by Tabita Davinia
Sebuah
percakapan antara aku dan dia (a.k.a. calon ph #hehe) terjadi dalam kondangan seorang teman kami pertengahan
Juli lalu. Waktu itu kami sedang membahas persiapan kelompok kecil untuk Sabtu
berikutnya, di mana kami (dan teman-teman lainnya) akan membicarakan tentang
jalan keselamatan kepada anak-anak di komisi remaja di gereja kami.
Dia
(D): “Aku masih belum tahu harus bahas apa buat persiapan nanti sore.”
Aku
(A): “Tapi seenggaknya kamu udah punya draft-nya,
kan?”
D:
“Iya, udah sih.” (membuka file yang akan dibahas untuk persiapan itu)
A: (membaca) “Hmmm... menurutku sih, pake
ini aja nggak apa-apa. Nanti kamu jabarin gimana harus ngasih penjelasan ke
anak-anak.”
D:
“Gitu, ya? Oke.”
A:
“Eh, bentar. Aku nggak paham sama bagian ini.” (menunjukkan bagian akhir file D)
D:
“Kenapa emangnya?”
A:
“Katanya Tuhan menyelamatkan semua orang, tapi di sini kok, tulisannya, ‘Hanya
orang yang percaya kepada-Nya yang menerima keselamatan’. Berarti Tuhan pilih
kasih, dong?”
D:
“Lho, Tuhan memang menyelamatkan semua orang. Tapi nggak semuanya menerima
keselamatan itu.”
A:
“Hah?” (pasang muka nggak paham)
D:
“Gini, lho. Bayangin kamu buka pintu rumahmu. Nah, pintunya itu terbuka buat
semua orang, kan? Siapa aja bisa masuk. Tergantung orangnya itu mau masuk ato
nggak. Kalo nggak mau, ya dia nggak akan ada di dalem rumahmu.”
A:
“Oh... jadi keselamatan itu cuma bener-bener bisa diperoleh dari Tuhan kalo
kita percaya sama Dia sebagai satu-satunya jalan keselamatan?”
D:
“Iya, bener :)”
A:
“Oke, aku baru ngeh. Makasih, Ko :)”
Sejak
aku lahir baru, itu pertama kalinya aku bener-bener paham kalo nggak semua
orang bisa diselamatkan. Selama ini, aku berpikir kalo Tuhan pasti
menyelamatkan semua orang tanpa terkecuali. Ternyata itu salah :p
D
juga bilang, kalo mindset-ku itu
namanya universalisme. Aliran ini meyakini kalo semua orang bisa diselamatkan
dari hukuman kekal, baik yang percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan
Juruselamat maupun yang tidak percaya kepada-Nya. Padahal di Alkitab jelas
dikatakan bahwa,
“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia
ini, sehingga Ia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”
(Yohanes 3:16)
Jadi,
agar kita bisa selamat dari hukuman kekal, kita
harus percaya kepada Yesus Kristus secara pribadi! Kita harus menyadari
bahwa semua kegiatan yang kita lakukan, kesalehan kita, maupun status kita itu
nggak bisa menyelamatkan kita. Kok, bisa begitu? Karena kita berdosa! Manusia
berdosa nggak bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Bagi Tuhan, dosa adalah
sesuatu yang menjijikkan sehingga Dia memalingkan muka-Nya dari kita.
“tetapi yang merupakan pemisah antara kamu
dan Allahmu ialah segala kejahatanmu, dan yang membuat Dia menyembunyikan diri
terhadap kamu, sehingga Ia tidak mendengar, ialah segala dosamu”
(Yesaya 59:2)
Apakah
keadaan seperti itu akan terus terjadi sampai hari terakhir nanti? Ternyata
nggak! Bersyukurlah, karena Allah tidak membiarkan kita terus terjebak dalam
kungkungan dosa. Untuk itulah, Dia mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, yaitu
Yesus Kristus, sebagai jalan keselamatan bagi kita dari hukuman kekal. Melalui
Yesus Kristus, hubungan kita dengan Allah pun dipulihkan, sehingga kita
dilayakkan untuk memanggilnya dengan “Bapa” (Roma 8:15).
“Sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan
oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil
pekerjaanmu: jangan ada orang yang memegahkan diri.”
(Efesus 2:8—9)
Ingat,
Kristus mati sekali untuk selamanya, bagi semua orang di segala zaman.
Penyaliban-Nya di bukit Golgota telah membuktikan betapa Bapa sangat mengasihi
kita, bahkan rela mengurbankan Anak-Nya yang tunggal untuk mati sebagai penebus
dosa kita. Tidak ada karya keselamatan yang lebih besar selain yang Yesus
lakukan bagi kita.
Seorang
pembimbingku pernah berkata, “Keselamatan itu gratis, tapi menjadi orang
Kristen harus bayar harga”. Ya, keselamatan dan menjadi orang Kristen
sepenuhnya tidak bisa dipisahkan. Dua hal ini sangat berkaitan erat. Jadi asal
omong, “Aku percaya Yesus Kristus adalah Tuhan dan Juruselamatku” itu nggak
cukup. Butuh tindakan juga. Yakobus pernah berkata,
“Demikian
juga halnya dengan iman: jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu
pada hakekatnya adalah mati.”
(Yakobus 2:17)
Pertanyaannya
sekarang, maukah Anda percaya kepada Yesus Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat
Anda secara pribadi? Jawabannya ada di dalam hidup Anda :)
“Tuhan tidak pilih kasih saat Dia melakukan karya keselamatan-Nya. Pilihan mau percaya kepada-Nya atau tidak, itu ada di tangan kita. Pilihan itu pula yang akan terpancar dari kehidupan kita”
No comments:
Post a Comment
Share Your Thoughts! ^^