Wednesday, March 14, 2018

How Then Should We Dress?


by Sarah Eliana

Bulan ini Majalah Pearl menyajikan tema godliness dari 1 Petrus 3:3-6 yang isinya seperti berikut: 

Perhiasanmu janganlah secara lahiriah, yaitu dengan mengepang-ngepang rambut, memakai perhiasan emas atau dengan mengenakan pakaian yang indah-indah, tetapi perhiasanmu ialah manusia batiniah yang tersembunyi dengan perhiasan yang tidak binasa yang berasal dari roh yang lemah lembut dan tenteram, yang sangat berharga di mata Allah. Sebab demikianlah caranya perempuan-perempuan kudus dahulu berdandan, yaitu perempuan-perempuan yang menaruh pengharapannya kepada Allah; mereka tunduk kepada suaminya, sama seperti Sara taat kepada Abraham dan menamai dia tuannya. Dan kamu adalah anak-anaknya, jika kamu berbuat baik dan tidak takut akan ancaman.

Penulis-penulis lain akan membahas beberapa hal yang ditunjukkan oleh perikop ini, sementara aku hendak membahas tentang bagaimana kita berpakaian. Pakaian seperti apa yang dianggap melewati batas “normal”? Apakah salah mau tampil cantik? Seperti apa seorang anak Tuhan harus berpakaian? 

Tapi sebelum kita bahas lebih lanjut, aku cuman mau kasi tau aja bahwa apa yang kubahas di sini bukanlah legalisme. Dalam Alkitab, terutama Perjanjian Baru, gak ada ayat yang menyatakan, “Sebagai orang Kristen, kamu harus berpakaian seperti ini,” dan juga gak ada ayat yang bilang, “Pake rok mini = dosa,” Tapi, memang ada beberapa guidelines dari Firman Tuhan yang bisa kita pakai .

Guideline no. 1: What does it make others think of me? 
Banyak nih orang yang berpikir kalo orang Kristen harus pake rok panjang, kemeja tertutup yang longgar. aku ingat dulu suamiku pernah bilang “Sebelum aku pergi pelayanan misi full time, aku pikir semua cewek-ceweknya akan pake baju ala cewek jaman nabi Musa yang longgar-longar itu lho.” Ternyata, gak tuh. Cewek-ceweknya masih pada trendy and fashionable, tapi masih dalam batas sopan. Ya, dalam berpakaian pun kita harus memuliakan Tuhan, tapi itu tidak berarti kita harus tampil kayak wanita/pria dari jaman nabi Musa. Firman Tuhan katakan bahwa tubuh kita adalah Bait Allah (1 Korintus 6:19-20). Kalo gedung gereja kudu selalu bersih, rapi, dan cantik, tubuh kita juga! Tapi, kita gak mau kan kalo gereja kita terlihat kayak rumah dukun voodoo? Begitu juga tubuh kita. Kita harus tampil bersih, rapi dan cantik, tapi kita gak mau over fashionable sehingga orang lain hanya mengaitkan identitas kita sebagai “si cewek trendy”, bukannya “si pengikut Kristus”. 

Maka datanglah menyongsong dia seorang perempuan, berpakaian sundal dengan hati licik.
(Amsal 7:10)

Berpakaian sundal. Hiiii!! Harus berhati-hati waktu berpakaian. Jangan sampai orang yang melihat kita berkata, “Ih, tuh orang koq kayak cewek gak bener sih, bajunya buka-bukaan.” Kembali lagi ke ayat, “Tubuhmu adalah Bait Allah.” Kita selalu berusaha supaya gedung gereja kita terlihat bersih dan rapi, tapi kita gak mungkin kan membiarkan gereja itu terbuka, kantor bendahara terbuka lebar sehingga semua orang bisa melihat kas gereja? Begitu juga tubuh kita. Kita mau tampil cantik, tapi juga jangan buka-bukaan sehingga kita membiarkan semua orang melihat “harta” kita. Jadi, saat kita berpakaian selalulah ingat pertanyaan ini: What does it make others think of me? Will they think of me as a respectable woman or a harlot?

Guideline no. 2: What kind of people dress this way? 
Seandainya aku sedang berada di Indonesia dan aku memakai anting di hidung, trus ada 4 anting-anting di tiap telinga, ada satu di alis, satu di mulut, bajuku gambarnya tengkorak, make up-ku hitam. Apa yang ada di pikiran orang waktu liat aku? “Serem amat! Pemuja setan kali ya. Gothic amat.” So, cara berpakaian itu gak hanya terletak di ketat atau enggaknya baju/rok/celana kita. Biarpun longgar, tapi masih bisa mengirim pesan yang salah ke orang lain. Waktu kita berpakain, bercerminlah, kelompok masyarakat apa yang berpakaian seperti ini? If it’s the wrong kind of group/people, then change!

Guideline no. 3: Must I use the arguments of the world to justify the way I dress?
Biasanya nih kalo kita berpakaian yang sedikit keluar dari batas normal, kita berkata, “Ah, orang lain juga pake baju kayak gini.” 1 Korintus 2:5 katakan:

Jangan iman kamu tergantung pada hikmat manusia, tetapi pada kekuatan Tuhan.

Alkitab katakan kita hidup di dunia, tapi kita bukanlah dari dunia. Kita yang sudah dibeli oleh darah Kristus bukan lagi milik dunia ini. So, pakailah hikmat Tuhan saat berpakaian, jangan menjadi bagian dari dunia ini.

Guideline no. 4: Will I make others stumble? 
Zaman sekarang banyak banget orang berpakaian utk menarik perhatian. Intinya, saat berpakaian, look again in the mirror, and ask yourself, “Am I sending sexual temptations to other people who see me? Will I make others stumble and weak?” Matius 8:7 katakan:

Alangkah celakanya dunia ini karena hal-hal yang menyebabkan orang berdosa. Memang hal-hal seperti itu akan selalu ada, tetapi celakalah orang yang menyebabkannya!

Waduh! Pokoknya jangan mau deh jadi orang yang menyebabkan orang lain berdosa! 


So, those are 4 guidelines. Sebenernya ada satu lagi yaitu, “Apakah baju yang aku pake ini dipakai oleh the opposite gender?” Apakah baju yang aku pake ini dipake juga oleh cowok? Kayak celana panjang, misalnya. aku sendiri sampai saat ini masih pake celana panjang karena alasan kenyamanan. Ada ayat nih di Ulangan 22:5:

Seorang perempuan janganlah memakai pakaian laki-laki dan seorang laki-laki janganlah mengenakan pakaian perempuan, sebab setiap orang yang melakukan hal ini adalah kekejian bagi TUHAN, Allahmu.

Nah, utk yang satu ini, terus terang sangat tergantung budaya dimana kita berada. Di tempat-tempat tertentu, celana panjang itu pakaian cewek, sementara di tempat-tempat lain rok itu pakaian cowok. Skotlandia adalah salah satunya, tempat di mana cowok-cowok pake rok bernama kilt. Firman Tuhan gak pernah bilang bahwa rok itu baju cewek, celana itu baju cowok. Jadi, kalau ayat yang satu ini, menurutku kita harus bijak terhadap budaya di mana kita berada. Salah satu alasannya adalah supaya kita gak jadi batu sandungan untuk orang-orang di sekitar kita. 

Ok... those are all the guidelines. Now what? Menurut aku, penting sekali kita memakai hikmat. Tidak ada yang bisa mutlak mendikte kita: pakaian ini salah, pakaian itu betul. It’s important to see:
Where we are. Misalnya nih di negara-negara Arab, terutama Saudi Arabia, cewek-cewek kudu berpakaian tertutup. Jadi kalau sedang berada di tempat seperti ini, aku rasa kita semestinya menyesuaikan dengan orang lokal. Waktu kami pelayanan misi di Mesir, cewek-cewek dikasih tau untuk pake baju panjang, rok panjang, dan rambut diikat. Ada beberapa teman aku yang lupa. Eh, ternyata cowok-cowok di situ betul-betul ngiler kalo liat rambut cewek yang berkibar-kibar! Sampe ada cowok yang datengin teman aku dan pegang-pegang rambutnya dengan pandangan gak jelas gitu. -.- Nah, waktu kami di Papua Nugini, kami diberitahu bahwa kami HARUS pake rok panjang. Atasannya boleh tangan buntung, tapi yang pasti rok kudu panjang atau setidaknya nutupin dengkul. Waktu aku nyampe di situ, aku sempat ngobrol dengan salah satu wanita lokal dan dia bilang, “Yup..karena di Papua Nugini, dengkul cewek itu adalah sesuatu yang dianggap sangat seksi.” Yang unik, bagian dadanya malah gak dianggap seksi! Jadi kalo ke daerah yang agak pedalaman di sana, banyak cewek-cewek yang bertelanjang dada, tapi pake rok panjang. So, menurut aku cara berpakaian kita itu harus sesuai dengan budaya setempat. Di Indonesia mungkin kalo pake baju serba hitam keliatan kayak pemuja setan, tapi mungkin di negara lain pake baju serba hitam itu part of the culture. So be wise. :) 

Acara apa yang sedang kita hadiri. Misalnya kita ke pemakaman orang Tionghoa, dengan berpakaian serba merah—bisa-bisa kita langsung ditendang keluar ama keluarganya. Why? Karena warna merah itu berarti sukacita dalam budaya Tionghoa, sangat tidak sopan untuk dipakai ke pemakaman. Jadi ya intinya kita harus bijak dan minta hikmat Tuhan, termasuk dalam hal berpakaian. :) 

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^