Wednesday, October 3, 2018

Wedding Vow and Keeping It Real


by Sarah Eliana

You are God's special gift for me. You are now my best friend & family. Today I want to promise you, by God's grace & power working within me I desire to be trustworthy as your wife by following your leading submissively, even as unto Christ. Through the pressures of the present, & uncertainties of the future I promise my faithfulness, to follow you through all of life's experiences as you follow God, that together we may grow in the likeness of Christ & our home be a praise to Him. Even as Ruth promised her mother-in-law, today I promise you "Where you go, I will go, & where you stay I will stay. Your people will be my people, and your God my God. Where you die, I will die and there I will be buried. May the Lord deal with me ever so severely if anything but death separates you and me. 

Ini adalah wedding vow yang aku ucapin waktu aku dan DH menikah. Waktu itu masih a "doe-eyed" bride yang berpikir bahwa hanya maut yang akan memisahkan aku dan DH. How wrong was I! Kami memang baru 6,5 tahun menikah, tapi dalam kurun waktu itu aku belajar banyak hal; baik tentang suamiku, tentang hidup, tentang anak kami, tentang Tuhan (tentunya), dan bahkan tentang diriku sendiri. Waktu mengucapkan janji nikah itu, aku berpikir bahwa apapun bisa kulakukan asal Tuhan dan suamiku ada disisiku. Ha! Wrong again!

You see, setelah menjadi istri, Tuhan menunjukkan banyak sekali bagian dari karakterku yang perlu diperbaiki. Satu hal yang jelas kupelajari adalah bahwa I like being in control! Makanya, kalau mau kemana-mana aku pasti bikin rencana-rencana yang detail: aku tau kemana harus cari makan, aku tau dimana harus cari bantuan kalo lagi ada masalah di negara orang, aku tau semua tempat-tempat yang harus dikunjungi, dan aku tau harus dimana cari kendaraan untuk mengunjungi tempat-tempat itu! Waktu kami ke Turki beberapa minggu lalu, kami tinggal di sebuah resort yang cukup besar. Tiba di sana, aku langsung tau dimana restoran, dimana kolam renang anak-anak, orang dewasa, lazy pool, activity pool, aku tau dimana mini golf field, aku tau dimana harus ambil handuk untuk berjemur, dll. Aku bahkan tau kalau ada satu snack bar di tepi pantai dimana kami bisa makan pancake yang enak! DH sampe bingung, “Kamu udah pernah ke sini yach?? Sampe tau dimana ada pancake enak segala”.  Yup, aku suka planning dan itu karena I like to be in control. I freak out when things don't go my way. 

Nah, setelah menikah, Tuhan tunjukkan karakterku yang satu ini, yang tentunya membuat kehidupanku dan DH cukup sulit dari waktu ke waktu. Aku cukup berjuang dalam belajar untuk menurut kepada suami, terutama ketika apa yang suami mau berbeda jauh dengan apa yang aku mau. Contoh: beberapa waktu lalu, kami ditipu oleh penjual mesin cuci. Mesin cuci yang kami beli ternyata rusak dan si penjual gak terima ketika kami mau kembalikan mesin cuci itu -.-' Sifat controlling-ku keluar deh kalo lagi begini. Guess what I did? Aku pergi ke tempat si penjual itu, dan kumaki-maki dia. (I am VERY ashamed to admit this here, but hey... Let's keep it real here!) -.-" 

Berhari - hari aku masih gak puas karena sudah ditipu. DH berulang-ulang bilang, "Let it go. Forgive and move one". Diriku yang controlling ini susah untuk "forgive and move on" karena ini situasi yang "out of my control" dan aku tidak suka itu! Pengakuan dosa lagi: pikiranku saat itu sangat jauuuhhh dari godly! Berkali-kali aku berpikir, "Ah, gue ke sana aja deh. Ada sepedanya di situ. Gw ambil sepedanya, trus gw buang ke tempat lain biar dia setengah mati cari itu sepeda". -.- See! UNGODLY thoughts! Tapi DH terus ingetin untuk maafin. Saat itu, aku merasa susaaaahhh sekali untuk tunduk dan menurut kepada DH. Asli, susah buanget! Parahnya, waktu DH minta aku untuk maafin si penjual itu, bukannya dengan senang hati nurut, aku malah marah balik, "Kamu gimana sih! Malah suruh maafin. Orang itu pembohong dan penipu! Jelas-jelas dia tau koq itu barang rusak! Enak aja maafin dia! Wong dia aja gak merasa bersalah koq!". Pokoknya, aku marah-marahlah. Gak terima karena udah ditipu. Bukan, bukan masalah uangnya karena mesin itu gak mahal-mahal amat sih. Yang aku gak suka karena orang itu menipu, karena aku merasa situasi itu berada di luar control-ku. Aku susah untuk memaafkan orang itu, bukan karena gak bisa, tapi karena GAK MAU karena kalo aku maafin dia, maka itu artinya aku melepaskan situasi itu dan penjual itu dari "pegangan tanganku", dari control-ku.

Di saat itu, teman-teman, waktu aku bergumul untuk nurut dan tunduk kepada DH (untuk memaafkan si penjual itu), aku disadarkan (lagi dan lagi) bahwa karakterku yang controlling ini punya potensi yang besaaarrr sekali untuk memisahkan aku dan DH. Firman Tuhan katakan, Lebih baik tinggal di sudut atap rumah seorang diri daripada tinggal di rumah bagus dengan perempuan yang suka bertengkar (Amsal 21 : 9). -.-' Ketika aku gak mau nurut dan tunduk kepada DH, aku dengan sengaja membangun tembok yang memisahkan kami. Kami masih tinggal di bawah atap yang sama, tapi ikatan emosi kami merenggang, dan kalau dibiarkan terus menerus, lama-lama kami akan jadi seperti dua orang asing yang tinggal didalam rumah yang sama. Atas perintah dari Roh Kudus, DH memaafkan si penjual itu dan saat aku memilih untuk gak mau menuruti DH, aku pun membangun jarak antara diriku dan Tuhan.

Apakah aku memaafkan penjual itu saat sadar apa yang sedang terjadi? Well, yes and no. Tidak mudah memaafkan begitu saja. Butuh waktu dan butuh proses. Berkali-kali aku harus memilih untuk "forgive and move on" dan meminta bantuan Roh Kudus. Ketika aku merasa marah lagi, aku harus berdoa lagi, aku harus dengan jujur juga mengaku kepada suami dan memintanya untuk mendoakanku. It took awhile for me to be able to "forgive and move on".

So, you see... 6 tahun lalu, saat mengucapkan janji nikah, aku berpikir bahwa hanya mautlah yang akan memisahkan aku dan DH. Tapi, pada kenyataannya... dalam hidup sehari-hari, ada banyak sekali hal yang dapat memisahkan aku dan DH. Saat aku tidak tunduk dan turut kepada suami, saat aku memilih untuk berkubang dalam dosa, saat aku menjauh dari Tuhan... Semua itu dapat menghancurkan hubunganku dan suami. 6 tahun lalu, aku juga berpikir bahwa asal ada Tuhan dan suami di sisiku, everything will be alright, aku akan bisa menjalani janji nikahku dengan baik. Sekarang, aku tau bahwa itu tidak benar! Ya, aku butuh Tuhan dan suami di sisiku, tapi aku pun butuh untuk memilih: memilih untuk menjalankan janji nikahku, memilih untuk tunduk dan turut kepada Tuhan dan suami, memilih untuk mengasihi suamiku bahkan ketika aku sedang marah, memilih untuk bertumbuh dalam Kristus bahkan ketika proses bertumbuh itu sangat tidak menyenangkan. 

Minggu ini, aku diingatkan lagi oleh Tuhan tentang dua hal ini, yaitu bahwa:

1. Bukan hanya maut yang dapat memisahkan aku dan DH.
Ada banyak hal yang dapat memisahkan kami, dan kami berdua harus terus datang kepada Kristus dalam doa, terus mengasihi satu sama lain, terus bertumbuh dalam Kristus, dan meminta Kristus untuk mengirimkan bantuan bala tentara surga saat si iblis mau datang menyerang pernikahan kami! Pernikahan kita sebagai anak-anak Tuhan sangatlah menakutkan bagi si iblis karena ada kuasa yang luar biasa dalam pernikahan anak-anak Tuhan yang takut dan cinta akan Tuhan: Nama Tuhan dimuliakan, orang-orang diberkati, generasi-generasi baru yang cinta Tuhan tumbuh! Iblis gemetar ketakutan dan mencari banyak cara untuk memisahkan pernikahan anak-anak Tuhan!

2. Aku perlu Kristus dan suamiku untuk membangun pernikahan yang memuliakan Tuhan.
Tapi, aku juga perlu memilih untuk membangun pernikahan yang memuliakan Kristus. Aku tidak bisa duduk diam saja mengharapkan Tuhan dan suamiku yang bekerja. Aku pun harus memilih untuk secara aktif membangun hubungan yang godly dengan suamiku supaya Nama Kristus dimuliakan. 

Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu. Dan berusahalah memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera.
(Efesus 4 : 2-3)

Untuk dua hal yang Tuhan ajarkan (lagi) kepadaku minggu ini, I am grateful :) What about you? What are you thankful for this week?

(Silakan tulis di comment atau share link blog-mu kalau kamu tulis post tentang apa yang kamu syukuri minggu ini)

:)

1 comment:

  1. Ci, ini Dina :D ga bisa ubah di bagian nama nih jadi anonymous dah :D

    Ku mengucap syukur tahun ini (sampai October ini), ku dan keluarga sehat. Kami tidak sakit. So amazing. Penyakit papa dan mama ku tidak kambuh. Padahal tahun lalu mama ku di rawat inap dan papa ku hampir di rawat inap juga.

    Mungkin buat sebagian orang, hal ini biasa saja tapi bagiku, ini salah satu yang ku doakan sungguh-sungguh. Bersyukur setiap pagi, kalau Tuhan menambah 1 hari usia kami dalam kondisi yang sehat dan bisa beraktivitas. Jujur, ku agak kuatir klo salah satu dari kami drop. So blessed, Tuhan masih bantu menjaga kesehatan kami.

    Selain ucapan syukur, bole ya, ku share struggling ku jg. Pas baca kesaksian cc, ku jadi ingat sisi lemah ku jg. Ku jg maunya by plan. Marah dan kesal rasanya klo ga sesuai plan :(

    Dan yang lagi pr banget buat aku tahun ini adalah mengenai SABAR. Salah satu yang paling dikenal teman-teman terdekat ku, ku termasuk orang yang sabar banget. Padahal nyatanya ku tidak sesabar itu :(

    Pagi ini morning devotional ku membahas KASIH yang di dalamnya juga bahas mengenai KESABARAN. Dan ku berharap ku bisa terus melatih yang sifat yang satu ini. Thanks for sharing cc :)

    ReplyDelete

Share Your Thoughts! ^^