“Kak, ngasih ayat apa ya bagusnya buat sahabatku yang papahnya baru meninggal?”, demikian isi SMS adek tingkatku beberapa waktu yang lalu. Dia mengaku kalau ia bingung harus bagaimana menghibur sahabatnya yang mengalami kedukaan tersebut, dia tidak ingin sahabatnya bersedih, dia ingin sahabatnya itu tetap kuat walaupun ditinggalkan papahnya.
Aku ingat banget kalau saat itu aku terheran-heran, berpikir,”Memangnya mereka yang habis kehilangan orang terkasihnya tidak boleh bersedih? Kan aneh ya. Lagipula, bagaimana kita bisa bersikap biasa seperti tidak terjadi apa-apa saat mereka yang menjadi bagian dalam hidup kita tiba-tiba tidak bisa kita temui?”. Helooowwwww… #geleng-geleng.
Ada beberapa ayat Alkitab yang biasanya diberikan kepada mereka yang baru mengalami kedukaan karena kehilangan orang terkasihnya, beberapa di antaranya:
TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!
Ayub 1:21
Berharga di mata TUHAN kematian semua orang yang dikasihi-Nya.
Mazmur 116:15
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Matius 5:4
Sekalipun aku berjalan dalam lembah kekelaman, aku tidak takut bahaya, sebab Engkau besertaku; gada-Mu dan tongkat-Mu, itulah yang menghibur aku.
Mazmur 23:4
Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia.
2 Korintus 5:1
(Ada yang ingin menambahkan?^^)
Tapi, cukupkah hanya memberikan ayat-ayat tersebut bagi mereka yang baru saja mengalami kedukaan ditinggal oleh orang yang penting dalam hidupnya? Well, dibutuhkan lebih dari sekedar SMS “bagus” atau ayat Alkitab saat berjalan bersama mereka yang baru saja kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya. Yes, firman Tuhan berkuasa, dan pastinya banyak di antara kita yang pernah mengalami saat-saat di mana firman Tuhan memberikan kekuatan dan penghiburan bagi kita yang sedang bersedih. Tidak ada yang salah dengan membagikan firman Tuhan. Itu hal yang sangat baik. Namun, marilah kita menjadi lebih peka saat berhadapan dengan mereka yang terluka. Saat kita mau berjalan bersama mereka yang terluka, mau tidak mau, suka tidak suka, kita perlu belajar menyelaraskan langkah kita dan langkah mereka. Jangan paksa mereka mengikuti kecepatan langkah kita, ingat, mereka sedang terluka.
Aku pernah berada dalam posisi orang yang berduka saat kematian papahku bertahun-tahun yang lalu, dan kejadian tersebut mengubah caraku merespon mereka yang juga berduka karena kematian orang yang dikasihinya. Saat itu, beberapa orang dipakai Tuhan untuk menunjukkan kasih dan penghiburanNya yang sempurna, sementara dari beberapa orang yang lain, Tuhan mengajarkanku bagaimana seharusnya di kemudian hari aku bersikap kepada mereka yang menghadapi kematian orang terkasihnya.
Dalam melayani mereka yang berduka karena kematian, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan dan ingat:
1. Berikan mereka waktu untuk berduka
”Jangan sedih ya, papahmu dah senang di sorga. Kamu harus kuat buat mamah dan adek-adekmu”.
“Yang kuat ya bu, jangan menangis terus, kasihan anak-anak.”
Pernah dengar kalimat serupa diucapkan pada mereka yang berduka karena kematian?
Aku pernah.
Kalimat pertama pernah diucapkan padaku.
Kalimat kedua pernah diucapkan pada mamahku
Kalimat tersebut tidak membuatku berhenti menangis ataupun bersedih. Aje gileeee…ini satu-satunya papahku yang kusayang, yang sudah mengasihi aku seumur hidupnya, yang udah merawat aku dan menafkahiku, yang sewaktu aku kecil melimpahiku dengan ciuman dan pelukan, yang menggendongku sampai aku SD, orang yang penting dalam hidupku gak akan bisa aku temui lagi dunia ini. Gimana mungkin gak sedih?
Ingatkah ayat ini?
ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa;
ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari;
Pengkhotbah 3:4
Adalah sangat tidak normal jika kita meminta mereka yang mengalami kehilangan karena kematian untuk tidak bersedih dan menangis. Jika kita melayani mereka yang berduka karena kematian, tolong berikan kesempatan bagi mereka untuk berduka. Mereka perlu waktu untuk berduka, mereka perlu meluapkan kesedihannya karena tidak bisa bersama orang mereka kasihi di dunia ini, mereka tidak dapat bertemu orang terkasihnya entah sampai kapan. Sangat wajar untuk bersedih. Jangan coba-coba melarang mereka untuk bersedih apalagi meneteskan air matanya. Saat mereka baru saja kehilangan orang yang berharga dan dikasihinya adalah waktu bagi mereka menangis. Bersikap biasa seperti tidak terjadi apa-apa apalagi tertawa jelas-jelas bukanlah respon yang normal.
Saat kita melarang seseorang berduka saat mereka perlu berduka, itu akan menghalangi proses mereka sembuh dari luka hatinya yang telah ditinggalkan. Katakan kepada mereka, tidak apa-apa untuk menangis. Jangan biarkan mereka menyimpan air mata mereka. Menangis membantu mengurangi pedihnya kedukaan lo... Saat kita menghalangi seseorang berduka, kita akan membuat mereka merasa bersalah saat berduka. Padahal, coba pikir, Yesus saja bersedih saat Lazarus sahabatnya meninggal (Yohanes 11:35).
2. Berempati
Bersukacitalah dengan orang yang bersukacita,
dan menangislah dengan orang yang menangis!
Roma 12:15
Bagi mereka yang pernah kehilangan orang terkasihnya karena kematian, mungkin tidak merasakan kesulitan sebesar mereka yang belum pernah mengalami kedukaan ini saat melayani mereka yang berduka. Secara, sama-sama sudah pernah merasakan. Tapi, mari kita belajar peka dengan membayangkan posisi mereka yang berduka. Bayangkan saat kita yang berada di posisi mereka. Misalnya, kita akan melayani seorang wanita yang suaminya meninggal tiba-tiba sementara dia tidak memiliki pekerjaan dan anak-anaknya masih kecil dan belum sekolah. Posisikan diri kita yang mengalami hal tersebut. Bagaimana? Terasakah kesedihan dan hancur hatinya ditinggal mati suami terkasih yang juga tulang punggung keluarga? Bagaimana ia merasa tidak berdaya? Bagaimana ia merasa tidak memiliki pengharapan? Bagaimana dia megkuatirkan masa depan anak-anaknya?
Memposisikan diri kita pada posisi mereka yang berduka menolong kita memahami kesedihan yang dialami. Hal ini akan membuat kita berhati-hati saat berkata-kata dan memampukan kita memilih dan melakukan hal yang tepat untuk menolong mereka. Saat kita berempati, secara alami, kita akan mengetahui kebutuhan orang yang kita layani, apakah hanya sekedar pelukan, atau perkataan,”Semua akan baik-baik saja bu, Tuhan memelihara hidup ibu dan anak-anak”. Mintalah hati yang lembut kepada Tuhan untuk turut merasakan apa yang dirasakan orang lain, supaya kita dapat menolong sesuai kebutuhan mereka.
3. Kunjungi Mereka beberapa Waktu Setelah Penguburan
Saat baru saja kehilangan orang yang dikasihi, akan banyak orang yang datang saat penguburan, begitu pula beberapa hari setelah penguburan, tapi kita perlu tahu bahwa pergumulan sehubungan dengan kematian orang terkasih sebenarnya baru dimulai beberapa minggu setelah penguburan, dan pada saat itu, semua orang telah menghilang dari pandangan. Sediakan waktu untuk mengunjungi mereka jika kita ingin melayani mereka dengan sungguh. Temani mereka melewati masa duka ini sembari mengingatkan diri sendiri kalau setiap orang memiliki waktu yang berbeda-beda untuk melewati masa berkabungnya.
Sebagian besar orang tidak memahami perkabungan. Mereka yang berduka berusaha meyakinkan diri kalau semua akan kembali normal dalam satu atau dua bulan. Jika lebih lama dari itu biasanya mereka merasa tidak menangani kematian dengan baik, mereka merasa bukan "orang Kristen yang kuat". Terkadang, menitikkan air mata setelah mendengar lagu yang mengingatkan mereka akan orang yang dikasihi akan membingungkan dan membuat mereka malu. Ini sangat salah. Kita perlu meyakinkan mereka kalau mereka tidak perlu malu, itu hal yang normal. Berduka bukanlah proses yang singkat. ”Kita tidak bisa bilang, ’Sudahlah, lupakan saja,’”. Jangan pernah memaksakan seseorang untuk segera pulih dari kedukaannya.
Telepon dan kunjungan setelah penguburan memberikan penghiburan tersendiri bagi mereka yang berduka. Biasanya saat anggota keluarga lain telah kembali ke tempat dan pekerjaan mereka, dan para sahabat serta tetangga telah kembali memusatkan perhatian kepada pergumulan mereka sendiri, maka mereka yang berduka akan merasakan kesepian. Seringkali saat inilah kenyataan kehilangan memukul mereka. Kunjungan kita dapat memberikan kesempatan untuk memunculkan pertanyaan sehubungan dengan duka cita mereka yang muncul atau membicarakan lagi hal-hal yang lampau. Hal ini memberikan perasaan lega bagi mereka yang berduka karena dapat berbagi kenangan mengenai orang yang dikasihinya bersama orang lain.
Saat kita berkunjung, salah satu hal terpenting yang perlu kita siapkan adalah telinga dan hati yang mau mendengarkan mereka dengan sungguh, mereka butuh ditemani dan didengarkan lebih daripada masa-masa sebelumnya. Salah satu tujuan utama melakukan kunjungan ini adalah untuk meyakinkan keluarga yang ditinggalkan bahwa mereka tidak dilupakan. Mereka tetap ada dalam pikiran dan doa kita. Tujuan lain kunjungan ini juga untuk menekankan bahwa kita selalu bersedia menolong.
Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.
Ibrani 10:24
4. Doakan Mereka yang Berduka
Sebab itu sejak waktu kami mendengarnya, kami tiada berhenti-henti berdoa untuk kamu. Kami meminta, supaya kamu menerima segala hikmat dan pengertian yang benar, untuk mengetahui kehendak Tuhan dengan sempurna, Kolose 1:9
Pada akhirnya, hanya Tuhan yang merupakan sumber segala penghiburan saja yang mampu memberikan penghiburan sempurna bagi mereka yang ditinggalkan orang yang dikasihinya. Kita hanyalah perpanjangan tanganNya untuk memeluk dan mengasihi mereka dalam duka yang sedang dialami. Mereka yang berduka perlu kita bawa sungguh-sungguh ke dalam doa kita, supaya Tuhan saja yang menguatkan dan menghibur mereka dengan kehadiranNya. Hanya Tuhan saja yang mampu menghapus air mata mereka dan memberikan mereka senyum pengharapan.
Kiranya Tuhan yang meneguhkan iman, pengharapan, dan kasih mereka di dalam Tuhan, karena gak bisa dipungkiri, bagi mereka yang mengalami duka mendalam, berbagai pertanyaan yang mengguncang iman mereka dapat muncul. Sering dijumpai, mereka yang berduka mempertanyakan kedaulatan Tuhan atas peristiwa yang terjadi, tak jarang pula mereka mempertanyakan mengapa Tuhan izinkan orang terkasihnya pergi mendahului mereka. Akan banyak pertanyaan ataupun pernyataan yang muncul dari mereka yang berduka saat kita mendampingi mereka, dan seringnya pertanyaan tersebut berkaitan erat dengan iman mereka kepada Tuhan yang mengizinkan duka ini terjadi. Saat kita melayani mereka dan pertanyaan-pertanyan itu muncul, hanya hikmat dari Tuhan saja yang memampukan kita menjawab dan merespon dengan benar.
C.S. Lewis mengatakan ketika istrinya meninggal, dia kecewa kepada Allah untuk beberapa lama. Kemudian, pada saat dia telah puas menyalahkan Allah, Lewis merasakan tangan kasih Allah merangkul dia dengan cara yang tidak mungkin digambarkannya. Allah tidak marah apabila kita mengungkapkan perasaan kita apa adanya kepada Dia. Dia mendengarkan, ikut merasakan, dan memaham kita.
Mintalah Tuhan sendiri untuk mengobati luka mereka yang berduka. Penghiburan ilahi tidak berarti air mata mereka akan kering, atau kesedihan mereka tiba-tiba berhenti. Ini memiliki efek menyembuhkan yang kuat. Penghibuaran ilahi berarti mereka akan merasakan Allah ada di sana di tengah air mata dan kesedihan mereka. Kita perlu berdoa supaya kehadiran Kristus ketika mereka berduka akan memimpin mereka dengan lembut melewati jalan yang harus ditempuh. Kehadiran Kristus justru lebih kuat dan lebih menghiburkan di saat mereka kehilangan orang yang kita kasihi. Kiranya dalam kehilangan mereka, mereka mendapatkanNya.
Melayani mereka yang berduka karena kematian membutuhkan kesabaran dan hati yang mau turut merasakan apa yang mereka rasakan. Tidak mudah, apalagi jika kita tidak pernah merasakan duka yang sama, tapi dengan kasih Kristus, kita dimampukan melayani mereka. Selamat melayani ^^
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^