Monday, September 2, 2019

Ratu Syeba: Kesaksian Hikmat


by Poppy Noviana

Berawal dari kabar tentang seorang raja yang hikmat dan kemasyhurannya luar biasa, seorang ratu dari negeri selatan rela jauh-jauh datang untuk melihatnya secara langsung. Ratu ini adalah ratu dari Syeba, pemimpin sebuah negara yang kaya raya, dan merupakan orang yang berpengaruh dalam hubungan dagang di jalur darat dan laut. Menurut Alkitab Edisi Studi, kerajaannya diperkirakan berada di selatan jazirah Arab, sangat jauh dari Israel. Kisah pertemuan ratu Syeba dengan raja Salomo ini dilatarbelakangi kondisi politik zaman itu, dimana pertukaran kekayaan antar raja merupakan tanda hubungan diplomatik dan perdamaian untuk kelancaran kerjasama bilateral ke depannya. Itulah mengapa ratu Syeba datang dengan membawa banyak hadiah yang berharga. Kisah ini dicatat dalam 2 Tawarikh 9:1-12 dan teks paralelnya, 1 Raja-Raja 10:1-29.

// RATU YANG MENGEJAR HIKMAT
Nama ratu Syeba juga dikutip oleh Tuhan Yesus saat Ia menjawab pertanyaan ahli Taurat dan orang Farisi tentang tanda kedatangan Mesias.

“Pada waktu penghakiman, ratu dari Selatan itu akan bangkit bersama angkatan ini dan ia akan menghukumnya juga. Sebab ratu ini datang dari ujung bumi untuk mendengar hikmat Salomo, dan sesungguhnya yang ada di sini lebih dari pada Salomo!”
(Matius 12:42)

Negeri Syeba bukanlah negeri yang kecil. Ia adalah salah satu kekuatan ekonomi terbesar pada masa itu. Seorang pemimpin bangsa sebesar itu pastilah sangat rendah hati dan haus belajar bila ia masih mau menempuh perjalanan demikian jauh dan sulit hanya untuk bertemu raja Salomo. Ia tidak berpikir, “Ah, mestinya raja-raja lain yang datang menghadap saya!” Ratu ini menghargai hikmat dan mencarinya dengan segenap hati, sebuah kualitas dan sikap hati yang tidak dimiliki oleh banyak orang. Ini kontras sekali dengan sikap bangsa Israel pada zaman Yesus, yang dengan bangga menyatakan, “Kami adalah anak-anak Abraham,” seolah-olah garis keturunan itu saja sudah cukup untuk membuat mereka lebih dari bangsa-bangsa lain.

Seringkali kita pun merasa sudah cukup dengan apa yang kita miliki, dan tidak mau mengembangkan diri lebih lagi. Kita perlu belajar dari ratu Syeba yang bijaksana, yang menyadari bahwa masih ada yang bisa dikembangkan dari dirinya, yang rela bersusah-payah menempuh perjalanan dan membawa banyak hadiah untuk mendengar hikmat Salomo. Adakah kerinduan kita untuk mengerti firman Tuhan lebih lagi, belajar dari orang lain lebih lagi, mengembangkan diri kita lebih lagi? Relakah kita untuk bayar harga demi mengasah diri kita menjadi pribadi yang lebih baik, atau apakah kita merasa cukup dan tidak perlu berkembang? Apabila kita ingin dipuji juga oleh Tuhan Yesus, kita harus ingat, Tuhan menghargai orang-orang yang rindu mendalami hikmat-Nya lebih lagi.

// RAJA YANG MENJADI KESAKSIAN
Ketika bertemu dengan raja Salomo, ratu Syeba mengujinya dengan teka-teki dan berbagai pertanyaan. Semua pertanyaan itu dijawab dengan baik oleh raja Salomo, sebagai bukti hikmatnya yang luar biasa. Ratu itu juga melihat bagaimana Salomo mengatur kerajaannya, kecerdasannya dalam arsitektur dan teknik, ketaatannya dalam beribadah kepada Allah, bahkan tata krama para pegawai istananya. Itu semua membuat sang ratu tercengang dan memuji Allah.

“Terpujilah TUHAN, Allahmu, yang telah berkenan kepadamu sedemikian, hingga Ia mendudukkan engkau di atas takhta-Nya sebagai raja untuk TUHAN, Allahmu! Karena Allahmu mengasihi orang Israel, maka Ia menetapkan mereka untuk selama-lamanya, dan menjadikan engkau raja atas mereka untuk melakukan keadilan dan kebenaran.”
(2 Tawarikh 9:8)

Ketika sang ratu melihat sendiri raja yang dipilih Allah bagi Israel, ia memuji kebesaran Allah. Bila Salomo dipuji oleh rakyatnya, itu bukan hal yang istimewa, karena ia jauh di atas mereka. Tapi bila seorang ratu dari kerajaan yang tidak kalah luar biasanya yang memuji dia, pujian itu tentu sangat bernilai. Kita mungkin bukan Salomo, dan hikmat kita tidak seperti Salomo. Namun dari kisah ini kita patut introspeksi diri: ketika orang lain memperhatikan hidup kita, apa yang mereka lihat? Apa yang mereka dengar tentang kita? Manusia tidak bisa melihat hati, seperti Tuhan melihat hati; mereka hanya bisa menceritakan apa yang mereka lihat dan alami sendiri. Apakah orang mendengar bahwa hidup kita begitu baik, begitu terpuji? Apakah ketika mereka melihat sendiri kehidupan kita, mereka akan berkata tentang kita, seperti yang dikatakan ratu Syeba: “Sungguh, setengah dari hikmatmu yang besar itu belum diberitahukan kepadaku; engkau melebihi kabar yang kudengar” (2 Tawarikh 9:6) dan memuji Allah kita?

Semua yang disaksikan ratu Syeba di kerajaan Salomo bukan merupakan sebuah penampilan yang dibuat-buat; itu semua adalah kehidupan mereka sehari-hari. Raja Salomo tidak mungkin punya waktu untuk berpura-pura di hadapan tamunya. Kualitas yang dilihat oleh ratu Syeba merupakan hasil dari kebiasaan yang dibangun dalam jangka waktu lama, dengan konsistensi dan komitmen yang kuat. Sebagai seorang ratu, tentu ratu Syeba melihat hal itu. Sehingga ia tidak segan menghujani raja Salomo dengan berbagai-bagai hadiah yang mewah.

Lalu diberikan kepada raja seratus dua puluh talenta emas (cttn. ed.: lebih dari empat ton), dan sangat banyak rempah-rempah dan batu permata yang mahal-mahal; tidak pernah lagi ada rempah-rempah seperti yang diberikan ratu negeri Syeba kepada raja Salomo itu.
(2 Tawarikh 9:9)

Bila Tuhan memakai Salomo untuk menunjukkan kebesaran-Nya kepada bangsa-bangsa lain, Tuhan juga memakai kita menjadi saksi-Nya bagi dunia di sekeliling kita, di manapun kita ditempatkan. Kita hidup di masa yang berbeda dengan Salomo, tetapi kita tetap memegang prinsip-prinsip firman Tuhan yang sama dalam gaya hidup kita sekarang ini. Apabila sikap kita baik, hidup kita menjadi kesaksian yang positif, dan kualitas hidup kita terpuji, tentunya orang lain ingin melihat lebih dekat, siapa Tuhan yang menjadi sandaran hidup kita. Biarlah hidup kita menjadi kesaksian yang baik, sehingga Tuhan bekerja ketika orang lain melihat hidup kita.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^