak hal, sekalipun kita kehilangan kekasih kita, sekalipun kita rugi besar, larilah! Bukankah nyawa dan jiwa kita lebih berharga daripada itu semua? Semua itu akan terbakar habis dan lenyap, dan kita tentu tidak mau menjadi tiang garam seperti isteri Lot!

“Pada hari ini, jika kamu mendengar suara-Nya, janganlah keraskan hatimu.” (Ibrani 4:7). Seperti Tuhan mengasihi keluarga Lot, Tuhan mengasihi kita dan menghendaki keselamatan kita. Tinggalkan dosamu, dan jangan menoleh ke belakang. Ingatlah akan isteri Lot.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^