Thursday, March 22, 2018

Why Get Married?


by Sarah Eliana

*Girls, your worth is not in your marital status or in how many children you have. There is nothing wrong in wanting to be married and to be a mother. What is evil is making marriage and parenthood the sole objective and goal to define womanhood or to find worth.

Pernah kepikir gak kenapa sih kebanyakan manusia (terutama cewek) punya impian untuk menikah? Apa sih tujuan kita menikah? Aku rasa kalo kita tanya ke orang lain (atau diri sendiri), 90% jawabannya adalah, “Karena aku mencintai dia.” Untuk yang masih single, mungkin jawabannya, “Because I want to grow old with someone who can complete me.” Lover, soulmate, love of my life—apapun sebutannya, rata-rata kita memiliki pikiran bahwa kalau kita punya special someone, hidup kita akan menjadi utuh. Kita akan bahagia. 

Kalo begitu, kenapa pernikahan begitu penting untuk Tuhan? Sampe banyak banget ayat-ayat di Alkitab yang ngomongin tentang pernikahan. Kalo cuman supaya kita bisa hidup dan grow old dengan orang yang kita cintai, ngapain sih Tuhan sampe panjang lebar ngebahas tentang hubungan dan peran suami istri? Kalo emang cuman supaya kita bahagia, kenapa musti ada aturan-aturan itu di Alkitab? Toh happy gak happy-nya kita kan gak tergantung aturan. Yang penting kita jalani rumah tangga sesuai dengan karakter kita sebagai suami istri, beres deh, ya kan? Kalo Tuhan ciptakan yang namanya pernikahan hanya supaya kita gak kesepian, ngapain Tuhan sampe susah payah membahas tentang siapa yang boleh dan tidak boleh kita nikahi? Kenapa anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang yang belum percaya? Toh biarpun belum percaya Tuhan gak berarti orang itu jahat kan? Banyak koq buktinya, orang yang belum percaya Tuhan yang mengasihi dan memperlakukan pasangan mereka dengan super duper zuper luar biasa baiknya. Banyak koq pernikahan orang-orang gak percaya yang super bahagia sampe akhir hayat. Jadi, kenapa Tuhan ciptakan yang namanya pernikahan? Kenapa kita menikah? Apa yang membuat beda pernikahan anak Tuhan dan orang yang belum percaya?

Saat ngomongin tentang pernikahan, otomatis kita berpikir tentang diri kita. We think about our happiness. We think about how we should treat our spouse, and how our spouse should treat us. But, we really should stop thinking about us and start thinking about the Creator of marriage: GOD! Have you ever thought that perhaps marriage is more about you and God than about you and your spouse?

Satu hal yang aku tau, Tuhan tidak ciptakan pernikahan itu hanya supaya kita bisa “live happily ever after”. Aku baru menikah 9 tahun dan aku tau kalo pernikahan itu gak gampang. Banyak pengorbanan yang harus kita lakukan saat menikah: waktu, diri kita sendiri, uang, karir, dll. Pada dasarnya, pernikahan adalah panggilan, dan sama seperti panggilan-panggilan yang lain, pernikahan itu juga butuh kerja keras. Reality check: cinta doank gak cukup bow!! Pernikahan juga bukan satu hal yang bisa membuat kita bisa ngerasa “utuh”. Suami/istri gak mungkin bisa kita jadikan object yang dapat memberikan rasa utuh ke diri kita. Ada buku dari Gary Thomas yang judulnya Sacred Marriage, dan di dalam bukunya, dia bilang gini:

“The problem with looking to another human to complete us is that, spiritually speaking, it's idolatry. We are to find our fulfillment and purpose in GOD... and if we expect our spouse to be ‘God’ to us, he/she will fail every day. No person can live up to such expectations.”

(Bila kita mencari seorang manusia untuk melengkapi kita, hal itu —secara rohani— adalah penyembahan berhala. Kita semestinya mencari kepenuhan dan tujuan hidup di dalam Tuhan... Dan bila kita mengharapkan pasangan menjadi ‘tuhan’ bagi kita, dia akan senantiasa gagal. Tidak ada manusia yang dapat memenuhi ekspektasi setinggi itu.) (Terj. Editor)

HOW TRUE!!! Karena itu selagi single, bangunlah hubungan yang intim dengan Tuhan. Cari jati dirimu di dalam Tuhan. Fokus ke Tuhan. Nah, nanti kalo Tuhan panggil untuk married, kita akan lebih siap untuk itu. 

Ya, Tuhan pengen kita bahagia, tapi Dia lebih pengen lagi kita punya hubungan yang intim dengan-Nya, karena itulah sumber kebahagiaan yang sejati. Listen to this, girls: Tuhan ciptakan pernikahan karena Tuhan mau lewat pernikahan itu kita bisa memiliki keintiman spiritual dengan-Nya. Tuhan panggil kita untuk menikah karena Tuhan mau suami dan istri saling mengingatkan tentang Tuhan, saling membangun di dalam Tuhan, saling menopang di dalam Tuhan. Misalnya gini: waktu lagi aku lagi sakit/capek, suami gak malu-malu masuk ke dapur untuk membuatkan makanan. Untukku, waktu ngeliat dia yang rela melakukan hal ini untukku, aku melihat Yesus, sang Raja Surgawi, yang rela menjadi hamba yang melayaniku. Pinjem kata-katanya Gary Thomas: suamiku “is modeling God to me, revealing God's mercy to me, and helping me to see with my own eyes a very real spiritual reality.” Dan hopefully, sebaliknya juga demikian. Bahwa lewat aku istrinya, suamiku bisa melihat karakter dan kasih Kristus yang sejati. Apa yang tuhan inginkan melalui pernikahan anak-anak-Nya adalah bahwa kita dan pasangan semakin bertumbuh di dalam Tuhan, semakin merasakan betapa nyatanya Tuhan kita itu.
Suami dan istri itu udah pasti beda banget. Yang satu mahkluk logika, yang satu feeling-nya lebih berbicara. yang satu diciptakan to provide, yang satu diciptakan to build relationships. Yang satu suka yang praktis-praktis, yang satu suka yang indah-indah. Nah, penyatuan dari dua orang yang sangat berbeda ini justru sebetulnya melahirkan satu kesatuan yang indah. Dari dua orang yang berbeda ini kita melihat pribadi Allah yang utuh: Tuhan yang menciptakan ombak dan badai topan, tapi juga Tuhan yang menciptakan angin sepoi-sepoi. Tuhan yang menciptakan singa yang gahar, tapi juga Tuhan yang menciptakan cuddly little rabbits! Tuhan yang mengobrak-abrik Bait Allah, tetapi juga Tuhan yang menangisi Yerusalem. Tuhan yang mendisiplin anak-anak-Nya, tapi juga Tuhan yang rela mati di kayu salib demi anak-anak-Nya! Tuhan ciptakan pernikahan karena dari kesatuan pria dan wanita we represent the totality of God! Tuhan ciptakan pernikahan juga supaya orang lain yang melihat pernikahan kita bisa melihat seperti apa Tuhan itu. Karena kita dan suami kita yang mengasihi Tuhan, orang lain dapat melihat the total image of God, jadi lebih mengenal seperti apa Tuhan itu... bukan hanya Tuhan yang mendisiplin anak-anak-Nya, tapi juga Tuhan yang berhati lembut dan mengayomi. Bukan hanya Tuhan sang Pencipta, tapi juga Tuhan sang Pemelihara. 

Lho, kalo kayak gitu doank, yach kenapa harus married sama orang percaya? Orang gak percaya juga punya karakter-karakter baik yang bisa represent the image of God koq. Yes and no. You see, the difference is kalo orang yang cinta dan takut akan Tuhan selalu tau kalo semua hal baik yang ada pada dirinya (termasuk karakternya) itu datang hanya dari Tuhan, jadi orang yang cinta Tuhan ini gives all the credit and glory to God, and steer others towards Him too. =) Orang yang cinta Tuhan tau tugasnya untuk memuliakan nama Tuhan, sehingga mereka berjalan bersama menuju tujuan yang sama. Sementara orang yang gak kenal Tuhan? Gimana bisa memuliakan Tuhan kalo siapa Tuhannya aja dia gak tau?

Jadi ini sebenernya alasan Tuhan menciptakan pernikahan, gak cuman sekedar supaya kita happy. His reasons are way beyond our wildest imaginations. Through marriage, He wants us to see God who longs to have intimate relationship with us: God who just loves to wow us with His never-failing love. Lewat pernikahan, Tuhan mau kita dan orang lain melihat Tuhan. Seperti kata Gary Thomas:

“God did not create marriage just to give us a pleasant means of repopulating the world and providing a steady societal institution to raise children. He planted marriage among humans as yet another signpost pointing to HIS own eternal, spiritual existence.”

(Tuhan tidak hanya menciptakan pernikahan sebagai carai yang menyenangkan untuk memenuhi dunia dan menyediakan lembaga yang stabil untuk membesarkan anak. Dia membuat pernikahan antara manusia sebagai salah satu papan penanda yang menunjuk pada diri-Nya sendiri, yang kekal dan spiritual.) (Terj. Editor)

Kalo Tuhan ciptakan pernikahan hanya supaya kita happy, waduuhhh...bisa gawat tuh. Berantem sedikit, CERAI! Kalo Tuhan ciptakan pernikahan hanya karena, “Oh..because we love each other,” wahh, kebayang deh: suami sibuk sedikit, lupa hari ultah kita, langsung deh ngerasa gak disayang. CERAI! Kalo kita menikah karena kita ingin diperlakukan seperti princess, like we are the only woman alive on the planet, duh duh duh, bahaya juga nih. Begitu suami marah sedikit, ngebentak sedikit, langsung CERAI! Sori, mas, loe lupa to treat me like a princess!

Dan sedihnya, ini yang makin banyak terjadi. People get married for all the wrong reasons, karena itu tingkat perceraian makin tinggi. “But if we marry for the glory of God, to model His love and commitment to our children, and to reveal His witness to the world, divorce makes no sense.” =) Itu sebabnya juga, guys, kenapa Tuhan berkali-kali wanti-wanti dalam Firman Tuhan bahwa anak-anak terang gak bisa bercampur dengan anak-anak gelap. Anak-anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang-orang yang belum kenal Tuhan; karena bagaimana mungkin orang yang belum kenal Tuhan bisa mengerti kalo ia harus memasuki pernikahan dengan misi yang sangat penting: to glorify the Lord Creator God?

Tuhan ciptakan pernikahan supaya lewat pernikahan itu nama-Nya dimuliakan! Karena itu di Alkitab banyak sekali yang Tuhan katakan tentang pernikahan, tentang tugas-tugas suami, tugas-tugas isteri, dan kenapa anak Tuhan gak boleh menikah dengan orang yang belum kenal Tuhan. Tuhan mau supaya di dalam pernikahan kita tetap tunduk kepada Dia; kita, bersama dengan pasangan kita, tetap menjalankan fungsi kita sebagai anak-anak Tuhan, sehingga melalui itu kita diajarkan tentang hubungan Tuhan dan gereja-Nya. Waktu dua orang anak Tuhan menikah dan mereka saling mengasihi, itu bukan semata-mata karena keharusan atau karena, “It's just a feeling I have for my husband/wife,” tapi betul2 keluar dari hati yang mengasihi dan takut akan Tuhan. Kita jadi mengerti bahwa ada panggilan yang lebih besar bagi kita di dalam pernikahan—gak cuman sekedar untuk menjadi happy. Tau gak, marriage is one of the things here on earth that don't have eternal value. Menikah atau gak sama sekali tidak menentukan apakah kita masuk surga atau gak. Pernikahan gak menyelamatkan jiwa kita! Tapiiii, tau gak bahwa lewat pernikahan yang memuliakan Tuhan, banyak jiwa bisa diberkati bahkan diselamatkan? Contohnya pernikahan Elisabeth dan John Elliot. Waktu masih single aku sering baca buku-buku mereka, terutama buku-buku Elisabeth. Dan cerita cinta serta jalan pernikahan mereka betul-betul memberkati aku. Dan aku tau ada teman aku yang terima Tuhan setelah baca tentang pernikahan mereka. Luar biasa kan? A higher calling, my friends! 

Kalo kita menikah cuman supaya happy, yah emang gak perlu susah2 baca Firman Tuhan. Gak perlu susah-susah ikutin tugas dan peran yang Tuhan kasih ke suami isteri, bahkan gak perlu susah-susah cari calon yang kenal Tuhan. Yang penting orang itu cinta kita, treats us nicely, with love and respect, ya wes married aja. Gak perlu menikah ama sesama anak Tuhan koq, buat memiliki pernikahan yang bahagia. BUT as children of God, we are called to live not just for our own happiness or our own sake. Sebagai anak-anak Tuhan, kita punya panggilan yang lebih besar: kita dipanggil untuk hidup untuk memuliakan Tuhan. Our lives are not our own. Our lives belong to the Lord, and should be treated as such. We give everything (and I mean everything) in our lives, including our marriage, back to God to be used for His purpose and glory. For you singles, it’s your choice. Do you want to be ‘just happy’ or do you want to live according to the will and purpose of the Lord God, your Creator? Believe me when I say that His will and purpose will rock your world more than any man/woman can ever do!! =) There is more than just happiness in the Lord. =)


“Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada pada-Ku mengenai kamu, demikianlah firman Tuhan, yaitu rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.”
(Yeremia 29:11)

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^