Monday, November 9, 2020

Harga sebuah Panggilan




by Eunike Santosa 

*Artikel Edisi Khusus Pearl ©2016

“Jadi orang Kristen itu enak, yah. Tuhan mereka baik banget. Selalu kasih berkat materi, pemulihan, kesembuhan, dan sebagainya... Kelihatannya ga punya masalah dan selalu bahagia.”

Benarkah begitu? Ehmm... sepertinya ada yang kurang tepat. Hayo, di bagian mananya? Jawabannya adalah adanya konsep yang salah mengenai pengikut Kristus yang hanya berfokus pada tujuan untuk mendapatkan hidup lebih baik (khususnya mengenai berkat secara fisik dan materi) dan itu dibenarkan. Tidak sedikit yang memberitahu—bahkan memromosikan—bahwa mengikut Tuhan itu enak: masalah berkurang/cepat selesai, selalu senang, diberkati, tapiiii... “Kalau kamu nggak mengalami semua hal itu, mungkin kamu melakukan suatu kesalahan besar pada Tuhan. Atau mungkin kamu nggak beriman sama Dia dengan sungguh-sungguh.”

Waduh, apakah ini hal yang benar? Kita bisa menemukan jawabannya melalui perjalanan iman kita: apakah selama ini nyaman, adem-ayem aja? Well, kalau mau jujur, nggak selamanya hidup kita baik-baik aja, kan? Lalu, apa arti menjadi pengikut Kristus yang sebenarnya? Coba perhatikan ayat berikut:

LALU YESUS BERKATA KEPADA MURID-MURIDNYA, “JIKA SESEORANG MAU MENGIKUT AKU, IA HARUS MENYANGKAL DIRINYA, MEMIKUL SALIBNYA DAN MENGIKUT AKU.”
(MATIUS 16:24)

Apa yang Yesus katakan kepada murid-muridnya adalah sebuah “syarat” bagi seseorang yang ingin mengikuti Kristus (alias menjadi orang Kristen). Ada beberapa langkah yang harus orang tersebut ambil. Apa itu? Mari kita bahas satu per satu. :)

1. MENYANGKAL DIRI 

Menurut KBBI, menyangkal artinya “membantah, mengingkari, tidak mau menuruti”. Tambahkan dengan kata ‘diri’, maka frasa tersebut berarti membantah diri sendiri. Artinya, kita tidak lagi menjadi tuan atas diri kita sendiri. Ketika kita mengikuti Kristus, maka langkah pertama yang harus dilakukan adalah meninggalkan “ke-AKU-an”, keinginan daging duniawi, dan ego kita. Tidak ada negosiasi, nett price, udah harga mati.

Menjadi Kristen berarti menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Tuan atas hidup kita. Dari situ kita seharusnya bisa menyadari bahwa hidup kita bukanlah milik kita lagi, tapi sudah menjadi kepunyaan Tuhan. Sebelum jadi orang Kristen (atau masih Kristen KTP), hidup itu seolah-olah masih bisa kita kendalikan sesuka hati. Tapi setelah menerima Kristus secara pribadi dan memiliki identitas baru sebagai orang Kristen, kita seharusnya bertanya, “Apa yang Engkau (Tuhan) inginkan?”—bukan lagi, “Apa yang ‘aku’ inginkan?” Oleh karena itu, mari kita menyerahkan semua keinginan kita kepada Tuhan, dan biarkan Dia melaksanakan rencana-rencana-Nya (yang seringkali unexpectable) dalam hidup kita.

Ketika Allah menjadi Tuhan atas hidup kita, maka arah serta pandangan kita harus selalu tertuju pada-Nya dan pada Firman-Nya. Jadi ketika Tuhan bilang, “Kamu harus jadi berbeda dari dunia. Jadilah terang dan garam dunia”, itu bukan perintah yang main-main. Ketika semua orang ingin menjadi apa yang dianggap keren oleh dunia (yang terjebak dalam dosa), punya gaya hidup yang bertentangan dari Firman Tuhan, kita—sebagai orang Kristen—harus bisa menjadi berbeda dan menentang arus duniawi. Apakah hal ini semua mudah dilakukan? Tidak, tapi inilah yang dinamakan menyangkal diri.


2. MEMIKUL SALIB 

Setelah melepaskan ego diri, sekarang Tuhan menginginkan kita memikul salib masing-masing. HEH? APA LAGI INI? Salib itu berat, melelahkan, plus identik dengan penderitaan! Ketika Yesus memikul salib-Nya ke Golgota, apakah Dia menari-nari sambil membopong balok kayu berat itu? OH, JELAS TIDAK! Yesus terjatuh beberapa kali, bahkan ada yang menafsirkan ketika jatuh terakhir kalinya (dalam kondisi masih memikul saib), tulang lutut-Nya pecah... :”( Belum lagi ditambah dengan olok-olokan, hujatan, bahkan ludah orang yang Yesus terima sepanjang Dia memikul salib-Nya.

Lah, kalau Yesus—yang kita akui sebagai Tuhan—saja bisa menderita sedemikian rupa, apa yang membuat kita bisa berpikir bahwa sebagai pengikut-Nya, kita tidak akan mengalami penderitaan (walaupun mungkin tidak sampai disalib)? Yesus sendiri berkata demikian: 

Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
(Matius 5:11)

Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja- raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah. 
(Matius 10:18)

Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
(Matius 10:22)

Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
(Matius 10:39)

Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.
(Lukas 6:22)

Pada waktu itu kamu akan diserahkan supaya disiksa, dan kamu akan dibunuh dan akan dibenci semua bangsa oleh karena nama-Ku,
(Matius 24:9)

Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.
(Kisah Para Rasul 9:16)


Mari kita kumpulkan kata-kata tebal di atas dan ditulis dalam kalimat ini:

“Ketika saya mengikut Yesus maka saya akan ... dicela, dianiaya, difitnah, digiring, dibenci, kehilangan nyawa, disiksa, dibunuh, dikucilkan, ditolak, menderita...”

Jadi, apakah mudah menjadi menjadi pengikut Kristus? Masih ingin terus mengikut Tuhan?

“Dih, males aahhhh jadi orang Kristen kalo kayak gini~ Ada cara lain nggak, sih? Saya mau yang enaknya aja boleh nggak? Berkatnya doang bisa, kan? HEHE.”

Sayangnya, mengikut Tuhan tidak bisa setengah-setengah atau hanya mendapatkan berkat-Nya tanpa mau membayar harganya. Tapi coba renungkan hal ini sejenak: Kristus, yang kita akui sebagai Tuhan dan Juruselamat, telah meninggalkan tahta kemuliaan-Nya untuk turun ke bumi dan menjadi seperti kita. Dia hidup sebagai manusia, kemudian disiksa dan… mati disalib untuk kita. Kenapa? Agar kita selamat dari hukuman kekal, menerima kehidupan kekal bersama-Nya, dan mengalami relasi yang dipulihkan (baik terhadap Allah, diri sendiri, maupun sesama). We are saved so we have a freedom to do His will! Saat ini, Dia memanggil kita untuk melayani-Nya—Sang Raja... Nah, dengan apa yang sudah Tuhan lakukan, pantaskah kita setengah-setengah saat menjadi pengikut-Nya?

Menjadi pengikut Kristus itu tidak main-main, tidak semudah yang dikira dan tidak seenak yang didengar sebatas “berkat”. Mulai dari perjanjian lama hingga zaman sekarang, ada banyak (yang benar-benar banyak) orang yang telah membayar harga, rela dipermalukan, hingga mati karena mengikut Kristus. Berapa banyak nabi yang dibunuh karena mengikuti Allah Yahweh? Contohnya saja Yeremia yang sampai depresi, Elia yang dikejar-kejar untuk dibunuh, dan Yesaya yang tidak dihiraukan oleh orang-orang Yehuda. Hampir semua murid-murid Kristus menjadi martir karena mengikut Kristus. See? Meski demikian, mungkin sebagian besar di antara kita akan mati bukan dalam kondisi demikian. Kita bisa saja meninggal karena sakit, atau kecelakaan, atau karena alasan-alasan lain. Jadi, apakah memikul salib ini harus selalu dipenuhi penganiayaan?

Hmmm… tidak selalu, tapi memang menuntut bayar harga.

George MacDonald (seperti yang dikutip dari Bible Gateway) menjelaskan, “Memikul salib berarti kesetiaan yang berkelanjutan kepada Kristus dan diikuti dengan kematian diri sendiri. Maksudnya, kita harus menolak, meninggalkan, dan menyangkal diri sama sekali sebagai elemen yang mengatur atau menentukan apa yang harus kita lakukan.” Berat? Pasti. Apalagi ketika kita melihat kondisi keluarga, pekerjaan, maupun studi yang terasa menjemukan. Well… mungkin itulah salib yang kita pikul sekarang. Tapi satu hal yang harus kita yakini, Yesus sendiri menegaskan bahwa Dia akan memikul salib itu bersama kita. “Salib” itu termasuk hal-hal yang—bahkan—seolah-olah dikarenakan kesalahan kita. Kalau bukan karena kemurahan Allah, lalu apa lagi yang memampukan kita untuk memikulnya?


3. MENGIKUT KRISTUS 

Salah satu tokoh yang saya kagumi adalah Florence Nightingale. Terlahir di keluarga kaya, dia bisa mengambil jalan mendapatkan suami kaya raya, menikah and live happily ever after versi dunia. Kenyataannya demikian, atau setidaknya… hampir.

Di usianya yang ke-17 tahun, Tuhan memanggil Florence untuk menjadi perawat dan pergi ke medan perang merawat para tentara yang terluka, dan dia pergi. Florence menyangkal keinginan dirinya untuk bisa bersama dengan pria yang ia cintai, serta kehidupan yang enak dan nyaman. Dia memikul salib dengan mengambil sekolah perawat yang dianggap rendah dan hina pada zaman itu, kemudian pergi ke medan perang merawat para tentara. Dia mengikuti panggilan Tuhan dalam hidupnya: Calling to care. 

Now, panggilan Tuhan akan setiap orang berbeda-beda. Kita mungkin tidak dipanggil seperti Florence untuk pergi ke tempat perang. Tapi sebagai orang yang dipanggil untuk mengikut Kristus, ada harga yang harus kita bayar. Sebagai contoh, sebagai seorang single kamu diperhadapkan dengan pilihan: mengejar pujaan hatimu yang tidak mencintai Tuhan atau menunggu waktu Tuhan untuk mengenalkanmu kepada seorang Godly man? Pilihan di tanganmu. Orang-orang mungkin mendesakmu dan berkata bahwa standarmu ketinggian, atau mungkin ada yang menyuruhmu untuk meninggalkan imanmu. Apa yang akan kamu lakukan? Kompromi? Atau memilih menunggu sambil memperdalam pengenalanmu terhadap diri sendiri dan Tuhan?

Mengikut Tuhan memang tidak mudah, dan seringkali akan melewati masa yang tidak mengenakkan. Tapi jika kita sungguh-sungguh mengikut Tuhan, sekalipun harus melewati dengan air mata karena membayar harga panggilan itu, di tengah-tengah doa isakan minta tolong kepada Bapa di surga, ketahuilah bahwa penghiburan dan sukacita surgawi itu nyata dan besar kuasanya! Paulus dalam 2 Korintus 7:4b berkata, “Dalam segala penderitaan kami aku sangat terhibur dan sukacitaku melimpah-limpah.”

Bagi saya pribadi, sukacita inilah mengapa mengikuti Kristus itu AMAZING! Sukacita karena membayar harga, sukacita sejati karena mengalami Kristus dibalik penderitaan, sukacita karena tahu bahwa saya ini nothing, tapi dipanggil oleh Tuhan, dan bukan hanya itu... Dia memampukan saya untuk menjalani panggilan yang saat ini sedang saya tekuni.

Sebagai koordinator Majalah Pearl yang selalu memastikan artikel baru tersedia setiap hari Senin, memantau perkembangan Instagram Pearl, berkoordinasi dengan para editor dan desainer grafisnya, plus menulis beberapa artikel di blog, kadang-kadang saya merasa lelah *sigh*. Saya juga bertanya-tanya apakah yang saya kerjakan saat ini sia-sia atau tidak. Tapi setiap kali ada task yang selesai, saya selalu merasa ada Tuhan Yesus sedang duduk di samping saya dan berkata, “Thank you”, sambil tersenyum dan memeluk saya. Kalau sudah seperti itu, respons saya adalah menangis terharu dan thankful for that endless joy... dan saya rindu agar Pearlians juga mengalami hal yang sama. Being a Christian is never easy, but as long as God is with us, who can be against us right? :) Soli Deo Gloria.

No comments:

Post a Comment

Share Your Thoughts! ^^